Dalam Musda Kagama daerah Sumatera Barat tanggal 26 April 2015 yang dihadiri oleh ketua umum Kagama Pusat bapak Ganjar Pranowo saya hadir secara langsung dan memberikan materi seminar yang berjudul “pariwisata dan Maritim sebagai pengungkit pembangunan ekonomi pembangunan Sumatera Barat".
Dari data Bappeda Sumatera Barat bahwa “kontribusi sector Pertanian, Kehutanan, Perikanan terhadap PDRB pada tahun 2014 adalah 25,04%”. Kalau dibagi rata dalam 3 sub sektor maka masing-masing subsektor berkontribusi terhadap PDRB sebesar sebesar 8%. Dengan prosentase hanya 8 % ini, terutama perikanan masih termasuk rendah, karena begitu banyaknya sumberdaya di sector perikanan dan kelautan yang berpotensi namun belum tergali.
Kami akan menjelaskan program-program/kegiatan Pemerintah Propinsi yang memiliki leverage factors (factor mengungkit) yang merupakan faktor yang mampu memberikan daya ungkit bagi faktor lainnya.
Pariwisata sebagai “driving factor”
Dari data BAPPEDA Propinsi sector “Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum” berkontribusi terhadap PDRB sebesar 1,10 %. Sebagai daerah yang menjadikan sector pariwisata sebagai sector unggulan, maka kontribusi sector Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum dengan nilai 1,10% ini masih perlu kerja keras untuk meningkatkannya, mengingat potensi yang sangat besar di sector pariwisata.
Dapat diasumsikan bahwa kontribusi sector pariwisata terhadap PDRB masih tergolong rendah, padahal Sumatera Barat memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Sumbar memiliki keragaman sumber daya alam yang indah dan lengkap, ada laut, pantai, danau, sungai, gunung, lembah, dan keindahan alam lainnya secara lengkap yang jarang dimiliki oleh daerah bahkan negara lainnya.
Mengingat pontensi yang besar tersebut, perlu usaha dari berbagai pihak, baik pemerintah, NGO, media dan kalangan pebisnis pariwisata untuk bekerja keras mengembangkan pariwisata Sumatera Barat.
Kalau pariwisata berkembang, maka kebutuhan akan industry kreatif akan berkembang, misalnya souvenir bagi turis/pengunjung, pertanian dan industry makanan juga akan berkembang untuk kebutuhan makanan bagi pengunjung, industri perhotelan akan berkembang, industry pengamanan (satpam) akan berkembang, dan industry jasa lainnya juga akan berkembang.
Beberapa daerah mengalami peningkatan ekonomi yang cukup tinggi dapat kami contohkan Kota Bukittinggi sebagai daerah yang lebih dahulu menjadi daerah tujuan wisata di Sumatera Barat.
Kota Sawahlunto mempunyai kemampuan menerobos kota tambang tua menjadi destinasi wisata kota tua, berbagai kebijakan terobosan pemko yang dilakukan sejak dipimpin Walikota Amran Nur sampai walikota sekarang telah merubah wajah Kota Sawahlunto menjadi Kota Wisata.
Kabupaten Pasisir Selatan dipimpin Bupati Nasrul Abit telah menjadikan Kabupaten Pesisir Selatan melalui kegiatan wisata maritim, kawasan Mandeh, Festifal langkisah telah menjadi daerah wisata baru si Sumatera Barat.
Beberapa dareah tersebut telah mampu menjadi pariwisata menjadi sokoguru ekonomi (driven factor) untuk membangkitkan sector ekonomi lainnya.
Bagaimana dengan kami di Kota Pariaman? Sesuai dengan Visi Kota Pariaman 2013-2018 adalah menjadikan Kota Pariaman sebagai daerah tujuan wisata yang islami, dan berwawasan lingkungan, maka sector pariwisata sudah menjadi tujuan bersama setiap SKPD. Setiap SKPD harus memiliki program yang mendukung program pariwisata.
Potensi yang sekarang sedang berkembang pesat adalah kawasan wisata pantai Gandoriah dan Pulau Angso.
Kami secara langsung ikut dalam proses pembinaan sektor pariwisata ini merasakan bagaimana keinginan masyarakat (terutama pemuda) di Pariaman untuk “sato sakaki” (partisipasi) dalam kegiatan pariwisata. Ada kelompok pemuda yang peduli dengan kebersihan pantai dan pulau angso, mempromosikan keindahan pulau, bawah laut, pantai dan Muara Gandoriah, Pusat Penyu dan lainnya.
Kami merasakan juga bagaimana apresiasi pengunjung spesifik dari kalangan ilmuan tentang Pusat penangkaran penyu Pariaman, antara lain yang kami terima langsung, wisatawan dari Universitas Leiden Belanda, Universitas dari USA, National Geographic, Thailand, Vietnam, Jepang, Bangladesh, Korea, China, dan kampus dari dalam negeri. Begitu bersemangatnya staf di Pusat Penangkaran Penyu menerima tamu dengan ramah dan senang hati menunjukan bahwa spirit kepariwisataan (semangat melayani) sudah masuk ke personilnya.
