Kampanye hitam dan abu-abu memang marak berhembus jelang pemilu pemilihan Presiden-Wakil Presiden 2014 ini. Berjalan sangat panas, cadas dan penuh bara. Dimanapun di nusantara ini, termasuk di ranah minang yang terkenal dengan masyarakat egaliternya. Logika terkadang dibalikan dengan memainkan propaganda negatif yang dikemas dengan apik sehingga menciptakan sebuah opini tertentu pada sasaran yang dituju.
Hal demikian tentu tidak baik dalam sebuah demokrasi sehat dimana demokrasi hakiki bertujuan untuk mendidik masyarakatnya agar cerdas, bukan malah pembodohan. Jusuf Kalla yang merupakan urang sumando Minangkabau dikatakan orang sumando yang tidak pernah berbuat apa-apa untuk pembangunan di Sumatera Barat ini. Dan isu tersebut dihembuskan secara terus menerus guna menghasut masyarakat agar tumbuh kebenciannya kepada suami Mufidah putri asli Lintau ranah Minang yang totok bahasa minangnya tersebut. Peran JK di nihilkan secara sistemik untuk Sumatera Barat. Alangkah berdosanya kita jika ikut mengamininya.
Padahal acuan fakta yang ada justru malah sebaliknya. Sewaktu JK menjabat Wakil Presiden RI (2004-2009) sangat banyak program pembangunan yang diarahkan untuk Sumatera Barat, kampung istri dan anak-anaknya (Matriakat) tersebut yang dapat kita lihat dan rasakan langsung. Justru setelah beliau tidak menjabat Wapres lagi, beberapa program yang telah disusun oleh JK untuk Sumatera Barat tidak dilaksanakan oleh Presiden dan Wakil Presiden penerusnya. Contoh kecilnya adalah realisasi anggaran triliunan rupiah untuk bencana gempa bumi 2009 yang diusulkan JK sebelum habis masa jabatannya.
"Kalau indak urang awak nan mamimpin, indak kadicaliak urang bagai kampuang awak doh," kata Mufidah Kalla, saat temu ramah dengan para nelayan di pasir Naras, Senin, 23/6.
Saya selalu kritis disamping realistis dan punya pandangan netral serta berbaik sangka kepada kedua pasangan Capres-cawapres yang akan berlaga di pesta demokrasi Pilpres 2014. Mereka adalah putra-putra terbaik bangsa saat ini. Namun verifikasi kebenaran musti dikabarkan. Bagaimana rasanya jika saya tidak meluruskan sebuah kebenaran yang dibelokan, terlepas pilihan politik kita yang tidak bisa di intervensi, kebenaran tetaplah bersifat hakiki dan abadi yang berdiri sendiri.
Sepengetahuan saya yang mengacu data valid, sewaktu JK menjabat Wapres mendampingi SBY pada 2004-2009 lalu telah banyak yang dilakukan JK untuk pembangunan di Sumatera Barat kampung ranah tacinto kita. Diantaranya saja, hanya sedikit yang saya catatkan:
-Mendorong peningkatan mutu pendidikan di Sumatera Barat, malah dimulai sejak beliau menjabat Menkokesra.
- Beliau tercatat orang yang mendorong rencana pembangunan pabrik semen indarung VI, pabrik vital di Sumbar.
-Menggagalkan privatisasi mayoritas PT Semen Padang.
-Pembangunan PLTU Padang 200 mega watt
-Pembangunan jalan lintas Sicincin - Malalak
-Pembangunan irigasi batang simabur
-Optimalisasi pelabuhan Teluk Bayur
-Perluasan rumah sakit M. Jamil Padang
-Pembangunan rusunawa mahasiswa Unand
-Memprakarsai pembangunan Istano Pagaruyung. Bahkan beliau hanya dalam waktu dua bulan berhasil himpun dana 20 milyar hasil badoncek dengan para tokoh asal Minangkabau di rantau untuk pembangunan kembali Istano Pagaruyung yang terbakar tersebut.
-Pengembangan Sumbar sebagai sentra produksi coklat
-Membagikan bantuan yang tidak terputus-putus bagi kegiatan keagamaan, sosial dan budaya di ranah Minang.
Apa yang saya catatkan diatas hanyalah sebagian kecil saja. Untuk apa? Tentu untuk meluruskan fakta agar kita tidak terlena dengan permainan propaganda politik yang menaburkan kebencian, fitnah dan pembunuhan karakter terhadap sosok JK.
Tulisan ini bukan bertujuan memihak salah satu capres. Tapi, sebagai orang minangkabau saya perlu mengatakan kepada pembaca semua bahwa urang sumando kita yang sekarang ini mencalonkan diri sebagai Wakil Presiden adalah urang sumando yang patut kita teladani. Dia tidak seperti apa yang di isukan dalam propaganda hitam politik jelang pilpres.
Tokoh masyarakat Minang seperti Syahrul Ujud yang ikut mendampingi Mufidah Kalla meninjau pasar Pariaman, TPI Naras dan sulaman Naras Asnita, bersama Indra Jaya Piliang dan Marzul Veri mendengar sendiri bersama masyarakat lainnya apa yang dikatakan Hj. Mufidah akan kekawatiran Jusuf Kalla saat ini terhadap isu yang dihembuskan lawan politik dikampung kita ini.
"Apak malu kalau inyo kalah dikampuang awak. Apak urang bugih nan taruih mamikiahan kemajuan kampuang awak," ucap Mufidah lirih.
Oyong Liza Piliang