Foto: Labuang (labuhan) Pulau Kasiak, by Oyong Liza Piliang.
Pemerintah Kota (Pemko) Pariaman dibawah duet kepemimpinan Walikota
(Wako) Mukhlis Rahman dan Wakil Walikota (Wawako) Genius Umar terus bergerak
cepat mengimplementasikan visi misi dan program kerja yang pernah ditawarkan
saat masa kampanye Pilkada 2013 lalu.
Salah satunya visi bidang pariwisata. Visi tersebut telah dituangkan
ke dalam peraturan daerah (Perda) tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Pariaman 2013-2018 yakni
Pariaman Sebagai Kota Tujuan Wisata Budaya dan Ekonomi Kreatif.
Mewujudkan visi tersebut, berbagai upaya, langkah, kebijakan dan
program kerja telah dan terus dijalankan Pemko Pariaman. Targetnya bagaimana
membenahi, meningkatkan dan mengembangkan potensi pariwisata yang ada serta
bagaimana wisatawan bisa ramai datang berwisata ke daerah tersebut.
Infrastruktur pendukung kepariwisataan, terutama sarana prasarana dan
fasilitas publik di kawasan objek wisata dibangun, dibenahi dan ditingkatkan.
Akses jalan menuju sejumlah kawasan objek wisata telah bagus, akses wisata ke
pulau dibuka dan moda transportasi juga sudah cukup memamadai.
Pemerintah daerah juga terus berupaya mendorong adanya perubahan
paradigma (mindset) masyarakat menghadapi dinamika geliat pariwisata. Baik
melalui penyuluhan, sosialisasi, pelatihan maupun upaya persuasif lainnya.
Intinya, bagaimana masyarakat Pariaman siap menerima kunjungan wisatawan.
Disisi lain, mendukung geliat pengembangan pariwisata, pemerintah
daerah juga terus membangun jaringan dengan kalangan swasta maupun pihak ketiga
lainnya. Tujuannya bagaimana merangkul masuknya investasi ke Pariaman, khusus
investasi di sektor jasa perhotelan dan restoran serta usaha jasa lainnya.
Geliat Pariwisata
Pariaman merupakan hamparan dataran rendah yang landai, berada di
pantai Barat Pulau Sumatera dengan ketinggian antara 2 sampai 35 meter diatas
permukaan laut (mdpl). Wilayah administratifnya terdiri dari daratan dan
perairan laut. Luas wilayah perairan hampir lima kali lipat luas daratan.
Luas wilayah administrasi daratan mencapai 73,36 kilometer persegi.
Sedangkan, luas wilayah perairan mencapai 282,69 kilometer persegi. Pariaman
memiliki garis pantai sepanjang 12,7 kilometer yang membentang dari bagian
Utara sampai ke Selatan pantai Barat Sumatera.
Di sepanjang garis pantai terdapat sejumlah titik kawasan yang telah
dikembangkan sebagai objek wisata. Mulai dari bagian Utara di Nareh ada Pantai
Belibis, terus ada Pantai Mangguang dengan Pusat Penangkaran Penyu, Pantai
Pauah, Pantai Gandoriah, Pantai Cermin, Pantai Kata dan Pantai Sunur.
Wilayah perairan laut seluas 282,69 kilometer persegi didalamnya
terdapat lima gugusan pulau kecil tak berpenghuni, Pulau Ansoduo, Pulau Kasiak,
Pulau Ujuang, Pulau Tangah dan Pulau Bando. Masing-masing pulau memiliki
potensi dan pesona keindahan pemandangan dan wahana bawah laut menjanjikan.
Upaya Pemko Pariaman membangkitkan kembali ruh pariwisata, khususnya
potensi wisata bahari mulai menuai hasil. Indikasi bisa dilihat dari
peningkatan arus kunjungan wisatawan ke Pariaman. Tiap akhir pekan dan pada
hari-hari libur jumlah kunjungan wisatawan terus mengalami lonjakan.
Lonjakan arus kunjungan wisatawan barometernya bisa ditakar dari
tingginya pengguna jasa kereta api wisata dari Padang ke Pariaman. Data PT. KAI
Divre II Sumbar, sedikitnya tercatat ada 1.500 sampai 2.000 orang penumpang
kereta api dari Padang ke Pariaman tiap akhir pekan.
Indikasi meningkatnya jumlah arus kunjungan wisatawan ke 'Kota Sala
Lauak' juga bisa ditakar dari terjadinya lonjakan jumlah peminat paket wisata
khusus ke Pulau Ansoduo maupun wisata ke pulau-pulau lain yang ada di pesisir
pantai Pariaman.
Data beberapa pengelola usaha jasa moda transportasi ke pulau, tiap
Sabtu dan Minggu tak kurang dari 300 sampai 600 orang wisatawan menggunakan
jasa perahu mereka untuk datang menikmati keelokan pemandangan Pulau Ansoduo,
Pulau Ujuang, Pulau Tangah maupun keindahan Pulau Kasiak.
Sepekan libur Lebaran Idul Fitri 1435 H kemarin, jumlah kunjungan
wisatawan ke pulau meningkat sangat drastis. Tiap hari rata-rata ada 1.000
sampai 1.500 orang menggunakan jasa perahu untuk datang berwisata ke pulau
dengan tiket Rp35 ribu pulang pergi.
Begitu pula dengan arus kunjungan wisatawan ke kawasan objek wisata
Pusat Penangkaran Penyu yang berlokasi di Pantai Mangguang, Kecamatan Pariaman
Utara. Data buku tamu UPTD Pusat Penangkaran Penyu mencatat pada musim lebaran
kemarin, tak kurang dari 1.000 orang berkunjung melihat penyu.
Potensi Bahari
Pulau Ansoduo, pulau ini memiliki luas 5,13 hektare. Berada persis di
depan Pantai Gandoriah. Di dalamnya terdapat sebuah situs sejarah bernama
'Kuburan Panjang'. Kuburan Panjang sendiri diduga adalah makam Katik Sangko
seorang syech penyebar Islam di pesisir Barat Pariaman dulunya.
Pulau Ansoduo memiliki bibir pantai yang landai dengan pasirnya yang
halus. Di bibir pantai bagian Timur dan Selatan terdapat hamparan terumbu
karang, meski kondisinya sedikit rusak. Jika pasang laut sedang surut,
karang-karang tersebut akan muncul ke permukaan.
Berbagai fasilitas pendukung pariwisata telah dibangun Pemko Pariaman
di Pulau Ansoduo. Antara lain, rumah singgah nelayan, mushalla, sumber air
bersih dan jalan setapak dibawah rerimbunan pepohonan, termasuk akses
transportasi wisatawan. Pulau ini ramai dikunjungi wisatawan saat akhir pekan.
Pulau Ansoduo cocok jadi tempat liburan keluarga. Jaraknya hanya 10
menit perjalanan laut dari dermaga Muaro Pariaman. Sayangnya di pulau ini belum
ada aktifitas permainan yang bisa dilakukan wisatawan. Alangkah bagusnya jika
di Pulau Ansoduo tersedia pula aneka permainan air dan peralatan snorkling.
Pulau Ujuang, terletak di bagian ujung arah Selatan deretan pulau di
Pariaman. Pulau Ujuang luasnya 3,94 hektare merupakan gugusan pulau asri. Pulau
ini biasa dikunjungi oleh nelayan pemancing ikan atau nelayan yang melabuhkan
perahu. Jaraknya sekitar 20 menit perjalanan laut dari Muaro Pariaman.
Pulau Ujuang memiliki pantai yang landai. Pasir pantainya putih
jernih, air lautnya berwarna biru bersih. Di bagian tubir Pulau Ujuang arah ke
Timur dan tubir arah Utara di kedalaman 5 sampai 15 meter terdampar sebuah
taman terumbu karang dengan beraneka jenis dan warna.
Selain punya spot lokasi memancing, Pulau Ujuang dengan keindahan
taman bawah laut terumbu karang, sejak beberapa waktu belakangan banyak
diminati oleh pehobi olahraga menyelam. Sayangnya, ketersediaan air tawar dan
fasilitas kamar mandi serta toilet di pulau ini jadi kendala bagi wisatawan.
Letaknya yang jauh, terpencil dari aktifitas wisatawan kebanyakan
serta didukung oleh kondisi alam asri dan potensi terumbu karangnya yang masih
terjaga, Pulau Ujuang cocok dikemas jadi kawasan wisata minat khusus, seperti
wisata menyelam atau snorkling. Tinggal lagi bagaimana menyediakan fasilitas.
Pulau Kasiak, pulai ini terletak paling ujung di bagian Utara dari
deretan pulau yang ada di perairan Pariaman. Pulau Kasiak memiliki luas 1,25
hektare. Jaraknya sekitar 25 menit perjalanan laut menggunakan perahu boat dari
dermaga Muaro Pariaman.
