Terlihat para ibu-ibu memilih bahan (rough) batu akik buat diasah jadi liontin dan cincin.
Demam batu akik tidak hanya berkah bagi pengrajin asah dan penjual batu akik saja di seluruh nusantara. Fenomena batu akik juga disebut-sebut mengurangi tensi politik alias political temprature cooldown.
Hal itu terungkap saat kami melakukan survey dalam beberapa waktu belakangan ini. Dari para pecandu memancing, pemasang togel hingga pengamat politik beralih membicarakan batu akik ketimbang hobi mereka sebelumnya.
"Tidak ada lagi orang yang menggosip walikota, bupati dan gubernur apalagi presiden. Semua sibuk membicarakan batu akik, mencari bahan dan pergi ke penjual ikat dan tukang asah," kata Yen Henri (45), warga komplek perumahan Jati Raya Indah Pariaman, Rabu (11/3).
Lain dengan Henri lain pula dengan Man Listrik (50) dan Wan Tukang (40), warga Kota Pariaman lainnya. Dua sahabat konco ini dulunya hobi memancing. Mancaragam joran dan mata pancing dia koleksi.
"Sekarang mungkin mata pancing saya sudah karatan. Sudah bulanan tidak mancing, padahal sebelumnya paling tidak dua kali seminggu kami pergi memancing di berbagai tempat," kata Man, diamini Wan.
Wan menimpali, tidak hanya bapak-bapak, para ibu-ibu juga kena demam batu akik.
"Ibu-ibu juga demikian, banyak juga pergi ke tukang asah batu akik buat liontin dan cincin," ungkapnya.
Hal (fenomena) tersebut diamini oleh Ketua KADIN Pariaman Bgd. H. Jamohor, S.Sos, M.SiP. Jamohor mengatakan bahwa fenomena batu akik berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat, baik di Kota Pariaman maupun Kabupaten Padangpariaman.
"Kalau ada yang ngomong politik di palanta, tidak didengar lagi, tapi kalau membahas batu akik baru direspon," kata Jamohor.
OLP
Demam batu akik tidak hanya berkah bagi pengrajin asah dan penjual batu akik saja di seluruh nusantara. Fenomena batu akik juga disebut-sebut mengurangi tensi politik alias political temprature cooldown.
Hal itu terungkap saat kami melakukan survey dalam beberapa waktu belakangan ini. Dari para pecandu memancing, pemasang togel hingga pengamat politik beralih membicarakan batu akik ketimbang hobi mereka sebelumnya.
"Tidak ada lagi orang yang menggosip walikota, bupati dan gubernur apalagi presiden. Semua sibuk membicarakan batu akik, mencari bahan dan pergi ke penjual ikat dan tukang asah," kata Yen Henri (45), warga komplek perumahan Jati Raya Indah Pariaman, Rabu (11/3).
Lain dengan Henri lain pula dengan Man Listrik (50) dan Wan Tukang (40), warga Kota Pariaman lainnya. Dua sahabat konco ini dulunya hobi memancing. Mancaragam joran dan mata pancing dia koleksi.
"Sekarang mungkin mata pancing saya sudah karatan. Sudah bulanan tidak mancing, padahal sebelumnya paling tidak dua kali seminggu kami pergi memancing di berbagai tempat," kata Man, diamini Wan.
Wan menimpali, tidak hanya bapak-bapak, para ibu-ibu juga kena demam batu akik.
"Ibu-ibu juga demikian, banyak juga pergi ke tukang asah batu akik buat liontin dan cincin," ungkapnya.
Hal (fenomena) tersebut diamini oleh Ketua KADIN Pariaman Bgd. H. Jamohor, S.Sos, M.SiP. Jamohor mengatakan bahwa fenomena batu akik berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat, baik di Kota Pariaman maupun Kabupaten Padangpariaman.
"Kalau ada yang ngomong politik di palanta, tidak didengar lagi, tapi kalau membahas batu akik baru direspon," kata Jamohor.
OLP