Ajaran agama Islam itu sungguh hebat. Hanya saja orang-orang Islam yang
berjarak dengan ajaran Islam. Sehingga akibatnya banyak orang Islam rusak. Mereka
bertentangan dengan ajaran Islam yang hebat itu.
Rais Syuriah PBNU KH Hasyim Muzadi mengungkapkan hal itu pada tabligh
akbar dalam rangka peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW di Pondok Pesantren
Nurul Yaqin Ringan-Ringan Pakandangan, Kecamatan VI Lingkung, Kabupaten
Padangpariaman, Propinsi Sumatera Barat, Minggu (18/1/2015). Menurut Hasyim ulama-ulama Ahlussunnah Waljamaah tidak pernah mengkafirkan orang lain. Tapi
ada ulama yang dengan gampang mengkafirkan orang lain.
“Disinilah bedanya wali Allah dengan wali jenggot. Wali Allah tidak mau
mengkafirkan orang lain. Jika memang ada yang kafir maka akan diajak betul ke
Islam. Ini kan tidak, jika berbeda saja dengan pendapatnya langsung dikafirkan,”
kata Hasyim mantan Ketua Umum PBNU ini.
Hasyim juga menyebutkan, ada kelompok bernama ISIS yang katanya
menegakkan syariat Islam. Dari Indonesia mereka datang ke negara Islam,
memerangi orang-orang Islam. Kalau memang menegakkan Islam seharusnya ke negara
yang bukan Islam. Tapi bukan dengan cara membunuh orang lain.
“Jika ajaran Islam berbuat baik itu dengan menyantuni anak-anak yatim. Ini
mereka malah memproduksi anak yatim dengan membunuh orang Islam sendiri,” kata
Hasyim yang disambut tawa hadirin.
Kenapa mereka sampai melakukan tindakan tersebut? Alasannya, saya ini
Islam yang lain tidak Islam. mereka harus diperangi. Ini memang keliru sekali,
kata Hasyim.
Terkait dengan peringatan Maulud Nabi Muhammad Saw., kata Hasyim Muzadi,
bagaimana sebagai umat Islam dapat meneladaninya. Bukan hanya mengajarkan
peringatan maulud nabi ini, tapi bagaimana kita meneladani sosok Nabi Muhammad
Saw. Teladan di sini bisa menjadi contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Dulu, kata Hasyim, orang belajar dari rumah ke pesantren. Dari pesantren
langsung pula ke rumah. Sehingga banyak tokoh nasional lahir dari ranah Minang
ini. Tapi kini orang belajar belum tentu dari rumah ke pesantren. Boleh jadi
mereka dari rumah ke mall-mall. Di sisi lain, juga terjadi putus hubungan komunikasi antara
anak dengan orang tuanya.
“Konsep Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS SBK) yang
ada di Minang membuktikan Islam bisa menerima budaya lokal dalam menjalankan
kehidupan beragama. Ini sesuai dengan pemahaman keagamaan Imam Syafei yang
menerima budaya lokal sejauh tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan hadist.
Artinya, bila sesuatu tidak diatur dengan tegas di dalam Al Qur’an dan hadist,
ya boleh dilakukan bagaimana baiknya untuk urusan umat,” kata Hasyim
menambahkan.
Sebelumnya, turut memberikan sambutan Wakil Gubernur Sumbar Muslim
Kasim, Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, dan Ketua Yayasan Pesantren Nurul
Yaqin Idarussalam. Tampak hadir A’wan PBNU Buya Tuanku Muhammad Leter, Ketua
PBNU Prof. DR. Maidir Harun, Kepala Kemenag Propinsi Sumbar Syahrul Wirda,
Ketua PWNU Sumbar Maswar, Ketua PCNU Padangpariaman Abdul Hadi, pejabat
Kabupaten Padangpariaman, orangtua santri, majelis taklim dan ribuan jamaah lainnya.
AT