Pulau Kasiak memiliki view laut yang indah dengan hamparan pantai
berkoral kecoklatan serta halaman pulau yang ditumbuhi beraneka jenis terumbu
karang. Sayangnya, tingkat kerusakan terumbu karang di pulau ini cukup tinggi.
Hal itu bisa dilihat dari banyaknya bangkai karang berserakan di pantai.
Di Pulau Kasiak terdapat menara mercusuar setinggi 40 meter sebagai
rambu lalulintas transportasi kapal laut. Terdapat juga bangunan perumahan
petugas penjaga mencusuar, lengkap dengan segala fasilitasnya. Pulau ini dihuni
oleh 2 orang petugas penjaga mercusuar.
Pulau Kasiak kini juga dikembangkan oleh Pemko Pariaman sebagai Pusat
Penangkaran Penyu. Pantai pulau ini kerab dijadikan oleh penyu sebagai lokasi
bertelur. Untuk menjaga kelestarian habitat hewan langka tersebut, di Pulau
Kasiak kini dibangun tempat penetasan telur penyu.
Pulau Kasiak ramai dikunjungi wisatawan. Selain ada fasilitas
pendukung seperti ketersedian air bersih untuk membilas badan sehabis berenang,
keberadaan pulau ini juga relatif tenang. Wisatawan yang datang ke Pulau Kasiak
tujuannya untuk menenangkan pikiran dan pada malam hari bisa melihat penyu
bertelur.
Pulau Tangah, pulau ini luasnya 6,58 hektare, terletak antara Pulau
Ansoduo dan Pulau Ujuang. Pulau ini jarang dikunjungi wisatawan. Salah satu
kendala yakni faktor sulitnya melabuhkan perahu karena tingginya karang di
perairan pantai. Selain itu kondisi pulau hanya berupa rimba pepohonan saja.
Pulau Tangah selama ini hanya dikunjungi oleh nelayan atau pemancing,
gugusan karang yang ada di pulau ini merupakan sarang bagi ikan-ikan kecil.
Bibir pantai arah ke Timur atau arah ke daratan merupakan lokasi berlabuhnya
perahu-perahu besar pencari ikan untuk menghindari badai.
Pulau Bando, pulau ini dikenal juga dengan nama Pulau Pandan. Dalam
sya'ir lagu Minang dinukilkan, 'Pulau Pandan Jauah Ditangah, Dibaliak Pulau
Ansoduo'. Sesuai sya'ir lagu itu, letak Pulau Bando memang jauh ke tengah
lautan. Jaraknya 45 menit perjalanan dengan perahu dari Muaro Pariaman.
Sejauh ini belum ada data resmi tentang profil Pulau Bando dibuat oleh
pihak DKP Pariaman. Pulau ini merupakan gugusan karang terjal. Luasnya hampir
sama dengan luas Pulau Tangah. Pulau ini ditumbuhi pepohonan liar dan kelapa.
Pulau ini berlabuh perahu nelayan untuk menghidari badai.
Lumba-Lumba dan
Penyu
Keberadaan pulau-pulau kecil dengan segala keindahan dan keunikannya
yang telah menjadi aset kekayaan wisata bahari Pariaman bertambah menarik
dengan kehadiran satwa laut ikan Lumba-Lumba dan kehadiran berbagai jenis Penyu
di perairan pantai maupun di pulau-pulau.
Lumba-lumba sering muncul berlompatan secara bergerombolan di sekitar
perairan pantai maupun di perairan pulau-pulau yang ada di Pariaman. Kehadiran
hewan laut langka yang dilindungi ini selalu menarik perhatian warga maupun
pengunjung pantai. Menurut nelayan jumlah Lumba-Lumba ini ribuan ekor.
Sayangnya, fenomena kehadiran Lumba-Lumba secara periodik ke perairan
pantai dan pulau di Pariaman masih dianggap sebagai peristiwa biasa. Kehadiran
hewan langka itu belum dikemas menjadi aset wisata bahari yang layak dan bahkan
mungkin paling laku dijual kepada para wisatawan.
Sebagai perbandingan, di kawasan objek wisata Pantai Karimun Jawa, di
objek wisata pantai di Lombok maupun pantai-pantai lainnya di Indonesia, untuk
bisa menyaksikan aksi gerombolan Lumba-Lumba, wisatawan harus merogeh kocek
dalam-dalam yang nilai bisa mencapai jutaan rupiah.
Tak hanya berbiaya mahal, untuk menyaksikan aksi Lumba-Lumba di objek
wisata di daerah lain tersebut, wisatawan harus berjuang dulu melawan ganasnya
ombak, ditambah pula dengan jarak tempuh perjalanan laut yang memakan waktu
berjam-jam. Begitu berat tantangannya. Tapi peminatnya tetap tinggi.
