Sudah 3 hari belakangan ini wacana “santet” akan
menyerang KPK banyak dibicarakan di dunia maya. Ini berawal dari kultwit
sebuah akun bernama @kurawa yang diberinya judul Klenik dan Konflik Queen of Scary.
Siapa lagi yang dimaksudkan Queen of Scary kalau bukan sang “ratu” dari
Banten. Dalam kultwitnya sekitar 3 hari lalu, @kurawa bercerita tentang
obrolannya dengan warga Serang, salah satunya tentang : “kalo sampai Queen Of Scary dipanggil KPK katanya ratusan tukang Teluh Akan menyerang seluruh pimpinan KPK :))” begitu bunyi twitnya. Twit lanjutannya : “kejadian
Queen of Scary ini Akan beda2 Tipis deh spt di Kalimantan, menurut Info
“Konsolidasi” sdh dilakukan termasuk penyelamatan si adik” dan “Jadi beberapa hari Queen of Scary ini menghilang yah utk memperkuat “pertahanan” ini Akan seru nantinya :))”
Sebagian orang merasa ngeri dan merinding
setelah membaca seluruh isi kultwit tersebut. Sesuatu yang manusiawi,
meski sebenarnya tidak tepat. Betapa tidak, kalau disebut asma Allah
saja kita tidak merasa takut – padahal setiap hari kita berbuat dosa –
tapi ketika mendengar ancaman teror supranatural kekuatan ilmu hitam,
kita justru sampai berdiri bulu kuduk. Padahal, sebagai Sang Maha
Pencipta, Sang Pemilik Kekuatan dan Kekuasaan, Allah, Tuhan semesta
alam, tuhan-nya manusia dan setan serta jin, Allah lebih layak ditakuti.
Sebagai sebuah peringatan agar waspada, kultwit
itu layak dipertimbangkan. Tapi bagaimana jika dampaknya justru membuat
nyali warga Banten yang sudah mulai berani terang-terangan melakukan
perlawanan, jadi ciut kembali? Padahal, menakut-nakuti itulah modal sang
Ratu untuk tetap berkuasa. Sudah sejak lama masyarakat Banten –
terutama yang masih tinggal di pelosok dan di daerah yang sengaja tak
pernah dibangun infrastrukturnya – bisa dijaga loyalitasnya dan
diarahkan untuk memilih dinasti sang Ratu, berkat issu intimidasi macam
itu, terutama ketika sang bapak masih ada, sangat mengandalkan kekuatan
jawara.
Tapi syukurlah efek ketakutan dan kengerian itu tak
tercermin dari komentar yang tersebar di banyak berita terkait issu
tersebut di media online. Hampir semua komentar justru menegasikan kekuatan teluh. Ah.., tapi itu kan suara netter,
pengguna internet yang nota bene sudah melek teknologi, sudah
berpikiran progresif, sudah maju dan belum tentu mereka warga Banten,
mungkin ada berpikir begitu. Namun untunglah kemarin penulis mendapati
fakta warga Banten pun tak surut dalam ketakutan. Kemarin siang penulis
menghadiri undangan pernikahan di Serang. Setiba di sana, beberapa orang
membincangkan kemacetan di sekitar alun-alun Serang karena ada demo.
Sepulang dari acar itu, penulis dan teman-teman sengaja berputar menuju
alun-alun Serang. Sayangnya setiba di sana – sekitar pukul 2 siang –
sisa demo sudah tak terlihat lagi. Tapi malam harinya penulis menonton
tayangannya di Metro TV dan pagi ini membaca beritanya di Radar Banten.
Para demostran adalah ratusan massa perwakilan dari ulama dan santri di Banten.
Mereka duduk bersila menghadap kiblat di depan Pendopo Kantor Gubernur
Banten, untuk berdoa bersama (istighosah). Doa yang dilantunkan lewat
pengeras suara dari mobil bak terbuka itu untuk memberi dukungan moril
pada KPK. Ada spanduk panjang bertulis dukungan masyarakat Banten kepada KPK
yang dipasang pada kawat berduri yang memblokade Jl Veteran di depan
kantor Gubernur. Ada pula spanduk putih yang dibentangkan guna
mengumpulkan tanda tangan dari warga masyarakat Banten yang mendukung
segenap langkah KPK untuk membongkar dan mengusut berbagai dugaan
korupsi dan manipulasi yang membelit keluarga penguasa Banten.
