Penyerbuan Lapas Cebongan Sleman yang melibatkan 11 anggota Kopassus dan berakhir dengan tewasnya 4 orang preman,dan salah satu preman yang terbunuh adalah mantan narapidana kasus pembunuhan dan pemerkosaan di tahun 2002 ,dan pada saat yang bersangkutan sedang bebas bersyarat justru melakukan pembunuhan terhadap Serka Heru Santoso melahirkan banyak polemik dan opini saat ini. Tetapi dari sekian opini yang berkembang,justru lebih banyak pujian mengalir ke Korps Kopassus atau TNI AD & bahkan ada yang memuji keberanian 11 anggota Kopassus dalam melakukan tindakan membasmi para preman pembunuh tersebut.
Kenapa banyak warga masyarakat yang memuji katimbang mencerca tindakan 11 anggota Kopassus tersebut…? Sebab warga masyarakat sudah sangat membenci dan kesal terhadap tindakan aparat penegak hukum kita (seperti Polisi,Jaksa dan Hakim Pengadilan) yang hanya menjatuhkan vonis-2 tidak bermutu terhadap tindakan keji para preman yang melakukan hukum rimba di kehidupan masyarakat kita. Bahkan sudah bukan rahasia umum,para polisi kita begitu korup dan menjadi alat bagi preman dalam menjalankan tugasnya,yaitu mereka banyak menerima setoran-2 uang dari kegiatan premanisme yang marak di bumi Indonesia. Jadi,kalau polisi sekarang diminta oleh Presiden RI untuk memerangi premanisme,warga masyarakat hanya tertawa saja ; Penangkapan 36 preman oleh Polisi Polda Metro Jaya kemarin juga ditertawakan oleh masyarakat,sebab mereka adalah preman-2 kecil yang dikendalikan oleh “boss besar” ,sedangkan “boss besar” preman itu sendiri tidak ditangkap oleh Polisi,jadi itu sandiwara Polisi Polda Metro Jaya sangat keterlaluan sekali,bikin malu Presiden Republik Indonesia…! Preman-2 kecil itu hanya bikin penuh penjara kita….!
Masyarakat,aktivis LSM sebenarnya juga banyak yang sudah tahu,siapa itu preman besar yang mengendalikan Kepolisian Republik Indonesia,cuman ketakutan dan ketakutan saja yang akhirnya membuat mereka bungkam selama ini. Oleh karena itu,keberanian 11 anggota Kopassus yang membunuh para preman di Lapas Cebongan justru mengundang simpati dan pujian katimbang kebencian terhadap Korps tersebut. Ada secercah harapan yang digantungkan oleh warga masyarakat atas negeri ini dalam memberantas preman di Indonesia,yaitu menggunakan alasan hukum bahwa Korps TNI AD tersebut melakukan tugas bela negara mengamankan negara terhadap rongrongan keamanan di dalam negeri yang bisa memperlemah negeri ini…! Bagaimana mau melawan serangan asing bila kondisi dalam negeri sangat parah dan dirongrong oleh premanisme,jangan-2 negara asing sengaja menggunakan penyusupan dengan merusak sendi-2 pertahanan di dalam negeri dengan cara memperluas jaringan premanisme dan kepolisian yang korup?
Pujian juga mengalir kepada pimpinan Korps Kopassus dan TNI AD karena para pimpinannya sudah membuktikan diri jauh lebih berkwalitas daripada kepemimpinan sipil dan kepolisian RI. Lihat saja para pimpinan Kopassus dan Pangdam IV Diponegoro yang dengan tegas mengatakan bahwa merekalah yang paling bertanggung jawab,sebab mereka adalah komandan dari 11 anggota Kopassus tersebut. Kalimat “sayalah yang paling bertanggung jawab…!” sudah tidak pernah muncul di era reformasi ini. Kalimat itu membuktikan kwalitas kepemimpinan mereka jauh lebih tinggi dari siapapun pemimpin di negeri ini.
Kepemimpinan sipil yang dimotori oleh para politisi telah memberikan keteladanan yang buruk sekali di era reformasi. Mereka memberi contoh bagaimana saling mengkhianati teman sendiri,tidak akur dan terpecah-pecah faksi walau satu wadah didalam partai politik mereka. Bagaimana mungkin seorang Bendahara Umum dan Ketua Umum sebuah Partai Politik yang melakukan tindakan korupsi tetapi yang lainnya “selamat” ….? Apakah mungkin sebuah korupsi hanya dilakukan oleh 2 orang saja di sebuah partai politik besar…? Umumnya korupsi di sebuah parpol adalah sifatnya berjamaah,banyak orang terlibat…! Tetapi lihat saja kondisi mereka,semuanya saling melempar “kotoran” itu hanya kepada mantan Bendum dan Ketum mereka.
Kalimat “Saya yang paling bertanggung jawab…!” membuktikan juga bahwa kesalahan anak buahnya juga bagian kesalahan mereka,walau tentu publik pun tahu bahwa para pimpinan atau Komandan 11 anggota Kopassus itu belum tentu terlibat langsung (memberi perintah,dsb),karena seperti diketahui mereka (11 anggota Kopassus) melakukan tindakan atas inisiatif mereka sendiri. Tetapi pernyataan para pimpinan Kopassus & Pangdam IV Diponegoro menjadikan anak buah itu “tidak merasa sendirian” atau “tidak merasa ditinggal” oleh pimpinan mereka…! Ini sangat berbeda sekali dengan apa yang masyarakat lihat selama ini terhadap pimpinan Parpol ataupun pimpinan Polri bila ada dari anggotanya yang melakukan kesalahan; Semuanya cuci tangan bersih-2 tidak mau terlibat,ibaratnya “urusan elu…ya urusan elu..!” ; Padahal barangkali mereka juga ikut menikmati hasilnya…!
Dengan kasus penyerbuan Lapas Cebongan Sleman ini,masyarakat seperti disadarkan bahwa di negeri ini butuh semangat kepemimpinan seperti yang ditunjukkan oleh pimpinan Kopassus dan TNI AD. Negara ini membutuhkan semangat kepemimpinan seperti itu,bukan kepemimpinan para politisi dan polisi yang pengecut dan lari dari sikap ksatria …! Pertahanan negara yang terbaik adalah justru bagaimana membuat masyarakat dan rakyat mempunyai semangat bela negara dan berjiwa ksatria seperti yang ditunjukkan oleh pimpinan Kopassus dan TNI AD,bukan mentalitas pengecut seperti politisi dan Polisi yang sekarang ini ada di era reformasi…!
Bagaimana dengan anda…?
catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer