Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Komparasi SBY Versus Jokowi

30 November 2013 | 30.11.13 WIB Last Updated 2013-12-02T10:50:20Z




Kalau para politisi dan pejabat pemerintahan di Indonesia sekarang merasa jengkel dan kesal, dimana sudah merasa bekerja dengan baik tetapi tidak juga menjadikan dirinya terkenal seperti Jokowi, mungkin perlu belajar satu hal yang barangkali mereka belum punya, yaitu kejujuran dan latar belakang perjalanan karier serta kehidupan pribadinya yang bersih, serta ketulusan dalam mengabdi kepada rakyat yang dipimpinnya tanpa kepentingan pribadi ikut didalamnya.

Ini bukan berarti menyama-ratakan semua pejabat dan politisi Indonesia sekarang ini tidak bersih atau kotor dan tidak jujur serta penuh kepentingan. Tetapi persepsi publik yang terus menerus mengikuti perkembangan politik dan reformasi sejak 1998, para politisi dan pejabat Indonesia memang dinilai tidak ada yang komplit ketiga ini: bersih diri, jujur serta tulus ada dalam dirinya. Bahkan sampai ke Presiden SBY pun ketiga unsur diatas diragukan oleh publik. Kalau SBY mempunyai ketiga unsur ini: bersih diri, jujur dan tulus, tentu saja tidak akan banyak gosip menerpa pada kehidupan pribadinya. Lawan politik pun akan segan memfitnah atau menyerang dirinya, tetapi kenyataannya publik dapat menikmati apa saja yang menjadi kelemahan SBY di ketiga unsur diatas secara nyata dan tanpa perlawanan hukum dari SBY.

Keberadaan eksistensi pemerintahan SBY sekarang ini diyakini oleh sebagian besar publik hanya didorong pada fakta bahwa para pengelola negara ini tidak mau lagi Indonesia masuk ke kancah keributan seperti kerusuhan Mei 1998. Oleh karena itu mereka berusaha mengawal pemerintahan ini selesai sesuai waktunya saja. Setelah itu, para penegak hukum dipersilahkan mengusut kasus-kasus yang diduga melibatkan SBY dan keluarganya sebagaimana yang selama ini diberitakan oleh media massa dan media sosial. Hal ini bisa terlihat betapa sekarang elektabilitas Pemerintahan SBY semakin melorot, demikian pula partai politik yang dipimpinnya.

Nah, kenapa sekarang sebagian besar publik berpindah kepada sosok Jokowi…? Jokowi dipandang mempunyai sosok yang bersih diri selama terjun di kancah politik dan pemerintahan (sebagai walikota Surakarta dan sebagai Gubernur DKI Jakarta sekarang ini), dimana dalam kurun waktu tersebut belum ada satupun terdengar kasus Jokowi dan keluarganya diduga menerima suap,hidup bergelimpangan harta dengan penampilan “wah” dan menggunakan fasilitas dan jabatannya untuk kepentingan dirinya atau keluarganya. Kejujuran dalam bertutur kata apa adanya dan tidak mempolitisasi keadaan dalam melakukan penyelesaian masalah yang tidak terkait politik inilah poin tertinggi Jokowi; Sebab hampir semua pejabat dan politisi Indonesia, dalam menyelesaikan kasus-kasus yang herannya sebenarnya tidak terkait urusan politik, tetapi terkait masalah hukum, sosial, budaya, ekonomi dibelokkan ke urusan politik. Inilah yang membuat publik mengatakan mereka sudah tidak mempunyai kejujuran lagi, kepentingan pribadi, golongan dan partainya menjadi yang lebih utama dibandingkan penyelesaian masalahnya.

Jokowi bisa memilah kepentingan politik dengan penyelesaian masalah yang tidak terkait dengan politik. Urusan capres pun “dihibahkan” ke pundak PDIP dan Megawati, sehingga pekerjaannya sebagai Gubernur tidak terkait sama sekali dengan urusan politik, tetapi fokus pada pembenahan masalah-2 sosial, hukum, budaya dan ekonomi yang menjadi satu bagian di DKI Jakarta ini. Kepentingan-kepentingan Ormas yang banyak sekali menjamur di Jakarta ditata sedemikian rupa agar tidak mencampur-adukkan penyelesaian masalah pembenahan Pasar Tanah Abang, dll.

Berbeda sekali dengan pejabat sebelumnya yang selalu melibatkan kepentingan politik dalam menyelesaikan masalah yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan politik kepentingan ormas, dsb. Akhirnya yang terjadi bukan masalah diselesaikan, tetapi menimbulkan masalah baru di kemudian hari.

Sosok Jokowi juga terlihat tulus dalam mengabdi kepada rakyat. Cermin pengabdiannya diwujudkan dengan keinginan untuk dekat kepada rakyatnya melakui aktivitas yang menyita waktu pribadi dan pekerjaan kantornya untuk selalu “blusukan” dan berbagai aktivitas yang diselenggarakan untuk lebih mengenal rakyatnya secara dekat.

Ketulusan itu nampak dalam raut wajahnya yang sedih tanpa dibuat-buat seperti pejabat-pejabat yang lain kalau berkunjung ke daerah kumuh, aksi nyata dalam mewujudkan ketulusannya dilakukan secara sederhana tanpa kesan pamer, seperti membagi buku tulis,dsb kepada anak-anak sekolah. Inilah yang membedakan ketulusan seorang Jokowi dibandingkan pejabat dan politisi Indonesia yang suka “pamer” bila melakukan kunjungan atau turun ke daerah pemilihannya.

Oleh karena itu tidak heran elektabilitas Jokowi semakin moncer saja menjelang 2014 . Bukan dirinya yang mengiklankan diri seperti capres-capres lainnya, tetapi media menjadikan Jokowi sebagai “iklan” penglaris buat medianya. Sebenarnya ada juga beberapa pemimpin daerah yang bekerja dengan sosok mirip Jokowi, walau tidak banyak tetapi mereka termasuk calon pemimpin Indonesia di masa depan untuk memberi contoh teladan kepemimpinan yang jujur, bersih dan tulus mengabdi kepada rakyat. Ketiga unsur tersebut diatas memberikan harapan kepada rakyat Indonesia kedepan untuk memilih Presiden 2014-2019.

Tentu saja untuk menjadi Presiden 2014-2019,seorang Jokowi tidak cukup dengan ketiga unsur diatas, tetapi ditambah bagaimana dirinya bisa membentuk “the dream team” kabinet yang akan mendampinginya kelak bila dirinya terpilih menjadi Presiden. Tetapi paling tidak,ketiga unsur: bersih, jujur dan tulus adalah modal utama yang bakal dipakai Jokowi untuk menuju kursi RI-1 di 2014-2019.

Rakyat Indonesia memang sekarang sudah sangat capek sekali dengan berita-berita tentang kejahatan korupsi dan perilaku hedonisme serta moralitas yang rusak dari para Pejabat Negara ini. Maka tidak heran kalau sosok Jokowi bisa melejit seperti sekarang ini.

Walau Jakarta belum beres mengatasi kemacetan, banjir, dsb, tetapi rakyat mempunyai harapan besar kepada Jokowi untuk mengorganisir bila diberikan kepercayaan lebih besar.

Pernah dalam sebuah kesempatan, ketika beberapa calon pemilih ditanyakan akan memilih siapa untuk RI-1 di 2014-2019. Mereka hanya menjawab, ”Yang jujur, bersih dan tulus saja."

Mania Telo
×
Berita Terbaru Update