Baik langsung maupun melalui media visual, kita baru saja menyaksikan deklarasi dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden RI priode 2014-2019. Ini memberi makna bahwa “pertarungan” dua kekuatan besar di negeri ini segera dimulai. Dalam konteks ini, tentu kita ada baiknya mengetahui pula dibalik kedua pasangan yang berkompetisi diatas panggung politik nasional itu, terdapat dua kelompok orang dengan berbagai kepiawaian. Mereka inilah yang menyusun strategi dan taktik untuk memenangkan kandidatnya masing-masing. Siapa mereka itu? Tentunya mereka adalah orang-orang pilihan, cendikiawan, politisi ulung dan para ahli strategi.
Masing-masing kelompok tadi yang lazim dalam bahasa sehari-hari disebut sebagai “Tim Pemenangan”, mereka mengemban tugas yang tidak ringan dan sangat detail dari mulai merancang tag line, pembentukan citra hingga menyusun bahan kampanye. Dan tidak hanya itu mereka juga berperan sebagai banper kampanye negatif dan kampanye hitam dilontarkan lawan politik terhadap pasangan kandidatnya.
Kita tentu melihat dengan jelas dan terang benderang, kini “perang udara” sudah berlangsung sengit, kedua pasangan kandidat didukung oleh media, terutama televisi, netralitas lembaga penyiaran seakan-akan sudah goyah berpihak hanya kepada salah satu pasangan kandidat saja, para pengamat pun ikut larut dalam kondisi ini, padahal sebagian besar para pengamat politik kondang yang wajahnya sudah begitu akrab di media umumnya adalah para akademisi yang menjunjung tinggi nilai-nilai keilmuan diharapkan memberikan analisa politik yang obyektif sesuai bidang kepakaran mereka.
Memasuki masa kampanye ini, rakyat akan disuguhi janji-janji manis, mungkin lebih manis dari madu, rakyat disuguhi harapan yang indah-indah tetapi sebagai rakyat tentu kita bersikap kritis dan cerdas, tawaran-tawaran atau janji-janji tadi harus kita takar dengan rekam jejak kandidat yang bersangkutan, kita tidak boleh terbuai dengan orasi yang menggebu-gebu tetapi isinya adalah hampa belaka, kita tentu tidak mau kecewa dan penyelesalan. Pilpres ini adalah ujian kecerdasan rakyat untuk dapat memilih Presiden dan Wakil Presiden yang benar-benar amanah, satu kata dengan perbuatan, agar kita tidak kecewa nantinya.
(jonio Suharto)