Bacan koleksi
Saya masih tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Sekali lagi saya mengamati batu berwarna hijau bening seukuran kacang atom yang terikat pada cincin titanium itu.
“Serius ini 6 juta?” tanya saya.
“Iyo 6 juta itu, langka, jenis Bacan Palamea. So setengah proses makanya mahal.”
Saya menatap dalam-dalam mata si bapak penjual, mencoba mencari setitik kebohongan di sana. Dia terlihat sangat yakin dan serius dengan ucapannya.
“Tara bisa kurang lagi depe harga? So harga pas kah?” tanya saya lagi.
“Cee tara bisa, memang depe harga bagitu Pak.”
Hmph. 6 juta. Dengan uang segitu saya bisa keliling Vietnam tiga kali selama sebulan setengah.
Tapi Batu Bacan memang spesial. Untuk pecinta batu mulia, harga segitu masih masuk akal. Di Maluku Utara, memakai cincin bertatahkan Batu Bacan adalah kebanggaan. Prinsipnya sama
Ada dua jenis Batu Bacan yang sudah terkenal: Bacan Palamea dan Bacan Doko. Nama itu sesuai dengan nama desa penghasilnya yang terletak di Pulau Kasiruta, Kabupaten Bacan. Umumnya Batu Bacan berwarna hijau. Bedanya, Bacan Palamea berwarna hijau kebiruan, sedangkan Bacan Doko berwarna hijau gelap kehitaman. Saya lebih suka Bacan Palamea sih, warnanya lebih menarik. Ada juga Batu Bacan yang berwarna merah, hitam, coklat, hingga panca-warna, tapi kurang populer.
Apa yang membuat Batu Bacan istimewa? Karena dia “hidup.” Istilah umumnya, “berproses.” Batu Bacan bisa berubah warna dari hijau kehitaman menjadi hijau bening, crystal clear! Kalo disenter tembus, dan cahaya hijaunya berpendar indah.
Menurut Suhu Batu Nugraha (bused dah suhu batu), Batu Bacan (Chrysocolla Chalcedony) merupakan perpaduan antara mineral Chrysocolla yang berkontribusi memberi warna biru-hijau dan Chalcedony yang membuatnya mempunyai kekerasan 7 skala Mohs, karena secara mandiri Chrysocolla sangat lunak dan rapuh. Selain warna, keunikan batu Bacan adalah kemampuannya untuk bisa berubah transparansi karena perubahan orientasi atom-atom Chrysocolla dalam kondisi tertentu seperti temperatur, kelembaban, kadar Silica dan adanya kandungan mineral lain.
Nah, lama prosesnya tergantung Yang Maha Kuasa. Bisa dua tahun, lima tahun, atau lebih. Kalo kata orang-orang, Batu Bacan yang sudah jadi cincin harus dipake tiap hari biar prosesnya lebih cepat. “Itu pengaruh dari panas tubuh dan keringat kita,” kata salah satu kawan saya. Dari teorinya itu saya yakin prosesnya akan lebih cepat kalo Batu Bacan disimpan di ketek.
Bagaimana kalo Batu Bacan-nya masih berbentuk bongkahan? Para penjual batu punya cara unik. Mereka merendamnya di air. Jadi jangan heran kalo melihat bongkahan batu dalam toples berisi air, itu Batu Bacan, bukan ginjal atau usus buntu yang dijadikan kenang-kenangan operasi.
Awalnya, sih, memang cuma direndam di air tawar. Lalu, para penjual maupun pemilik Batu Bacan mulai berimprovisasi untuk mempercepat proses ini. Ada yang merendamnya di air soda, minyak kayu putih, hingga cairan infus! Salah seorang kawan saya, kolektor sekaligus penjual Batu Bacan, merendam bongkahannya menggunakan santan kelapa. “Harus santan kelapa asli, jangan pake santan Kara, nanti batunya jadi jelek,” katanya. Entahlah ini mau mempercepat proses atau bikin opor.
Kalo lo traveling ke Pulau Bacan dan ingin membawa bongkahan Batu Bacan sebagai oleh-oleh, hati-hati. Di bandara Ternate suka diambil sama petugas. Sekarang sih masih bisa diajak debat, dan biasanya mereka kalah karena tidak ada aturan resmi yang melarang. Tapi, sebentar lagi akan ada PERDA khusus untuk batu mulia ini yang mengatur tata tertib membawa bongkahan Batu Bacan.
Untuk amannya, beli jadi saja. Dukung perekonomian lokal. Yang ukuran kecil dan masih proses harganya gak nyampe 500 ribu kok, lumayan lah buat kenang-kenangan. Sebelum harga melunjak loh. Saat ini cadangan Batu Bacan semakin sedikit akibat penambangan yang semakin marak. Harganya pun ikut merangkak naik. Bisa jadi batu yang tadinya 6 juta, tahun depan naik jadi 10 juta. Bayangkan, 10 juta bisa buat apa?
Sumber