foto : id-id.facebook.com
Sekali lagi program acara Mata
Najwa menyuguhkan tayangan yang memikat pemirsa lewat episode “Habibie
Hari Ini”. Selama acara berlangsung sampai usai acara, saya sempat
membuka beranda facebook lewat ponsel, ada banyak teman yang
menuliskan status soal Habibie di acara tersebut. Terlebih yang
mengutippernyataan Habibie jelang akhir acara, terkait calon presiden.
Saya sempat merasa tak
sampai hati ketika Najwa memulai acara dengan memutar kembali video saat
Habibie membacakan pidato pertanggungjawabannya yang dihujani interupsi
anggota DPR/MPR dan saat-saat perhitungan suara untuk menentukan apakah
pidato pertanggungjawaban itu akan diterima atau ditolak. Habibie
membenarkan pernyataan Najwa bahwa dirinya dan keluarga – ditemani ibu
Ainun, Ilham dan Thariq serta istri mereka – menyaksikan penolakan
pertanggung jawabannya dari TV. Setelah ditolak, ia memberitahu istrinya
bahwa ia tak akan lagi mencalonkan diri jadi Presiden. Ibu Ainun lalu
meminta Pak Habibie memimpin keluarga untuksholat berjamaah.
Najwa juga memutar ulang
pidato Pak Harto 2 hari sebelum pengunduran dirinya, dimana saat itu Pak
Harto terlihat masih enggan mundur karena menganggap mundurnya dirinya
tak akan menyelesaikan masalah dan terkesan Pak Harto ragu kemampuan
Habibie. Terkait soal itu Habibie menjelaskan : ia mendatangi Pak Harto,
bertanya langsung kenapa Pak Harto berkata seperti itu. Bukankah Pak
Harto memilihnya menjadi wakil yang mengharuskan Habibie bersumpah bahwa
ia akan menjalankan segala tugas dan kewajiban apalagi terjadi sesuatu
dengan Presiden? Kalau Pak Harto tak percaya kemampuannya, “kenapa Bapak pilih saya?!” tantang Habibie.
Tampaknya Pak Harto
sebenarnya menginginkan Habibie mundur bersama Pak Harto, kenapa Habibie
tak melakukannya, pancing Najwa. Habibie menjawab bahwa itu tak mungkin
dilakukannya karena konstitusi tak menghendaki demikian. Justru seorang
Wapres harus mengambil alih tanggung jawab jika Presiden mundur.
foto : facebook.com
Najwa juga menanyakan hubungan
Habibie dan Soeharto yang tampaknya ada ganjalan, hingga akhir hayat Pak
Harto belum bertemu dengan Habibie. Ternyata, kata Habibie, beberapa
hari setelah ia dilantik jadi Presiden pada 21 Mei 1998, Pak Harto ulang
tahun pada 8 Juni (Habibie sempat salah sebut tanggal 20 Mei dilantik
dan ultah Pak Harto tanggal 8 atau 9 Juni), dirinya meminta Menhankam
Pangab Wiranto untuk menghubungkannya melalui telepon dengan Pak Harto.
Habibie minta bertemu dengan Pak Harto, karena ada banyak hal yang ingin
dia tanyakan. Seperti halnya pejabat yang resmi “timbang terima”,
Habibie merasa belum ada timbang terima antara Pak Harto dan dirinya,
sehingga ia tak bisa mempelajari apa saja permasalahan yang harus
diselesaikannya. Tapi Pak Harto menolak, “Kalau saya dan kamu ketemu akan merugikan kita semua”,
jawab Pak Harto. Tidak baik untuk “kita” maksudnya bagi seluruh bangsa
ini, sebab pasti akan ada pihak-pihak yang mengadu domba. “Kamu selesaikan saja permasalahanmu sendiri”, pesan Pak Harto. “Ketahuilah Habibie, setiap kali saya sholat 5 waktu, saya berdoa untukmu agar kamu selamat menjalankan tugasmu”, kata Pak Harto yang membuat Habibie menangis.
Mendengar kabar Pak Harto sakit keras, Habibie dan Bu Ainun terbang langsung dari Munchen untuk menjenguknya,
namun setiba di RS ditolak untuk bertemu. Kondisi Pak Harto sudah tak
bisa bicara, sudah tak sadar. Habibie hanya sempat bertemu Pak Quraish
Shihab. Saat itu Habibie sempat berkata pada Pak Quraish : “Saya
terbang bermil-mil jauhnya hanya untuk bertemu Pak Harto. Sekarang Pak
Harto ada di balik tembok ini, beberapa meter saja dari saya. Kalau saya
tak bisa bertemu, baiklah kita doakan saja beliau”. Lalu mereka
pun berdoa untuk Pak Harto. Habibie yakin seandainya Pak Harto masih
sadar dan bisa bicara, beliau pasti mau menerima dirinya. Dalam persepsi Pak habibie – penolakan Habibie untuk membezuk Pak Harto dilakukan oleh keluarga Pak Harto.
