Setelah membaca beberapa hari atas berita
Aiptu Labora Sitorus,seorang polisi dari Polres Raja Ampat Sorong,Papua
yang mempunyai rekening senilai Rp.1,5 Trilliun ,masih ada beberapa yang
menimbulkan tanda tanya dan kesimpang-siuran berita tentang jumlah
rekening yang dimiliki oleh Aiptu Labora Sitorus (LS) ; Jumlah Rp.1,5
Trilliun itu dalam 1 rekening ataukah 60 rekening,atau merupakah nilai
kumulatif dari transaksi di rekening yang dimiliki sejak tahun sekian
hingga sekarang…?
Pernyataan Aiptu LS pun terkesan berubah-ubah sejak
pertama kali di wawancara oleh sebuah TV Swasta,dimana pernyataannya
antara satu dengan yang lain tidak sama ; Pertama mengatakan hanya punya
uang di rekening Rp.4-5 Miliar,kemudian berubah lagi menjadi lebih
besar dengan tambahan itu rekening perusahaan,dsb.
Alasan publik masuk akal,yaitu seseorang dengan pangkat Aiptu berani kabur dari tempat tugasnya ke Jakarta dan menemui sebuah ormas yang “para pelindung” nya termasuk didalamnya adalah seorang Wakapolri tentu bukan sembarang Aiptu. Walau bantahan demi bantahan dilakukan oleh divisi humas Polri,bahwa polisi harus dekat pada siapa saja termasuk ormas tersebut,namun masyarakat pembaca berita tersebut tentu bukan masyarakat yang bodoh dan tidak punya akses siapa itu Wakapolri Nanan Sukarna.
Justru sekarang masyarakat bertanya-tanya dan menunggu sikap tegas Polri dan Presiden SBY dalam menyikapi dugaan keterlibatan para Jenderal di belakang seorang Aiptu yang punya rekening Rp.1,5 Triliun. Sudah lama masyarakat tahu bahwa di tubuh Polri ada semacam model “setoran” yang dilakukan oleh para aparat polisi paling bawah sampai ke tingkat tinggi,namun sampai sekarang hal ini selalu tidak pernah diusut tuntas oleh pihak Polri sendiri maupun petugas hukum lainnya. Contoh rekening gendut para jenderal Polisi sampai sekarang tidak tersentuh,padahal jelas salah satunya Komjen Susno Duaji yang baru saja bikin heboh,terbukti pada waktu “bersembunyi” media membeberkan harta kekayaannya yang begitu “adzubillah” dan kalau dihitung tidak akan pernah pas dengan gajinya….Begitu juga dengan harta kekayaan Irjen.Djoko Susilo yang tidak terkirakan sejak dirinya menjadi polisi,orang pun bertanya-tanya darimana harta segitu besar diperolehnya…?
Masyarakat sangat pesimis bilamana kasus Aiptu LS diperiksa oleh Mabes Polri maka semuanya akan menjadi terang benderang. Justru sekarang ini masyarakat menilai,bahwa kasus Aiptu LS sedang dalam proses “penggelapan” …artinya digelapkan agar masyarakat hanya fokus pada Aiptu LS saja seorang dan bahkan mungkin pasal-2 yang dikenakan hanya pasal-2 pelanggaran hukum ringan dan tidak masuk di akal. Contoh yang sudah kelihatan adalah saat beberapa Polisi dari Polda Bengkulu menyerbu kantor KPK untuk mengambil Kompol Novel Baswedan,terlihat sekali motivasinya adalah untuk “balas dendam” karena Irjen Djoko Susilo dijadikan tersangka korupsi oleh KPK.
Oleh karena itu,sebaiknya kasus Aiptu LS bukan disidik oleh Mabes Polri…! Sebaiknya Kompolnas membentuk tim bersama KPK untuk menelusuri aliran dana yang ada di rekening Aiptu LS ; Tidak mungkin rekening dengan jumlah Rp.1,5 Triliun tidak ada aliran dananya….! Aliran dana itulah yang diperlukan untuk membongkar siapa dibelakang Aiptu LS selama ini.
Kalau saja para Jenderal Polisi merasa tidak terlibat dan bersalah,sebaiknya tidak ada upaya menghalangi pemeriksaan Aiptu LS oleh tim yang dibentuk Kompolnas+KPK,itulah harapan masyarakat saat ini dalam melihat kasus Aiptu Labora Sitorus dengan rekening Ro.1,5 Triliun……
Catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer