Foto: Ibu-ibu Bhayangkari Polda Sumbar saat mengunjungi pusat penangkaran penyu Kota Pariaman
Komitmen Pemerintah Kota Pariaman Mewujudkan Kota Pariaman
sebagai kota tujuan wisata di Indonesia, sudah tak diragukan lagi. Grand
design yang merancang spesifikasi wisata sudah dipersiapkan sejak awal.
Pantai Gandoriah Pariaman destinasi utama tujuan pariwisata
Kota Pariaman memang telah dipersiapkan untuk menjadi wisata untuk umum.
Pembenahan infrastruktur di kawasan pantai berpasir bersih ini, terus dilakukan,
jalan aspal mulus selebar tiga meter membentang mulai dari muaro Pariaman
hingga Pantai Kata Pariaman.
Taman-taman bermain untuk anak, mulai dari taman huruf
hijaiyah dan taman angka memiliki nilai tersendiri di kota yang pernah meraih
penghargaan Kota Layak Anak ini. Di sudut lain, batu grib di tepi muaro, tidak
hanya berfungsi sebagai pemecah ombak, namun juga menjadi ajang pegiat olahraga
memancing menyalurkan hobinya.
Disamping itu lokasi ini menjadi spot tersendiri
bagi pecinta fotografer untuk mengabadikan keindahan pantai dan laut yang
terbentang luas. Di atas batu grib ini juga, juga menjadi sarana wisata bagi
keluarga menikmati keindahan sunset dihiasi dengan pemandangan kapal nelayan
yang bersandar pulang mencari ikan.
Di tepi muaro ini juga, pecinta olahraga bahari, bisa
menikmati perjalanan menuju pulau-pulau eksotik yang ada di Kota Pariaman.
Cukup dengan membayar Rp 35 ribu sudah termasuk asuransi jiwa, pengunjung bisa
menikmati pasir putih di pulau anso duo, pulau ujuang, pulau kasiak yang masih
perawan ini diantar speed boat yang disediakan khusus oleh Pemko
Pariaman.
Sementara itu Pantai Cermin dan Pantai Kata Pariaman, saat
ini tengah dipersiapkan untuk menjadi destinasi liburan keluarga dan sebagai
lokasi liburan untuk gathering bagi perusahaan-perusahaan yang ingin liburan
bersama keluarga karyawan mereka. Sejumlah pengusaha nasional yang merupakan
perantau Kota Pariaman sudah menyatakan minat mereka untuk berinvestasi di
sini. Saat ini sedang dalam proses pengurusan izin.
Meski demikian, Pemko Pariaman sepertinya tak kehabisan akal
untuk terus mengembangkan destinasi baru dengan mengusung ide “ecotourisme”
atau ekowisata. Jika merunut kepada definisi ekowisata menurut Organisasi The
Ecotourisme Society, ekowisata ini dapat diartikan sebagai bentuk
perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
Mengusung konsep ini, maka sejak awal kepemimpinan Mukhlis
Rahman di periode pertama, tahun 2009, dimulailah program konservasi penyu,
yang berada di bawah Konservasi Kawasan Laut Daerah (KKLD) Dinas Perikanan dan
Kelautan Kota Pariaman.
Kawasan Koservasi Penyu yang berada di Pantai Ampalu Pariaman
inipun menjadi destinasi wisata unggulan lainnya. Keistimewaan wisata yang satu
ini dibandingkan kawasan konservasi yang ada di daerah lain, kawasan konservasi
penyu di Kota Pariaman berada didaratan. Tak perlu menempuh pulau untuk melihat
proses berkembang biaknya hewan yang dilindungi di dunia ini. Agaknya pengambil
kebijakan di kota tabuik ini paham betul pesona si penyu hijau, penyu lekang
dan penyu sisik ini akan menarik pecinta lingkungan, untuk melangkahkan kakinya
ke kota tabuik ini.
Pembenahan dan kebijakan pun diambil untuk menyukseskan program ini. Pemko Pariaman menyiapkan anggaran untuk membeli telur-telur penyu dari masyarakat setempat yang memang hidup dari hasil menjual telur penyu ini. Satu butir telur dihargai Rp3.500.
Sejak beroperasi pada 2009, Pusat Penangkaran Penyu yang berjarak sekitar 1,5
kilometer dari pusat pemerintahan "Kota Tabuik" itu telah berhasil
mengumpulkan lebih dari 30 ribu butir telur. Lebih dari setengahnya telah
berhasil ditetaskan.
Sarana dan prasarana pun terus dilengkapi, setelah memiliki
bak incubator untuk proses penetasan telur, bak pasir untuk sarana hidup tukik
yang baru menetas hingga bak air tempat tukik belajar berenang sebelum di
lepaskan ke lautan luas. Bahkan tahun ini Pemko Pariaman juga telah melengkapi
fasilitas kolam ombak untuk tukik-tukik tersebut, sehingga si tukik tidak shock
saat menghadapi air bergelombang di lautan, ketika mereka kembali ke
habitatnya. Di Sepanjang kawasan itu juga dibudayakan hutan mangrove, sehingga
makin menambah kesejukan wisata penangkaran penyu.
