Beberapa hari belakangan ini cuaca memang tidak bersahabat. Hujan hampir setiap malamnya mencucur lebat, membuat pedagang dibundaran Lapangan Merdeka Pariaman menupang dagu kening berurat. Cuaca adalah estimasi alam yang tidak bisa diganggu gugat. Semua wajib kita syukuri sebagai nikmat.
Tabuik Piaman selalu jadi Magnet Utama penyedot lautan Manusia di Kota ini, dan itu hanya setahun sekali.
Di hari biasa Pantai Gandoriah Pariaman memang tidak terlalu sepi karena ditolong arus Transportasi Kereta Api yang hilir mudik dua kali sehari. Penumpang Kereta Api tiap harinya 30 persen datang dengan tujuan berdarma-wisata ke Pariaman dengan Tujuan Utama Pantai Gandoriah, selain ke Pulau Anso Duo. Karena Transportasi reguler dan Parsial, banyak diantara mereka memilih melihat-lihat saja keindahan Pulau tersebut dari bibir pantai Gandoriah sambil mereka-reka ada apa gerangan di Pulau tersebut. Belum lagi angan-angan mengunjungi Pulau Ujung, Tangah dan Pulau Kasiak, apalagi pulau Kosong, saya saja yang Orang Pariaman belum sekalipun mengunjungi ke-empat Pulau tersebut.
Bicara Pulau membuat saya menyimak dengan seksama. Seorang teman berkata bahwa Pasir di pulau Ujung jauh lebih halus dibandingkan dengan pasir yang menghampar dibibir Pantai Pulau Anso. Pulau Kasiak katanya tak kalah elok. Pulau Tangah juga dikatakan terdapat sebuah sumur yang sangat Tuanya.
Belum lagi mendengar cerita nelayan dikampung saya Pauh sana tentang Pulau Kosong. Mereka bilang Pulau tersebut sangat Indah, Penyu langka banyak menetaskan telurnya disana. Penyu (Katuang) telurnya rendah lemak dan Kalori namun sangat tinggi Omega Tiga dan Protein. Dengan menggosok gosokan telur penyu diantara kedua telapak tangan dapat mematangkan isinya kata mereka.
Dimusim penghujan menurut Orang Kampung saya musimnya Penyu bertelur. Penyu dapat menetaskan telur lebih dari 100 telur sekali tetas, apalagi dari jenis Penyu Belimbing. Penyu yang lahir dipulau tersebut dipastikan akan kembali lagi kesana setelah Dewasa untuk menetaskan telurnya juga. Itu siklus Alam yang sangat spektakuler dan mencengangkan. Fenomena dalam Dunia Fauna dan Sains.
contoh dermaga apung tradisional
Andai saja di tiap Pulau tersebut dibangun sebuah Dermaga Apung murah meriah, tentu akan memudahkan Transportasi Wisata Laut menuju kesana bersebab selama ini ada ke engganan Nelayan menepi membawa Wisatawan karena terumbu karang mengelilingi beberapa pulau tersebut. Nelayan umumnya membuang jangkar dihalaman Pulau lalu berenang jika hendak melayap kesana. Wisatawan, kuat dugaan saya tidak akan mau melakukan hal yang sama karena dikantong mereka dipenuhi Gadget semacam Smartphone dan Kamera Pocket berharga mahal yang dapat Pudur seketika dilulur Air laut nan asin.
Transportasi Parsial dan Insidentil ini harus segera dibenahi untuk menyulap Kota Pariaman sebagai Kota Tujuan Wisata Bahari. Jika menunggu lama,, Alamaak.. Kapan Orang macam Awak menginjakan Kaki disana.
Catatan Oyong Liza Piliang