Pada Bulan Muharam adalah merupakan Pesta Budaya seni Tabuik/Tabot bagi Masyarakat Pariaman dan Bengkulu. Untuk mengetahui apa sebenarnya Perayaan Pesta Budaya Tabuik Pariaman dan Bengkulu disini akan saya komparasi secara singkat.
Beda Tabuik Piaman dengan Bengkulu terdapat dari jumlah hari perayaan. Piaman dari 1 s/d 14 Muharam, sedangkan Bengkulu dari 1 s/d 10 Muharam. Di Bengkulu diantara hari tersebut diadakan pesta kesenian Rakyat yang disebut Ikan-Ikan. Tabuik Bengkulu berjumlah 17 buah.
Maka dibuatlah replika Ikan dari bambu dan kertas hias bermaca-ragam bentuk rupa warna. Ikan-ikan ini dibawa menari berjoget di iringi irama musik. Mereka pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.
Dari rumah ke rumah biasanya mereka mendapat Imbalan secara sukarela dari Masyarakat. Tabuik juga sudah masuk kalender Wisata Kota Bengkulu sebagaimana Kota Pariaman.
PESTA BUDAYA TABUIK
Tabuik adalah salah satu bentuk pesta budaya rakyat, yang diadakan oleh masyarakat Pariaman dan Kota Bengkulu.
Pada saat sekarang Tabuik dijadikan Event Parawisata Nasional yang diadakan sekali dalam setahun, mulai tanggal 1 - 14 Muharram. Pesta Budaya tabuik diadakan untuk memperingati kematian Hasan dan Hosen, cucu Nabi Muhammad SAW pada waktu Perang Karbala di Medinah, yaitu peperangan antara Bani Umayah dari Syria yang dipimpin oleh raja Yazid dan kelompok Islam yang dipimpin oleh Hasan dan Hosen.
Kegiatan tabuik masyarakat Pariaman terdiri dari dua kelompok yaitu :
Kelompok Tabuik Pasa dan Kelompok Tabuik Subarang. Dalam pembuatan tabuik tsb, terdiri dari tujuh tahapan pembuatan dan diselingi dengan kegiatan-kegiatan
lain.
1. MENGAMBIL TANAH ( 1 MUHARAM )
Tanah diambil oleh seorang laki-laki yang memakai pakaian putih yang menyimbolkan kejujuran kepemimpinan Hosen. Dua kelompok Tabuik mengambil tanah
dari tempat yang berseberangan dan diperjalanan kedua kelompok bertemu dan biasanya mereka berkelahi menyimbolkan terjadinya Perang Karbala. Tanah itu
dimasukkan kedalam daraga yang menggambarkan kuburan dari Hosen.
2. MENEBANG BATANG PISANG ( 5 MUHARAM )
Seorang laki-laki dengan pakaian putih menebang pohon pisang hanya dengan satu kali tebang menggambarkan ketajaman pedang Hosen membunuh musuh dalam
perang Karbala.
3. MAATAM ( 9 MUHARAM )
Maatam mengekspresikan kesedihan karena kematian Hosen. Beberapa orang dari pembuat tabuik menangis didepan Panja (jari-jari). Berbentuk tangan dari Hosen
yang dibuat dari Seng dan diletakkan didalam dulang yang dijunjung diatas kepala seorang laki-laki.
4. MAARAK PANJA / JARI-JARI ( 9 MUHARAM )
Panja yang melambangkan jari-jari tangan Hosen yang diarak sepanjang jalan Kota Pariaman menunjukkan kepada masyarakat kekejaman Raja Yazid yang membunuh
Hosen.
5. MAARAK SORBAN ( 12 MUHARAM )
Beberapa orang mengarak sorban, pedang tajam yang dibuat dari bambu dan kopiah Haji Hosen, yang menggambarkan keberanian Hosen pada Perang karbala.
Sorban diarak kejalan diiringi dengan gendang tasa, kejadian ini menggambarkan situasi perang Karbala.
6. TABUIK NAIK PANGKAT ( 14 MUHARAM )
Pada waktu Subuh (pukul 4.00 WIB) dua bagian dari Tabuik dibentuk menjadi sebuah kesatuan Tabuik yang dihias dengan kertas berwarna warni. Kemudian Tabuik yang telah selesai dihias dibawa ke jalan untuk diarak sepanjang jalan dan diiringi dengan gendang tasa, diperjalanan kedua kelompok pembuat tabuik yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang bertemu dan dulunya saling ejek mengejek.
7. MEMBUANG TABUIK ( 14 MUHARAM )
Tabuik dibuang kelaut diakhir perta Budaya Tabuik pada sore hari ( pukul 18.00 WIB ). Sebelum dibuang benda seperti Sorban (topi Hosen), pedang, panja
disimpan, dan gendang tasa dibawa kembali kerumah pemiliknya.