Baru terbangun tidur tadi pagi, saya dikejutkan dengan berita meninggalnya Nelson Mandela, mantan Presiden Afrika Selatan. Berita tersebut saya ketahui setelah saya membaca berita Detik.com sebelum mandi dan gosok gigi, sebagaimana kebiasaan saya saban harinya membaca berita melalui perangkat Android seukuran genggam tangan yang tidaklah mahal.
Sejak 'Revolusi digital', 5 tahun belakangan, saya memang tidak berlangganan koran lagi sebagaimana sebelumnya. Dunia memang makin cakap dan canggih dari hari keharinya. Diperangkat tersebut saya juga menyimpan ratusan buku-buku elektronik, kitap-kitap Hukum, hingga rumus togel yang kemarin saya download karena iseng.
Nelson Mandela adalah Tokoh besar di abad sekarang ini. Ia seorang pemimpin moral yang mengajarkan kesamaan hak atas setiap ras Manusia. Dari 95 Tahun umur pemberian Tuhan kepadanya, 27 Tahun Ia habiskan dalam penjara. Nelson adalah Tokoh paling dikagumi oleh Bono, Alm Michael Jackson, hingga Mike Tyson dan Muhammad Ali. Ia Tokoh Kulit Hitam paling dihormati di abad kini. Pamor Presiden Obama belum seujung kuku bila dikomparasi dengan Nelson Mandela yang resmi bergelar Almarhum sejak Jum'at pagi 6/12/2013. Dunia merasa kehilangan pada sosok pemenang Nobel Perdamaian Dunia tersebut.
Sepulang dari Padang senja barusan, baru meluruskan pinggang dikasur, tanpa merasa benar-benar beristirahat bersebab diganggu kedua Anak saya yang lasak. Duaarrr!! Taang... tangg.. bleduuk..!! Saya terkejut bukan main,! jantung seakan melompat dari ring penyangganya hendak menghambur keluar badan. Secara reflek Saya keluar mencari sumber suara gaduh yang hampir dipastikan bunyi kecelakaan kendaraan bermotor. Disini memang acap terjadi kecelakaan. Gumam saya dalam hati was-was.
Orang-orang sudah ramai berkerubung. Ada yang bertanya kepada yang tidak tahu, adapula yang bertanya dia pula menjawab sendiri. Estimasi saya, kebanyakan yang datang melihat kesana serupa dengan saya, tidak tahu dan penasaran. Sesampai disana saya sengaja tidak mengambil foto-foto kecelakaan karena pertimbangan, selain segan dengan tetangga.
Dan saya tidak mau tahu terlalu banyak tentang diteil kejadian tersebut. Namun sangat menyayangkan kepada Orangtua yang mengizinkan Anak dibawah umur mengendarai sepeda motor tersebut. Pengendara sepeda motor tersebut seusia anak saya kata tetangga.
"Yang mengendarai sepeda motor sebesar anak bapak ini nya. Dan adiknya yang diboncengnya juga sebesar ini," Kata tetangga sambil menunjuk kedua Anak saya.
Mau tahu berapa umur kedua Anak saya? Yona, Anak pertama kelas empat SD kelahiran juni 2004 dan Adiknya Vika, belum sekolah, kelahiran November 2010.
Dan Anak yang mengendarai sepeda Motor tersebut, menurut saksi mata, meluahkan gigi dari mulutnya. Adik yang diboncengnya tidak sempat saya tanyakan karena Istri dan kedua Anak terlalu maju ingin melihat pusat kerumunan massa tersebut. Saking buru-burunya, saya tidak sempat menanyakan asal, jenis kelamin kedua Anak tersebut pada tetangga tadi.
Saya mengajak mereka kedalam karena tidak ingin menyuguhkan tontonan traumatis pada kedua anak yang masih dalam tahap pertumbuhan psikologis tersebut. Saya masuk kedalam dengan menggeratam gigi. Entah apa yang terjadi kemudian saya benar-benar tidak mengetahuinya, namun ketika saya mengakhiri tulisan ini, saya tidak mendengar lagi suara gaduh konsentrasi massa yang hanya berjarak 10 meter samping kanan dari rumah. Jika benar informasi tetangga tadi, Semoga kedua Anak tersebut baik-baik saja. Doa saya dalam hati.
Dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak, kedua Orangtua, atau yang punya kendaraan tersebut tentu dapat dikenakan sanksi pidana.
Catatan Oyong Liza Piliang