Di
televisi, nampak cukup banyak warga yang bersimpati dan berhenti sejenak
untuk menorehkan tanda tangan di kain putih itu. H Ahmad Izudin dari
Pandeglang yang mewakili para ulama yang turut istigosah menyatakan : “Kami
dari ulama sendiri sangat mendorong upaya ini sudah dari dulu, bukan
hanya sekarang. Banten bisa dibersihkan dari hal yang merugikan kita
semua”. Bahkan ulama menilai selama ini aparat penegak hukum seolah
tutup mata terhadap kasus korupsi di Banten. Acara demo itu diisi
dengan membaca doa istighosah untuk keselamatan masyarakat dan
pemerintahan Banten di masa yang akan datang. (catat : pemerintahan Banten di masa yang akan datang, jadi BUKAN yang sekarang – pen.)
Ini melegakan bagi penulis, artinya issu bahwa
ulama se-Banten masih mendukung keluarga sang Ratu, terbantahkan dengan
demo kemarin. Istighosah yang dilakukan Ratu Atut hari Senin yang
meminta agar dia dan keluarganya didoakan, kemarin dibalas dengan
istighosah yang justru mendoakan adanya pemerintahan Banten di masa
datang. Digelar di jalanan, tidak di masjid, cara ini justru makin
menunjukkan bentuk perlawanan, dimana para ulama dan santri berani head to head
berhadapan langsung dengan Gubernur (disimbolkan dengan Pendopo
Gubernuran) meski sudah dipasangi kawat berduri. Para penggiat anti
korupsi pun sudah sejak Senin lalu mendatangi KPK.
Mereka yang tergabung
dalam JAWARA (Jaringan Warga untuk Reformasi Banten) menyerahkan
sejumlah data yang dianggap dapat membantu mempercepat kerja KPK.
Ratusan mahasiswa Banten bahkan berjalan kaki ke kantor KPK dan berdemo
di depan Gedung KPK untuk mendesak KPK agar segera mengusut korupsi di
Pemprov Banten. Foto-foto yang diambil dari portal berita okezone.com menjadi bukti dukungan warga Banten pada KPK. Anda dapat melihat semua foto disini dan disini.
Kembali ke kicauan akun @kurawa di jagad twitter,
sebenarnya bukan hanya tentang klenik dan konflik quee of scary saja,
sehari sebelumnya ia pun berkicau tentang Dilema Provinsi Banten
yang beberapa kicauannya membuat penulis tersenyum nyengir karena apa
yang ditulisnya mirip dengan pengalaman penulis saat pertama kali
menginjakkan kaki di Propinsi ini sekitar 3,5 tahun lalu. @kurawa
memulai kicauannya dengan : “Banten itu adalah contoh
Terburuk dari yang namanya Pemekaran Wilayah.. sejak lepas dari Jabar
Kondisinya Jalan Ditempat.. tragis”. Lalu ia pun mengusik kesadaran kita bahwa sejak propinsi Banten berdiri pada tahun 2000 sampai nanti tahun 2017, sang Ratu inilah yang akan terus berkuasa.
Kicauannya yang membuat penulis tersenyum
adalah ketika ia mencoba menggambarkan bahwa narsisme sang Gubernur
jadi simbolnyata bahwa sang Ratu hendak menunjukkan kuasanya, seperti
tercermin dalam kicauannya : “Dari mulai keluar tol serang -
Alun2, hanya reklame Muke si Queen of Scary ini yg menghiasi Kota.
Seolah dia katakan : I’m a Madam Le Banten”.
Hal ini sangat kontras dengan sampah yang menumpuk dan jorok di depan
kantor Gubernur, sama seperti ketika pertama kali Banten berdiri, sama
sekali tak ada kemajuan. Begitupun jumlah pengemis dan pengamen yang
makin banyak, kontras dengan meluncurnya mobil mewah milik kerabat sang
Ratu. Sementara, jalanan yang sempit tak sekali pun diperlebar sejak
Banten berdiri, padahal jumlah kendaraan bermotor makin banyak.
Masih seputar infrastruktur Banten yang parah banget, @kurawa menulis : “Queen
of scary ini sebenarnya lg menerima hasil sumpah serapah pengguna jalan
di ciwandan - anyer yg selama 2 thn jadi kubangan Kuda Nil :).
Tragis kerusakan parah akses Industri dan Pariwisata Banten yg
merupakan Jantung Banten dibiarkan segitu lama oleh pemprovnya.
Bayangkan kalo di 1 mobil Avanza ada 8 orang yg badannya sakit Krn
lewati jalan rusak ini bersumpah : Anjroot neh Gubernur gue sumpahin… 8
penumpang dikalikan jumlah mobil yg lewat x 2 tahun… gimana gak numpuk
tuh sumpah serapah orang yg teraniaya Krn rusaknya jalan :D”.
Mau
tak mau penulis tersenyum geli, sebab apa yang ditulisnya sepenuhnya
benar dan itulah yang sering penulis alami saat harus berkunjung ke
perusahaan mitra kerja penulis. Masih banyak cerita seputar jalan yang
dibiarkan rusak sepanjang Ciwandan – Anyer ini, yang penulis dengar dari
tetangga penulis, karyawan sebuah perusahaan petrokimia yang berlokasi
di Ciwandan. Mungkin akan dituliskan lain kali.
Dalam kultwitnya yang lain yang diberinya judul Kejahatan Berjamaah di Provinsi Banten, @kurawa mengaku putus asa – dia menyebut tweetless
– setelah mencermati kompisisi APBD Banten sama sekali tak menyisakan
serupiahpun untuk kesejahteraan rakyat Banten. @kurawa membukanya dengan
: “Baru baca komposisi APBD Banten thn 2013 ckckck..
pantesan Banten Hancur2an.. Nobody Care… aplg DPRD nya… harus dibubarin
neh Provinsi”. Dia menjelaskan : APBD Banten
2013 sebesar Rp 6 triliun, dengan komposisi Rp. 3,5 triliun untuk
belanja pegawai, hibah, bansos dan bantuan keuangan pemkot. Padahal,
sudah jamak diketahui publik, siapa di balik LSM dan ormas penerima dana
hibah dan bansos, yang konon kabarnya semua masih kerabat sang Ratu.
Sisanya Rp. 2,5 triliun untuk belanja langsung (kebutuhan Pemprov)
dimana Rp 1 triliun untuk infrastruktur. Eiiits…, jangan dulu mengira
itu infrastruktur untuk kemaslahatan rakyat, sebab @kurawa menyebut “rinciannya bikin mules”.
Dari jumlah Rp. 1 triliun, hanya Rp. 300 milyar untuk perbaikan jalan –
entah jalan yang sebelah mana dan dimana –sedangkan lainnya untuk
membangun fasilitas pejabat, termasuk penataan rumah dinas Gubernur.
Seperti banyak diberitakan di media massa, belum lama ini sekelompok penggiat anti korupsi dan mahasiswa ramai berdemo menyoal rumah dinas Gubernur Banten.
Setelah mengajukan dana APBD sekian milyar untuk renovasi rumah dinas
Gubernur, ternyata ujung-ujungnya rumah dinas itu malah diterlantarkan,
dibiarkan tak terawat. Sehari-harinya bu Atut lebih suka tinggal di
rumah pribadinya. Lucunya, rumah pribadi itu pun “disewakan”. Artinya Pemprov
Banten harus membayar ke bu Atut sampai ratusan juta rupiah, untuk
menyewa rumah pribadi Atut yang ditempati atas kehendaknya sendiri. Dan…, untuk semua pengeluaran konyoll itu DPRD Propinsi Banten pun “ho’oh” saja. Jadi tak salah kalau @kurawa menyebut nobody care! Termasuk DPRD-nya.
