Kenapa para investor begitu susahnya dibujuk untuk melakukan investasi di Kota Pariaman ini? Apakah progres investasi mereka kedepan kurang menjajikan untuk provit perusahaan mereka jika mereka menanamkan modalnya disini? Pertanyaan semacam itu acap menggelayut di benak saya. Mungkin juga bagi sebagian masyarakat lainnya.
Untuk menjadikan Kota Pariaman sebagai pusat destinasi wisata seharusnya Pemko berani berspelukasi dengan mengalokasikan anggaran daerah yang besar untuk membangun kawasan sentral objek wisata daerah tanpa harus menunggu para investor manja. Jika sebuah kawasan telah terbangun dan sudah menampakkan progresnya, saya rasa daerah ini tidak perlu lagi berharap terlalu banyak kepada para investor. Malah bisa jadi ketika kita tidak berharap mereka akan datang dengan sendirinya. Kawasan pantai Pariaman memang sangat indah dan sering mendapatkan pujian. Namun apakah cukup dengan pujian itu saja tanpa menghasilkan sesuatu bagi daerah ini? Kenyangkah kita dengan pujian?
Saya tidak percaya dengan opini Kota Pariaman akan maju jika para investor datang dan memulai membangun kawasan destinasi wisata terlebih dahulu. Saya lebih percaya bila kita sendiri yang membuatnya jika benar Pemko Pariaman serius ingin menggarap sektor tersebut. Jika kita punya keinginan kuat, berharap akan jauh lebih merugikan ketimbang mengusahakannya sendiri bak pepatah Jan harok kalau ado, jikok pai indak ibo.
Kota Batu Malang sudah membuktikan dirinya sebagai salah satu Kota tujuan wisata terbesar di Nusantara yang dari semula hanya kawasan pertanian. Pemerintah Kotanya tidak banyak berwacana, mereka melakukan terobosan berani dengan mengalokasikan APBD nya yang cukup besar untuk mewujudkan progres kedepan wisata daerahnya. Mereka membangunnya sendiri. Setelah mereka membuat barulah para investor datang dengan sendirinya setelah melihat progres bagus bahwa Kota Batu Malang memang sangat menjanjikan dari segi provit.
Kota Pariaman tidak akan pernah maju pariwisatanya jika kita terlalu berharap kepada investor tanpa pernah mau melangkah terlebih dahulu. Saya sangat mempercayai teori saya tersebut setelah mengkajinya dengan seksama. Daerah tujuan wisata manapun di belahan dunia ini selalu semulanya dikembangkan sendiri oleh pemerintah daerahnya, begitu juga dengan Bali yang sekarang sangat tersohor itu.
Pemko selalu beralasan bahwa jika anggaran terlalu besar terserap untuk membangun pusat wisata maka pembangunan lainnya akan terkendala karena alokasi dana musti di bagi-bagi untuk sektor lainnya. Menurut saya hal ini menandakan ketidak fokusan pemerintah daerah. Progres musti difokuskan satu persatu dan tidak boleh berpencar. Saya tidak bermaksud mengkritisi, namun lebih mendorong agar visi misi Pemko Pariaman lekas terwujud untuk menjadikan Kota Pariaman sebagai Kota tujuan wisata.
Catatan Oyong Liza Piliang