Jalan selebar 75 meter dengan panjang 3 kilometer telah dibuka di kawasan Tarok City |
Tarok City bisa dikatakan gebrakan dari "tanah pinggir" yang akan mampu merubah wajah Padangpariaman dan Sumatera Barat. Butuh nyali besar kepala daerah untuk mewujudkan gagasan dan progres tersebut.
Tarok City jelas sejalan dengan Nawacita Presiden Jokowi yang mendesain pembangunan Indonesia dari pinggiran/pedalaman. Satu contoh pembangunan dari pinggiran Nawacita Jokowi adalah pembangunan terpadu di wilayah perbatasan negara Indonesia yang disebut pesona tapal batas seperti di Atambua, kota di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur yang berbatasan langsung dengan Timor Leste. Perbatasan yang dulu terkesan anker itu, sekarang berubah menjadi kawasan ekonomi yang kemudian menjadi salah satu destinasi wisata unik.
Tarok City bukan pertaruhan gengsi dan mimpi di siang bolong. Perencanaan pembangunan, Ali Mukhni telah melibatkan berbagai kalangan, termasuk dari lingkup akademisi. Para profesor ternama dari pelbagai disiplin ilmu tersebut ia minta mengkaji progres Tarok City dalam berbagai aspek dan sudut pandang.
Menurut Profesor Syamsul Amar dari Universitas Negeri Padang, pembangunan kawasan Tarok City memerlukan perencanaan yang strategis dan sistematis. Ia menyarankan agar pemerintah mengkaji segala aspek dan amdal dengan menyeluruh. Pengaruh topografi, geologi dan desain bangunan mesti selaras dengan fisik wilayah. Hal itu menurutnya bertujuan demi terciptanya sebuah kawasan terpadu yang selaras dengan alam dan tata ruang daerah.
Sembari terus melakukan kajian dan meminta masukan dari berbagai pihak oleh Ali Mukhni, para menteri menyambut ide brilian tersebut, sebut saja Menteri Azman Abnur, Nila Moeloek dan mantan menteri Andrinof Chaniago. Bahkan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno dengan tegas menyatakan siap mendukung pembangunan Tarok City dari awal hingga akhir. Tentunya siap pula dengan penganggaran melalui dana APBD Provinsi Sumbar.
Pertanyaan yang timbul, tentu dukungan oleh masyarakat Padangpariaman sendiri. Jika ada sedikit persoalan di lapangan belum tentu kita berbeda. Kata Plato, hanya orang mati saja yang tidak punya persoalan. Berbeda pendapat bukan berarti tidak mendukung, begitu setidaknya anasir yang kami terima melalui wawancara di lapangan dengan berbagai narasumber tentang rencana pembangunan Tarok City.
Nagari Kapalo Hilalang merupakan daerah tadah hujan penghasil air bersih konsumsi masyarakat Pariaman dan Kabupaten Padangpariaman. Belantara Tarok City kaya akan flora dan fauna. Alam sejuk, burung bernyanyi setiap saat. Kawasan tersebut dulunya juga perlintasan Harimau Sumatera, hewan paling dilindungi di Indonesia. Sebagai kawasan paru-parunya Padangpariaman, diharapkan pembangunan itu nantinya tidak merusak ekosistem yang ada.
Pohon-pohon tua mesti dilestarikan dan diinventarisir. Kawasan Tarok juga diharapkan berkonsep alam sehingga kawasan tersebut selain menjadi pusat pendidikan dan perkantoran, diharapkan sekaligus menjadi destinasi wisata.
Konsep kota yang akan diterapkan oleh kawasan tersebut tentu akan banyak gagasan-gagasan yang akan lahir sejalan dengan mulai dibangunnya Tarok City. Bukan tidak mungkin kebun binatang terbesar di Sumatera Barat juga akan dibangun di sana mengingat luasnya lahan yang tersedia.
Gagasan lain yang akan muncul tentu saja keberadaan mal-mal seiring ramainya kaum urban bermukim di sana. Jika sudah demikian, jika kita bermimpi ke depan, bukan tidak mungkin Tarok City kembali menjadikan Ranah Minang sebagai pusatnya kota pendidikan di Indonesia.
OLP