Tangan dingin Mukhlis Rahman dan Genius Umar mengemas
kepedulian terhadap penyu ini menjadi tujuan wisata, berbuah manis. Sosialisasi
terhadap kawasan ini pun dikemas dengan apik, setiap ada kegiatan yang
menghadirkan tamu-tamu dari luar, maka Pemko Pariaman pun mengagendakan
pelepasan tukik (anak penyu) sebagai bagian akhir dari kegiatan.
Tamu-tamu kenegeraan yang datang ke Kota Pariaman, juga
selalu diajak ke penangkaran penyu. Kalangan perguruan tinggi dan pecinta
alam pun diundang untuk melakukan kegiatan penelitian dan konservasi di kawasan
ini. Bahkan setahun terakhir, pegiat wisata alam, mulai menawarkan penangkaran
penyu sebagai bagian dari paket wisata yang menjanjikan. Tak ayal jika
kawasan ini menjadi kawasan tujuan wisata yang favorit saat ini.
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
Capaian-capaian keberhasilan tersebut tidak lantas membuat
Pemko Pariaman menepuk dada. Sebab tujuan utama program-program yang digagas
pemerintah, adalah untuk kesejahteraan rakyatnya. Hal inilah yang membuat Pemko
Pariaman mulai menggagas, bagaimana ekowisata ini memberi dampak positif terhadap
kesejahteraan rakyat.
Program utama, yang telah berjalan, membeli telur-telur penyu
itu dari warga yang memang menggantungkan hidup dari menjual telur penyu.
Dengan demikian, sebagian besar warga yang menggantungkan hidup dari laut ini
tak terputus mata pencahriannya. Program lain yang sedang berjalan saat ini,
memberikan pelatihan pembuatan souvenir murah meriah namun spesifik kepada
anak-anak nelayan yang putus sekolah di lokasi wisata penangkaran penyu. Dengan
harapan mereka bisa menambah penghasilan keluarga dari penjualan kerajinan ini.
Program lain yang tak kalah penting adalah menyiapkan
satu atau dua kamar yang ada di rumah-rumah penduduk sebagai tempat penginapan
sederhana atau home stay. Sejumlah warga sudah mendapat pelatihan tentang
bagaimana pengelolaan home stay ini. Targetnya, home stay ini tidak hanya untuk
penginapan penggiat linkungan, namun juga untuk mahasiswa-mahasiswa yang sedang
melakukan penelitian. Seperti baru-baru ini sejumlah mahasiswa asing dari
Belanda dan Jerman melakukan penelitian tentang penyu di Kota Pariaman ini.
Disamping itu program yang saat ini sedang diupayakan
kerjasamanya adalah membuka kembali jalur kereta api Pariaman –Nareh yang
nantinya akan melewati kawasan wisata penangkaran penyu ini. Dengan demikian,
kawasan ini makin banyak pengunjungnya. Seluruh program ini tentunya nanti akan
berujung kepada pemberdayaan ekonomi rakyat, khususnya warga di sekitar
penangkaran penyu.
Meski demikian, yang perlu menjadi perhatian Pemko Pariaman
nantinya, adalah bagaimana menghadirkan hotel yang representative di kawasan
ini. Kalngan menengah atas yang ingin menikmati liburan keluarga, tentunya
membutuhkan penginapan yang lebih nyaman. Mungkin jika selama ini, kesulitan
mencari investor yang mau melirik kawasan ini.
Tak ada salahnya, Pemko Pariaman memulai secara bertahap
melalui anggaran APBD Kota Pariaman. Tak perlu besar-besar, karena menurut
Ketua PHRI Yusran Maulana, jenis penginapan yang cocok adalah model bungalow
atau cottage, sebab memang Kota Pariaman memang cocok untuk kota persinggahan.
Selain itu kehadiran rumah makan dengan spesifik makanan khusus, seperti sate
piaman yang terkenal kelezatannya perlu menjadi perhatian.
Meski saat ini banyak warung sate yang ada di Pariaman, namun
restoran sate yang representative di Kota Pariaman, boleh disebut belum ada.
Penunjang seperti ini penting, karena seperti yang
diungkapkan Ketua Asita Ian Hanafiah, perlu memikirkan strategi bagaimana
wisata di Pariama menjadi tujuan wisata gathering perusahaan-perusahaan besar
di Sumbar, Riau dan Jambi. Penginapan dan rumah makan yang representative
dengan harga terjangkau menjadi salah satu indicator yang harus dipenuhi,
dengan tujuan akhir untu kesejahteraan warga Pariaman. (***)
Penulis: Zikriniati, wartawati Padang Ekspress.
Juara III Jurnalis Award 2014 Kota Pariaman