Minggu 16 Februari 2014 adalah launching pertama Pariaman Car Free Day (CFD) yang dimulai dari pukul 06.00 hingga 10.00 WIB. Tentang kawasan bebas kendaran bermotor ini, menurut Agusriatman Kadishubkominfo Kota Pariaman adalah untuk masyarakat luas.
"Jalan yang semula dipadati kendaraan bermotor, kemudian bisa berubah menjadi tempat berkumpulnya masyarakat, sehingga terjadi interaksi sosial kearah yang lebih positif," katanya.
Program CFD awalnya dicetuskan oleh Menteri Lingkungan Perancis pada 22 September 1998 dengan mengusung tema "Di Kotaku Tanpa Mobil". CFD bisa juga disebut hari tanpa kendaraan bermotor atau bebas polusi kendaraan bermotor.
CFD Kota Pariaman bertujuan positif untuk menuju Pariaman sebagai Kota Hijau (Go Green).
Dalam pantauan kami pagi tadi, berbagai atraksi dilakukan dihalaman Balaikota Pariaman. Ada berupa ajang kesenian dan atraksi tradisional, drum-band, hingga Olahraga spontan semacam bersepada, joging hingga sepatu roda dan skateboard.
Menurut Yan (28), salah seorang pemuda yang datang berkunjung dan mengabdikan berbagai moment pada CFD dengan kamera pocketnya, CFD sangat baik untuk masyarakat.
"Baik untuk masyarakat kita, kesadaran berolahraga pagi, menghirup udara bersih, serta duduk selonjoran di aspal sehabis bersepeda atau Olahraga lainnya yang sebelumnya dilalui kendaraan bermotor. Yang terpenting bagaimana Pemerintah terus mensosialisasikannya lebih luas lagi pada masyarakat, sehingga CFD minggu berikutnya lebih seru dan ramai," kata Yan, yang datang bersama dua keponakannya.
Sementara itu, menurut Afni (42), salah seorang pengendara yang balik kanan setelah tahu jalan Imambonjol ditutup karena CFD oleh salah seorang petugas mengaku kecewa dengan ketidak ramahan petugas dalam hal komunikasi.
"Saya paham dan hargai ada acara, namun saya tidak tahu sebelumnya. Sikap petugas dilapangan sangat tidak humanis dalam menegur. Hal ini perlu diketahui dan pembinaan oleh atasannya bagaimana berinteraksi sosial yang baik. Saya juga orang Pariaman, yang domisili di Bukittinggi," kata Ibu tiga anak yang mengaku hendak menuju rumah orangtuanya di Naras itu.
Catatan Oyong Liza Piliang