Total dari 6 triliun hanya 300 milyar yang
katanya untuk membangun infrastruktur jalan se-propinsi, artinya hanya
5% saja yang kembali kepada rakyat. Itupun dengan asumsi 300 milyar
seluruhnya dipakai untuk membangun, bukan di-mark up. Selebihnya, @kurawa berkicau : “Yah Ampun.. Dana APBD Banten itu benar2 sedikitpun tdk ada utk kesejahteraan Warganya… dan ini sdh berlangsung lama ckckckck” dan “Jadi
Gak heran Prov Banten klo dilihat APBDnya itu bisa gue pastikan : 0 %
pertumbuhan sejak berdiri… Jadi Buat apa dibuat neh Prov??”. Selebihnya silakan anda baca sendiri lewat hyperlink yang saya sertakan tadi.
Jadi, sebenarnya mana yang lebih
“mengerikan”? Issu tentang pengerahan dukun teluh untuk menyantet
pimpinan KPK ataukah fakta bahwa penggarongan APBD Banten yang
sistematis sehingga pemiskinan secara struktural rakyat Banten akan
terus berlangsung sampai akhir masa jabatan sang Ratu – yang mungkin
kelak akan diteruskan oleh salah satu anak atau saudaranya – yang hanya
akan menghasilkan tragedi kemanusiaan lebih panjang lagi?! Sudah cukup
kita melihat anak-anak usia SD meniti jembatan tali yang hanya
menyisakan 1-2 serpihan papan lapuk yang jika terinjak, bukan tak
mungkin anak-anak itu tercebur ke sungai yang dalam dan arusnya deras.
Sudah cukup cerita tentang madrasah ambruk dan menimpa siswa siswinya,
karena kecilnya alokasi dana pendidikan di Pemprov Banten. Lain kali
semua itu akan saya ulas dalam tulisan yang lain.
JUMAT KERAMAT
Besok, Jumat, 11 Oktober 2013, KPK sudah
menjadwalkan pemanggilan atas sang Ratu, dengan status sebagai saksi
atas kasus adiknya, Wawan. Istilah Jumat keramat yang dipopulerkan para
awak media yang biasa nge-pos di Gedung KPK, karena biasanya mereka yang
diindikasikan kuat terlibat, lalu diperiksa di hari Jumat, banyak
diantara mereka yang tak kembali pulang ke rumah karena terus
digelandang ke rutan KPK. Akankah besok jadi Jumat keramat bagi sang
Ratu? Hanya Allah yang tahu, sebab DIA-lah Pemilik Kekuasaan, DIA
berikan kekuasaan kepada siapa pun yang dikehendaki-NYA dan DIA cabut
kekuasaan dari siapa pun yang dikehendaki-NYA. DIA muliakan siapa pun
yang dikehendaki-NYA dan DIA hinakan siapa pun yang dikehendaki-NYA.
Ditangan Allah-lah segala kebajikan. Sungguh, DIA Maha Kuasa atas segala
sesuatu.
Akhir kata, ketimbang menebar kengerian lewat issu
santet, lebih baik menyebarkan fakta tentang komposisi tak wajar APBD
Banten. Ini supaya Mendagri pun jadi “melek” atas fakta ini dan
tak melulu menerima laporan ABS saja dari kepala daerahnya, sementara
jelas kondisi masyarakatnya jauh dari sejahtera. Kalau dulu ada episode
Cicak VS Buaya, rakyat berdiri di belakang KPK, berdemo menuntut
Presiden berbuat sesuatu, kini kalau benar ada episode Cicak vs tukang
santet, maka rakyat perlu kirim doa bersama untuk KPK. Tak perlu harus
kumpul di Bundaran HI atau di Rasuna Said depan Gedung KPK, cukup dari
rumah masing-masing, dengan cara dan agama/keyakinan masing-masing,
berdoa agar perjuangan melawan pemimpin yang dzholim dan tak amanah bisa
mendapatkan kemenangan. Mari kita sambut Jumat esok, semoga menjadi
“Jumat keramat”.
Catatan Ira Oemar Freedom Writers Kompasianer