Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Sumpah Pemuda Dan Demo Buruh

28 Oktober 2013 | 28.10.13 WIB Last Updated 2013-10-28T03:23:40Z


Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.

Yang dimaksud dengan "Sumpah Pemuda" adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta), Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap "perkumpulan kebangsaan Indonesia" dan agar "disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan".

Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: "Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie" (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.

Hari Ini Kita memperingati Hari Sumpah Pemuda yang ke 85. Berikut ini adalah bunyi "Sumpah Pemuda" sebagaimana tercantum pada salah satu bagian Museum Sumpah Pemuda. Penulisan ini menggunakan ejaan van Ophuysen.

    Pertama. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

    Kedoewa. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

    Ketiga. Kami poetera dan poeteri Indonesia, mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Demo Buruh di Hari Sumpah Pemuda ke-85

Diperkirakan Hari ini tanggal 28 Oktober, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, sampai dengan 31 Oktober 2013 akan terjadi demo buruh secara besar-besaran di Indonesia ; Berita demo buruh tersebut sudah di sebarkan ke semua pihak, dan media juga sudah memberitakannya agar masyarakat mengantisipasi hal-hal yang mungkin bisa saja terjadi pada setiap demo yang dilakukan secara besar-besaran,terutama kemacetan.

Tuntutan buruh sebenarnya tidak banyak perubahan,yaitu tetap menuntut kenaikan upah hingga 50% dan penghapusan tenaga outsourcing ; Untuk di wilayah Jabodetabek tuntutan kenaikan upah bisa mencapai Rp.3,7 juta/bulan. Tentu saja para pengusaha menjadi cemas sebab tuntutan kenaikan upah buruh yang sangat tinggi akan berdampak kepada daya saing mereka. Namun momen tuntutan buruh terhadap kenaikan upah 2014 sangatlah tepat,para politisi dan pemerintahan SBY kali ini sedang menghadapi dilema besar,tidak mengabulkan tuntutan buruh berarti “kiamat” bagi partainya di Pemilu 2014 .

Sistem “floating mass” atau massa mengambang yang dipergunakan dalam sistem demokrasi Indonesia kali ini menghadapi tantangan besar dalam sejarah. Dengan perubahan sistem kepartaian era Orba yang hanya 3 partai saja, pemerintah pada waktu itu bisa mengkontrol kondisi politik ; Namun di era Reformasi sekarang ini, kondisi politik seolah dibiarkan liar tak terkendali. Para politisi bisa seenaknya berpindah partai politik hanya karena mengejar kekuasaan dan jabatan,tentu saja hal ini menginspirasi rakyat untuk berbuat hal yang sama.

Buruh dengan kekuatan yang begitu besar juga akhirnya meniru gaya politisi berpolitik. Siapa saja yang sanggup mengabulkan tuntutan para buruh akan menjadi “idola” buruh dan dipastikan elektabilitas akan meroket. Popularitas Jokowi-Ahok pada waktu pertama kali menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur langsung meroket salah satunya karena mengabulkan tuntutan para buruh untuk kenaikan upah di DKI Jakarta menjadi Rp.2,2 juta per bulan. Perbincangan kebijakan menaikkan upah buruh di DKI Jakarta tahun 2013 telah berhasil mendongkrak popularitas Jokowi di mata rakyat Indonesia, bukan sekedar di DKI Jakarta saja.

Apakah sekarang ini Jokowi-Ahok akan mengabulkan tuntutan buruh untuk kenaikan upah 2014? Inilah momen yang ditunggu-tunggu, sebab sepertinya para politisi dan pemerintahan SBY “melempar api” ke arah Jokowi-Ahok untuk mencari selamat ; Ini bisa dibuktikan dengan semua menteri yang terkait dan bahkan SBY-Boediono melakukan gerakan tutup mulut alias puasa bicara terhadap demo buruh dan tuntutannya. Semua mata rakyat dibiarkan tertuju kepada Jokowi-Ahok sebagai benteng pertahanan pertama menghadapi tuntutan buruh tersebut. Nanti bila saatnya sudah tepat,para politisi dan pemerintah pusat yang ganti mengkritik kebijakan Jokowi-Ahok.

Bilamana Jokowi-Ahok tidak pandai melihat situasi seperti ini,maka yang terjadi adalah menjadi sasaran kemarahan para pengusaha, politisi yang menjadi musuh politiknya dan bahkan menteri-2 terkait pun akan ikut menyalahkan Jokowi-Ahok. Oleh karena itu, supaya demo buruh tidak ditunggangi dengan berbagai niat busuk para politisi dan musuh-2 politik yang ingin mendongkel popularitas Jokowi-Ahok, sebaiknya Jokowi-Ahok tetap saja konsisten untuk mengubah wajah Jakarta menjadi kota jasa dan ibukota, bukan kota Industri.

Hidup di Jakarta memang sebaiknya dibuat mahal dan hanya untuk masyarakat tertentu saja. Kepadatan kota Jakarta harus dialihkan ke daerah lain demi pemerataan pembangunan dan kesejahteraan rakyat Indonesia. Selama ini kebijakan pemerintah pusat dan Pemda DKI Jakarta justru membuat arus urbanisasi ke Jakarta semakin bertambah besar. Konsistensi diperlukan untuk merubah wajah Jakarta, hanya yang punya “skill” atau keahlian saja yang sebaiknya boleh hidup di Jakarta. Bila Kondisi sosial demikian tercipta, maka Jakarta akan sama dengan kota-2 besar di dunia seperti New York,Shanghai,Tokyo,dll.

Dengan kebijakan Jokowi-Ahok untuk memenuhi tuntutan buruh, pemerintah kota Bodetabek tidak perlu mengikutinya, kecuali mereka akan menggunakan kesempatan ini juga untuk menggeser wilayah industrinya ke kota lain, seperti Sukabumi, Serang, dsb ; Namun kemungkinan itu sangat kecil mengingat para politisi dan pemerintahan kota Bodetabek akan berhitung terkait PAD (Pendapatan Asli Daerah) nya. Berbeda dengan DKI Jakarta, Ibukota ini akan tetap menikmati pendapatan asli daerah dari PBB yang begitu besar dan kegiatan-2 jasa yang dilakukan di ibukota RI ini.

Mudah-mudahan Demo buruh kali ini akan berdampak mengubah wajah Jakarta dan kepemimpinan Indonesia kedepan, dan tidak ada Muatan Politik memboncenginya.

Catatan Mania Telo & Oyong Liza Piliang
×
Berita Terbaru Update