Sepenggal kalimat dalam sebuah tulisan yang pernah saya baca, berbunyi : "Penggal Kepalanya Maka Badannya Akan Roboh." Filosofi kalimat di atas sangatlah mendalam, sehingga jadi Fenomena tersendiri dalam dunia perpolitikan kita.
Seorang Pemimpin untuk duduk dalam sebuah jabatan Politik menghabiskan banyak dana, baik itu Presiden hingga kepala daerah. Darimana mereka mendapatkan Biaya untuk menuju kursi yang mereka inginkan tersebut.? Disini mereka memerlukan Donator. Para Donator juga terbagi dua, yaitu Donator Utama dan Donator penyumbang (ala kadar dan simpatisan).
Jika Calon yang di dukung oleh Donator utama tersebut menang, peran dan campur tangan mereka sangat tinggi sekali. Okelah jika Donator tersebut mendukung sang Calon demi sebuah Idealisme, tentu saran yang akan mereka berikan demi kebaikan dan kemajuan. Bagaimana Jika sebaliknya? Pemenang tersebut di danai oleh Donator oportunis? Orang yang dominan memikirkan Sisi Ekonomi, untung rugi daripada Idealisme Calon yang ia "Ijon" tersebut?
Kepala Daerah hasil "Ijon" tersebut akan berada pada posisi dilematis. Ia takan bisa melawan Donator Utama tersebut bersebab "Kepalanya sudah dipenggal". Kebijakan yang musti memihak pada warga jika bertentangan dengan kepentingan "sipemenggal" tersebut, dengan keyakinan penuh saya katakan, sang Kepala Daerah lebih memihak kepadanya ketimbang Masyarakat banyak yang memilihnya. Akibatnya janji janji selama Kampanye tidak ditepati, Masyarakat Antipati, gigit jari.
Fenomena beginilah yang sering terjadi dalam konteks Pilkada langsung berbiaya mahal. Disini saya tidak mengatakan bahwa sang Kepala Daerah tidak menginginkan kemajuan dengan melahirkan kebijakan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Dia Ingin sekali.. Namun apa daya.. Kepalanya Sudah tergadai.
Catatan Oyong Liza Piliang