Tamu istimewa yang dihadirkan Najwa ke acaranya
adalah mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia, Datuk Anwar Ibrahim,
karena dianggap memiliki “nasib” sama dengan Habibie : anak emas
penguasa yang kemudian terbuang. Najwa menyinggung tulisan opini mantan
Menteri Penerangan Malaysia yang menyebut Habibie pengkhianat bangsa.
Anwar mengatakan, orang Malaysia ada yang pendidikannya tinggi ada
yang…, belum selesai pernyataannya sudah disambut tawa riuh tetamu yang
hadir disana. Najwa pun mengomentari, seorang mantan Menteri, kurang
tinggi apa pendidikannya. Datuk Anwar pun menambahkan : tak semua
menteri pantas jadi menteri. Lagi-lagi pernyataannya disambut gelak tawa
hadirin, bahkan Najwa mengiyakan, “sama dengan di Indonesia”, katanya, yang juga diiyakan dengan tawa dan tepuk tangan hadirin.
Budiman juga hadir di acara Mata Najwa (foto : frequency.com)
Salah satu kekaguman Anwar Ibrahim pada Habibie
yang dituangkannya dalam sebuah buku adalah soal langkah Habibie
membebaskan para tahanan politik dengan memberikan amnesti. Saat itu
Najwa menghadirkan Budiman Sujatmiko, mantan tapol Orba yang kemudian
dibebaskan. Budiman sedikit bercerita, dulu di masa awal reformasi,
Habibie segera membebaskan para tapol dengan memberikan amnesti, namun
khusus dirinya dan beberapa ‘elite’ PRD, tidak dibebaskan. Menteri Hukum
Muladi saat itu menawarkan pada Budiman untuk mendapatkan pembebasan
dengan jalan grasi dari Presiden. Budiman saat itu menolak, tapi ia
tidak berburuk sangka pada Habibie, karena ia tahu saran itu berasal
dari orang di sekitar Habibie, terang Budiman. Namun Habibie menolak
keputusannya karena pembisik.
Soal lepasnya Timor Timur dari Indonesia pasca
jajak pendapat, Najwa bertanya benarkah Habibie marah pada Koffi Annan,
Sekjen PBB waktu itu. Habibie membenarkan, sebab Koffi Annan melanggar kesepakatan untuk tidak mengumumkan hasil jajak pendapat lebih dulu sebelum berkoordinasi dengan Habibie. Menurutnya, siapapun yang memenangi jajak pendapat pasti akan ribut, karena itu Habibie akan menarik semua pasukan dan menggantinya, sehingga ia butuh waktu 24 jam untuk mempersiapkan segalanya, baru kemudian hasil jajak pendapat diumumkan.
Ternyata Koffi Annan menelepon Habibie sesaat sebelum dirinya
mengadakan konpers, sehingga Habibie tak punya persiapan apapun.
Padahal, saat itu ia sudah menyiapkan 2 pidato sambutan. Polos sekali
Habibie mengungkap soal ini. Ahmad Watik Pratiknya yang juga hadir di
ruangan itu, mengaku dirinya diminta Habibie untuk membuat 2 konsep
pidato. Pidato sambutan jika yang menang kelompok pro integrasi maupun
kalau pemenangnya kelompok anti integrasi. Ini menunjukkan Pak Habibie
benar-benar tak bisa menduga siapa pemenangnya.
Mengenai pemilihan presiden, Habibie sangat setuju adanya presiden independen, presiden yang tak diusung partai politik. Siapapun yang memenuhi syarat silakan mencalonkan diri. Namun syarat itu penting dan harus ada, DPR dan DPD harus duduk bersama dan menetapkan.merumuskan syarat
calon Presiden RI. Benar sekali pemikiran Pak Habibie, sebab tanpa
adanya syarat, semua orang yang “merasa bisa” akan nekad mencalonkan
diri jadi Presiden.
Salah satu ekspresi khas Habibie di Mata Najwa (foto : frequency.com)
Dukungan parpol bagi seorang Presiden menurut Habibie tidak mutlak perlu. Ia mencontohkan dirinya dulu yang keluar dari Golkar. “Golkar saya jadikan partai, lalu saya melepas semua jabatan di Golkar, termasuk di Dewan Pembina”, kata Habibie. Saat menjadi Presiden, Habibie juga tegas mengharuskan semua yang di kabinet tidak boleh jadi pengurus parpol.
