Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pesantren Nurul Yaqin Butuh Sarana Ibadah, Siapa yang Minat Nyumbang?

12 Juni 2015 | 12.6.15 WIB Last Updated 2015-06-12T02:33:55Z
Ketua Yayasan Pembangunan Islam El Imraniyah (PYII) Ringan-Ringan Drs. Idarussalam Tuanku Sutan,



Pondok Pesantren Nurul Yaqin, Pakandangan, Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padangpariaman, Propinsi Sumatera Barat terus berbenah diri melengkapi berbagai sarana prasarana belajar dan asrama. Sehingga jumlah orangtua  yang mendaftarkan anaknya ke pesantren ini  terus meningkat dari tahun ke tahun.  

Ketua Yayasan Pembangunan Islam El Imraniyah (PYII) Ringan-Ringan Drs. Idarussalam Tuanku Sutan,  usai pengukuhan 39 tuanku di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan, Kamis (11/6/2015), mengatakan kehadiran rusunawa yang tahun ini ditempati sebagai asrama putra sangat membantu proses belajar mengajar.

“Saat ini kita sangat membutuhkan masjid sebagai sarana ibadah rutin di lingkungan pesantren dengan kapasitas sekitar 2.000 jamaah. Pesantren Nurul Yaqin mengetuk hati para dermawan yang ingin menyumbangkan pembangunan masjid. Insya Allah masjid yang dibangun tersebut sangat bermanfaat sebagai sarana ibadah. Yang pasti, shalat wajib lima kali sehari semalam bakal diramaikan oleh santri. Sehingga niat dermawan agar masjidnya berfungsi dan bermanfaat benar-benar terujud,” kata Idarussalam yang juga Kepala BKD Pemkab Padangpariaman ini.
Saat ini jumlah santri/santriwati sudah melebihi 700-an. Dilihat dari sarana prasarana ini sudah over kapasitas. Idealnya, butuh 20 lokal lagi untuk menampung aktifitas belajar, aula, ruang makan dan perpustakaan. Tahun ini Pesantren Nurul Yaqin akan menerima santri baru hanya sekitar 230 orang. Jumlah ini sudah dibatasi karena terbatasnya asrama dan lokal. Tahun lalu saja banyak calon santri harus ditolak karena tidak tertampung oleh fasilitas yang tersedia, kata Idarussalam.

Visi Nurul Yaqin ke depan adalah menghasilkan 1.000 tuanku. Hingga kini baru  400-an tuanku yang dihasilkan. Hal ini disebabkan keterbatasan sarana sehingga banyak santri yang tidak mampu bertahan. Bayangkan, dulu jika yang masuk santri baru mencapai 180 orang, paling yang sampai jadi tuanku hanya berkisaran 39-an. Selebihnya, hingga akan naik ke kelas dua saja sudah berkurang hingga 150 orang. Ini disebabkan sulitnya air bersih, fasilitas asrama yang menyedihkan dan seringnya diserang penyakit kulit. Tapi kini kondisi itu sudah berubah. Air sudah melimpah. Asrama makin membaik. Paling yang hilang di kelas I berkisar 30-an saja.

“Yang ideal, jika masuknya 200 santri baru, maka lulusannya juga 200 tuanku. Maka tidak terlalu lama Nurul Yaqin akan menghasilkan 1.000 tuanku. Selain itu, harus didukung oleh sarana prasarana, ketersediaan lokal belajar, asrama, sistem pengelolaan manajemen yang baik dan sosialisasi ke tengah masyarakat semakin baik,” kata Idarussalam.

Kepala Tata Usaha/Sekretariat Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan M. Asyraful Anam Tuanku Bagindo, menambahkan jumlah santri yang menamatkan, tingkat TPQ sebanyak 60 orang, Tsanawiyah 70 orang, pengukuhan tuanku 39 orang dan ma’had aly sebanyak 1 orang. “Pengukuhan tuanku angkatan sekarang paling banyak dibanding sebelumnya. Ke depan bisa lebih banyak pengukuhan tuanku ini,” kata Anam yang juga mantan Ketua IPNU Padangpariaman.

Ketua MUI Padangpariaman Dr. Zainal Tuanku Mudo yang juga atas nama alumni Pesantren Nurul Yaqin ini mengatakan, pesantren sudah banyak berjasa kepada bangsa dan negara. Di pesantren dididik anak-anak bangsa yang memiliki pemahaman NKRI secara utuh sehingga tumbuh rasa kebangsaan dan nasionalismenya. 

“Pesantren sudah duluan melakukan pendidikan berkarakter yang didengung-dengungkan belakangan ini. Di Pesantren diajarkan nilai-nilai kejujuran, keikhlasan, kesabaran, kesederhanaan dan penuh dengan kedamaian. Sudah saatnya orangtua kembali mempercayakan pendidikan anaknya ke pesantren. Jangan tergoda dengan sekolah gratis, lantas enggan menyerahkan anaknya di pesantren yang memang masih membutuhkan biaya untuk makan dan kewajiban belajar,” kata Zainal, mantan Ketua IPNU Sumatera Barat ini.  


×
Berita Terbaru Update