Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam memahami ancaman bencana dan tsunami serta meningkatkan kesiapsiagaan para pemegang kepentingan dalam penanggulangan bencana, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha, kemudian ditambah upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam hal mitigasi bencana yang merupakan tanggungjawab bersama, Pemko Pariaman bersama BPBD provinsi Sumbar, BMKG Padang Panjang, TNI/Polri, beserta LSM dan instansi terkait melakukan pelatihan atau bimbingan tekhnis (Bintek) sosialisasi dan desiminasi tempat evakuasi sementara (Shelter) MP PRB Tahun 2014 (angkatan I 9-10, angkatan II 11-12 Desember) bertempat di Gedung Pertemuan Konservasi Perairan, UPT Konservasi Penyu, Desa Ampalu, Kota Pariaman (9/12).
Dihadapan 40 orang peserta Bintek angkatan I, Wakil Walikota Pariaman Dr. Genius Umar, M.Si mengatakan bahwa negara Indonesia ibarat super marketnya bencana. Beragam bencana, mulai dari bencana gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, hingga bencana sosial terjadi hampir di seluruh wilayah di Republik Indonesia.
"Wilayah kita (Pariaman) memang zonasi bencana gempa dan tsunami. Masyarakat yang tangguh harus menerima kenyataan tersebut meskipun tidak seorangpun dari kita yang mengharapkannya," kata Genius.
Untuk itulah, lanjut Genius, kepada seluruh lapisan masyarakat harus diberikan pemahaman yang merata, sedangkan bagi pemerintah bersama instansi terkait harus tetap siaga menghadapi ketika bencana itu terjadi dan pasca bencana.
"Pelatihan tekhnis ini sangat penting untuk mengetahui apa yang harus dilakukan jika bencana gempa terjadi di daerah kita. Misalkan penanganan saat mulai gempa, waktu exodus, dan pasca bencana. Kemudian menetapkan zona, misalnya daerah zona merah, kuning dan hijau. Artinya, zona merah bagi kawasan yang tidak boleh dihuni, zona kuning bagi kawasan hati-hati dan zona hijau bagi kawasan aman dampak tsunami," tutur Genius.
Sementara itu, menurut Ketua LSM Forum Mesjid Peduli Bencana Kota Pariaman H. Bagindo Jamohor, S.Sos, M.SiP, peserta Bintek angkatan I berjumlah 40 orang berasal dari instansi lintas sektoral, SKPD terkait penanggulangan bencana, LSM/Forum, kemudian angkatan II juga berjumlah 40 orang berasal dari kalangan masyarakat, Kepala Desa/Lurah dan relawan.
"Sosialisasi dan pelatihan ini akan terus berlanjut hingga ke sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman secara luas kepada masyarakat agar tidak timbul kecemasan (tentang bencana gempa) oleh isu-isu yang tidak bertanggungjawab. Dengan ilmu, mereka akan paham tentang apa itu bencana dan bagaimana cara menyelamatkan diri ketika bencana itu datang. Meski demikian, tidak seorangpun para pakar dan ilmuan yang bisa memprediksi kapan bencana itu akan terjadi, yang tahu hanya Allah SWT," kata Jamohor yang juga Ketua KADIN Kota/Kabupaten Pariaman ini.
OLP