Citra dengan senang hati kala di wawancarai netizen
Tak ada yang membantah bahwa lebaran kali ini Pariaman lebih ramai dikunjungi wisatawan, baik oleh para perantau yang pulang kampung, maupun wisatawan lokal yang datang dari daerah tetangga. Pantai Gandoriah, pantai Kata, pantai Arta Sungai Limau adalah lokasi pavorit dan paling ramai dikunjungi selama Idul Fitri 1435 Hijriah ini. Begitu juga dengan Pulau Angso Duo. Tak kurang seribuan wisatawan berkunjung ke pulau tersebut perharinya.
Lalu bagaimana dengan lokasi Wisata Ekologi pusat Konservasi Penyu Kota Pariaman yang berlokasi di tepi pantai Desa Ampalu selama lebaran? Menurut Kepala UPTD Konservasi Penyu Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman Citra A Bahari, kunjungan wisatawan ke pusat penangkaran itu tidak kurang dari seribuan wisatawan perharinya.
"Lebih dari seribu pengunjung sehari datang kemari selama lebaran ini. Umumnya wisatawan yang datang ingin melihat langsung proses penangkaran, mulai dari Inkubasi, penetasan dan perawatan. Kami juga memutar kaset yang isinya semua pengetahuan tentang penyu," ucap Citra.
Kata Citra, dia bersama pegawai UPTD lainnya juga melayani pertanyaan-pertanyaan para pengunjung seputar proses cara penangkaran penyu yang mereka lakukan.
Disamping itu, kata dia, setiap pengunjung diberi kesempatan untuk melepas tukik (anak penyu) ke laut.
"Kita sudah punya Perda-nya. Untuk satu tukik yang dilepas ke laut dipungut biaya sebesar sepuluh ribu rupiah yang uangnya masuk ke kas daerah. Selama lebaran ini, rata-rata seratus pengunjung yang melepas tukik," imbuhnya.
Erna (33) salah seorang pengunjung mengatakan, melihat proses penangkaran penyu selain menambah wawasan juga kesempatan langka. Dia bersama keluarga besarnya mengambil momen-momen tersebut dengan berbagai peralatan digital.
"Kita rekam semua moment ini, kalau sudah balik ke Surabaya kita edit dan unggah di Youtube. Saya tahu lokasi ini juga dari pemberitaan media online Pariamantoday," tukuk Erna, ibu muda perantau Pariaman di Surabaya.
Erna meyakini, kalangan netizen (pengguna internet) akan mempublikasikan spot-spot wisata Pariaman melalui berbagai media sosial.
"Barusan foto yang saya upload ke Facebook dan Twitter banyak di komen netizen. Mereka penasaran dan bilang wow kerennya!" pungkas Erna cekikik sambil memperlihatkan twit salah seorang followernya kepada kami melalui Phablet Androidnya.
Oyong Liza Piliang
Tak ada yang membantah bahwa lebaran kali ini Pariaman lebih ramai dikunjungi wisatawan, baik oleh para perantau yang pulang kampung, maupun wisatawan lokal yang datang dari daerah tetangga. Pantai Gandoriah, pantai Kata, pantai Arta Sungai Limau adalah lokasi pavorit dan paling ramai dikunjungi selama Idul Fitri 1435 Hijriah ini. Begitu juga dengan Pulau Angso Duo. Tak kurang seribuan wisatawan berkunjung ke pulau tersebut perharinya.
Lalu bagaimana dengan lokasi Wisata Ekologi pusat Konservasi Penyu Kota Pariaman yang berlokasi di tepi pantai Desa Ampalu selama lebaran? Menurut Kepala UPTD Konservasi Penyu Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman Citra A Bahari, kunjungan wisatawan ke pusat penangkaran itu tidak kurang dari seribuan wisatawan perharinya.
"Lebih dari seribu pengunjung sehari datang kemari selama lebaran ini. Umumnya wisatawan yang datang ingin melihat langsung proses penangkaran, mulai dari Inkubasi, penetasan dan perawatan. Kami juga memutar kaset yang isinya semua pengetahuan tentang penyu," ucap Citra.
Kata Citra, dia bersama pegawai UPTD lainnya juga melayani pertanyaan-pertanyaan para pengunjung seputar proses cara penangkaran penyu yang mereka lakukan.
Disamping itu, kata dia, setiap pengunjung diberi kesempatan untuk melepas tukik (anak penyu) ke laut.
"Kita sudah punya Perda-nya. Untuk satu tukik yang dilepas ke laut dipungut biaya sebesar sepuluh ribu rupiah yang uangnya masuk ke kas daerah. Selama lebaran ini, rata-rata seratus pengunjung yang melepas tukik," imbuhnya.
Erna (33) salah seorang pengunjung mengatakan, melihat proses penangkaran penyu selain menambah wawasan juga kesempatan langka. Dia bersama keluarga besarnya mengambil momen-momen tersebut dengan berbagai peralatan digital.
"Kita rekam semua moment ini, kalau sudah balik ke Surabaya kita edit dan unggah di Youtube. Saya tahu lokasi ini juga dari pemberitaan media online Pariamantoday," tukuk Erna, ibu muda perantau Pariaman di Surabaya.
Erna meyakini, kalangan netizen (pengguna internet) akan mempublikasikan spot-spot wisata Pariaman melalui berbagai media sosial.
"Barusan foto yang saya upload ke Facebook dan Twitter banyak di komen netizen. Mereka penasaran dan bilang wow kerennya!" pungkas Erna cekikik sambil memperlihatkan twit salah seorang followernya kepada kami melalui Phablet Androidnya.
Oyong Liza Piliang