Karena itu Akbar Tanjung mundur dari Mensesneg karena terpilih jadi
Ketum Partai Golkar. Akbar Tanjung yang hadir disitu mengatakan awalnya
dia marah, karena Habibie melarang semua PNS jadi pengurus parpol. “Pak, pengurus Golkar itu 80% PNS. Kalau PNS tak boleh jadi pengurus, siapa yang akan jadi pengurus?”, protes Akbar kepada Habibie. “Ya sana kamu cari sendiri”, jawab Habibie.
Ternyata, etika politik di masa kepemimpinan
Habibie yang dianggap masa transisi, justru lebih jelas dan akuntable.
Najwa pun membandingkan dengan sekarang, dimana seorang Presiden justru
memilih jadi Ketum parpol, sehingga para Menteri pun sibuk dengan
parpolnya masing-masing. Akbar Tanjung menjawab dengan senyum : “Semua itu tergantung Presidennya. Kalau Presidennya Pak Habibie, ya gak akan terjadi seperti itu”. Jawaban Akbar disambut tawa riuh penonton di studio.
Soal figur Presiden Habibie tegas mengatakan : “Bangsa ini tidak boleh dipimpin oleh selebritis, harus dipimpin oleh problem solver!”
Pernyataan yang sontak diamini dengan tepuk tangan yang hadir.
Sebenarnya saya sudah membaca di media onlen sehari sebelumnya soal
kriteria Habibie tentang capres yang tidak boleh dari kalangan
selebritis. Sebab hanya akan memikirkan pencitraan saja. Soal usia
capres, Habibie menekankan sebaiknya antara 40 – 60 tahun. Oya, ada yang
menarik, ketika Najwa menunjukkan foto Rhoma Irama dan menanyakan
apakah ini termasuk selebriti, Habibie menjawab dengan lucu “Saya gak kenal. Saya gak tahu dia main apa”, yang kontan disambut tawa penonton. “Kayaknya hanya Pak Habibie yang gak kenal Rhoma Irama”, kata Najwa.
Jelang akhir acara, Najwa menanyakan pada Anies
Baswedan, apa yang dipelajarinya serta kesan yang didapatnya dari BJ.
Habibie. Anies menyebutkan, dalam masa pemerintahannya yang sangat
singkat, hanya 500 sekian hari, Habibie telah menerbitkan tak kurang
dari 50-an peraturan. Suatu kinerja yang luar biasa produktif di tengah
situasi dan kondisi yang tidak mendukung dan penuh cercaan serta cibiran
dan bayang-bayang keraguan atas kemampuan Habibie dalam urusan politik.
Ada banyak fakta yang dipaparkan Anies, namun yang berkesan adalah
sikap kenegarawanan Habibie pasca dirinya tak lagi jadi Presiden.
Habibie mampu menunjukkan dirinya “I am a senior citizen”
yang patut dihormati, ia tak pernah ikut campur terlalu jauh dalam
urusan politik praktis negeri ini. Habibie tak merecoki, tidak
merepotkan penerusnya. Dirinya siap membantu, siap memberikan saran, namun tidak mau membikin repot.
Saat ini Habibie sudah berumur 77 tahun dan
masih sehat. Selain wawancara dengan Najwa, disajikan pula informasi
dalam tayangan tertulis. Misalnya ditanya apa rahasia awet mudanya,
Habibie menjawab “puasa Senin Kamis”. Kalau soal puasa sunnah Senin –
Kamis ini, saya yang kebetulan pernah bekerja di BUMN yang dipimpin Pak
Habibie, tahu betul kalau kebiasaan itu sudah dijalaninya puluhan tahun,
setidaknya 20 tahun lalu ketika saya bekerja disana, saya tahu kalau
Pak Habibie datang dan memimpin rapat di hari Senin atau Kamis, maka tak
ada makan siang baginya.
Sepeninggal Ibu Ainun, Pak Habibie punya
kebiasaan tidur ditemani syal putih milik Ibu Ainun dan mukenah yang
terkahir kali dipakai Ibu Ainun. Sampai sekarang Pak Habibie masih sering mengunjungi makam Bu Ainun.
Kesetiannya
cintanya pada Ibu Ainun memang fenomenal, disaat pejabat lain banyak
yang diam-diam menyeleweng atau menikah lagi. Habibie memang segelintir
sosok negarawan yang makin langka di negeri ini. Legowo menerima
kekalahan dan mudah melupakan semua sakit hati. Kejeniusannya terutama
di bidang pesawat terbang, sulit ditandingi. Dialah pemegang 57 hak
patent pesawat yang belum ada duanya di dunia. Teknokrat dan ilmuwan
langka yang dimiliki Indonesia, mau kembali pulang ke tanah air,
“terjerumus” ke dunia politik karena keadaan, dicerca dan diremehkan,
tapi mampu mengakhirinya dengan selamat dan tak merecoki penerusnya. We proud of you, Pak Habibie!
Ira Oemar