Ketika di daerah lain wisatawan harus berjuang berat untuk sekedar
bisa menyaksikan dan mengabadikan fenomena kehadiran ribuan Lumba-Lumba, di
Pariaman hewan laut langka itu justru muncul dan menari-nari secara periodik di
perairan pantai dan pulau. Namun, belum dijadikan aset wisata.
Gerombolan Lumba-Lumba bisa dijinakan dengan cara diberi makan secara
rutin di satu spot tertentu. Jika sudah terbiasa diberi makan, ikan-ikan langka
tersebut biasanya akan sering hadir di spot tersebut. Bahkan, di beberapa
daerah kehadirannya bisa dipanggil hanya menggunakan tiupan pluit.
Di Pariaman, tak diberi makan saja, Lumba-Lumba telah bermurah hati
muncul ke perairan pantai dan pulau dan bisa pula menghibur warga dan
wisatawan. Bisa dibayangkan betapa menariknya, jika kehadiran gerombolan
Lumba-Lumba itu dikelola dan dikemas secara profesional menjadi atraksi wisata.
Begitu pula dengan kehadiran berbagai jenis Penyu. Kini menyaksikan
Penyu dan proses penetasan telur Penyu jadi Tukik (anak Penyu) sampai jadi
Penyu dewasa, wisatawan tak perlu jauh-jauh ke pulau, di Pariaman telah
dibangun Pusat Penangkaran Penyu di Pantai Mangguang, Kecamatan Pariaman Utara.
Di Pusat Penangkaran Penyu yang dikelola DKP tersebut, selain bisa
menyaksikan berbagai jenis Penyu, diantaranya Penyu Lekang, Penyu Hijau, Penyu
Sisik dan lainnya, wisatawan juga bisa berpartisipasi melepas Tukik (anak
Penyu) ke laut dengan biaya Rp10 ribu per-ekor.
Ubah Minset
Lima pulau dengan segala potensi keindahan dan keelokan pemandangan
bawah lautnya plus potensi satwa laut langka Lumba-Lumba dan berbagai jenis
Penyu sangat potensial dikemas menjadi pendukung Pariaman sebagai kota tujuan
wisata bahari. Ini aset besar yang belum tergarap maksimal.
Jika
potensi kekayaan bahari itu dikembangkan lebih baik lagi, fasilitas, sarana dan
prasarana pendukung disediakan dengan baik, akomodasi mudah dan murah diakses,
lalu paket wisata dikemas secara menarik dan profesional, tentu ini akan layak
dijual mahal kepada para wisatawan.
Saatnya merubah mindset. Potensi pariwisata Pariaman bukan khasanah
budaya saja, tapi aset wisata masa depan itu adalah potensi kekayaan bahari.
Wisata bahari sendiri merupakan bagian dari green tourism yang merupakan trend
kebutuhan wisata manusia abad modern.
Lanskap pantai dan gugusan pulau dengan pemandangan nan indah dan
eksotis, berpasir putih halus dan air lautnya nan biru, kehidupan bawah laut
berupa biota dan terumbu karang berbagai jenis plus kehadiran satwa laut langka
Lumba-Lumba dan Penyu adalah aset kekayaan bahari yang tak terhingga.
Potensi kekayaan wisata bahari yang dimiliki Pariaman itu harus didata
dan disajikan dalam sebuah konsep masterplan yang jelas, lalu masterplan itu
bertahap diimplementasikan, baik melalui peran pemerintah daerah maupun peran
pihak investor.
Selanjutnya, konsep masterplan potensi bahari itu diperkenalkan kepada
masyarakat maupun kepada publik di dunia luar. Dari sini diharapkan akan muncul
kesadaran dan rasa kecintaan warga terhadap aset wisata daerah. Jika rasa cinta
sudah ada, dengan sendirinya warga terdorongan menjaganya.
Terakhir, tugas pemerintah daerah memainkan peran mewujudkan
mimpi-mimpi besar menjadikan Pariaman sebagai kota tujuan wisata bahari. Semua
daya dan upaya harus dilakukan. Semua jajaran dan stakeholder harus bergerak
serentak dalam satu koridor tujuan yang sama mewujudkan visi pariwisata daerah.
(*)
Penulis: Tomi Syamsuar Dt. Tanbijo, wartawan Singgalang
Juara II Jurnalis Award Kota Pariaman