Berkembangnya pusat penangkaran penyu ini, telah menjadi pemicu bagi masarakat untuk membuat kerajinan tangan (souvenir) berbentuk penyu. Souvenir ini cukup laku dijual kepada pengunjung. Kebutuhan akan restoran dan rumah makan juga meningkat yang ditunjukkan dengan semakin banyaknya rumah makan dan restoran di Pariaman. Apa yang telah dilakukan adalah untuk difersifikasi (keragaman) distinasi wisata yang baru, wonderful.
Kemaritiman
Potensi maritim merupakan potensi yang belum tergarap secara maksimal. Sumatera Barat yang memiliki garis pantai mulai dari Selatan Pesisir Selatan, Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman Barat sepanjang 2.420.357 km, dengan luas laut ZEE ¬+ 186.580 km2.
Beberapa potensi pesisir yang dapat dikembangkan adalah pertama, pengembangan perikanan laut. Perikanan yang secara konvensional dilakukan oleh nelayan adalah perikanan tangkap yang mana semakin hari jumlah ikan tangkapan nelayan semakin hari semakin menurun dan jarak yang harus diarungi oleh nelayan juga semakin jauh ke tengah laut. Pesaing kapal asing di tengah Samudra Hindia juga semakin ketat karena kapal asing berukuran besar dan dilengkapi dengan teknologi yang canggih.
Apakah nelayan tradisional kita sudah mampu bersaing dengan kapal-kapal asing tersebut? Untuk sekarang saya asumsikan bahkan kemampuan nelayan kita masih kalah bersaing dibanding nelayan asing dari sisi ukuran dan teknologi kapal.
Stakeholder urusan kelautan dan perikanan di Sumatera Barat perlu memikirkan cara baru agar nelayan tetap mendapatkan ikan.
Perlu perubahan mindset dari “mencari ikan” menjadi “mengelola ikan” contohnya melalui program mina wisata (aqua-tourism). Nelayan kita ajarkan untuk melakukan peternakan ikan di laut misalnya melalui keramba apung dengan teknologi tertentu.
Model seperti ini sangat berhasil di Norwegia telah menjadikan sector perikanan ini menjadi penghasil pendapatan (PDRB) masyarakat terbesar. Di Pariaman, kami sudah mulai melakukan praktek pemula dengan membesarkan (Aqua Culture) ikan kerapu di keramba di laut Pulau Angsoduo Pariaman dengan program mina-wisata.
Potensi lain di bidang kemaritiman di Sumatera Barat adalah industri pelabuhan. Di perairan di depan Sumatera Barat, Samudra Hindia, ada ribuan kapal (kapal ikan) antar benua yang berukuran besar yang berlayar antar benua. Kapal-kapal tersebut memerlukan tempat untuk berlabuh untuk mengisi bahan bakar, stock makanan, pakaian dan lain-lainnya. Juga kapal pesiar jurusan eropa menuju Australia dan Selandia Baru yang melewati Samudra Hindia di depan Sumatera Barat.
Sumatera Barat dapat mengambil peluang untuk tempat berlabuhnya kapal pesiar ini. pengembangan indusri pelabuhan ini akan memberikan dampak untuk pertumbuhan PDRB Sumatera Barat dan secara langsung untuk perekonomian masyarakat Sumatera Barat.
Pertanian
Sumatera Barat merupakan daerah subur untuk pertanian. Beberapa kebutuhan pertanian seperti beras dan sayur-sayuran untuk daerah Propinsi Riau berasal dari Sumatera Barat. Kebutuhan beras di Propinsi Riau mencapai 616.115 ton pertahun, sedang produksi lokal hanya 274.379 ton, berarti masih kekurangan beras sebesar 341.736 ton. Untuk memenuhi kekurangan beras tersebut, Riau masih mendatangkan beras dari provinsi tetangga yakni Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Belum lagi kebutuhan masyarakat Riau akan sayur-sayuran kebanyakan dipasok dari Sumatera Barat.
Ini merupakan peluang besar dari Sumatera Barat untuk terus meningkatkan produksi pertanian, karena pasar sudah jelas.
Jikalau pertanian ini dikembangkan secara industri (agriculture), akan mendatangkan nilai tambah secara ekonomi. Thailand mampu menjadikan pertanian sebagai sektor ekonomi utama dengan mengembangkan industri olahan pertanian, demikian juga China kita lihat sekarang sangat banyak produk pertaniannya masuk ke Indonesia.
Sumatera Barat perlu menjaga stabilitas luas lahan pertanian, karena banyaknya lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi lahan perumahan yang dapat membahayakan kuantitas produk pertanian.
Perlu dibuatkan pemetaan mana lahan produktif pertanian yang sama sekali tidak boleh dialihfungsikan lahannya dan mana lahan pertanian yang tidak produktif dan memungkinkan untuk dialihfungsikan, serta perlu dilakukan juga pembukaan lahan pertanian yang baru, intensifikasi dan intensifikan pertanian.
Dari uraian ringkas di atas, menurut kami factor pariwisata, kemaritiman dan pertanian dapat dijadikan lokomotif pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Ketiga factor di atas, menurut pandangan kami dapat memberikan dorongan kepada sector lainnya untuk memacu pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat. Wasalam.
Oleh: Dr. Genius Umar, S.Sos, M.Si (Wakil Walikota Pariaman)