Tweet Farhat soal Ahok yang diunggah dalam akun twitter @farhatabbaslaw, isinya “Ahok protes, Dasar Ahok plat Aja diributin! Apapun plat nya tetap Cina!” menjadi topik terpanas di media sosial,sampai ke broadcast Blackberry Messenger yang sudah menjadi sosial media khusus di Indonesia. Persoalan kesukuan,secara khusus suku Cina di Indonesia memang menjadi isu yang mudah memancing emosi orang-2 Tionghoa di Indonesia dan seluruh dunia. Sikap rasisme yang ditimbulkan oleh orang-2 pribumi tertentu di Indonesia terhadap orang Cina sudah sangat terkenal di dunia,beberapa kali kerusuhan rasialisme anti Cina terjadi (hanya di Indonesia) dalam setiap waktu sejak kemerdekaan Indonesia. Terbesar adalah kerusuhan anti Cina pada tahun 1998 yang terjadi di beberapa kota besar di Indonesia,bahkan di ibukota Jakarta.
Sudah Banyak teori yang mengupas hal tersebut dan bahkan sejarah kenapa sampai terjadi kebencian terhadap suku Cina oleh kalangan tertentu di Indonesia. Namun satu hal yang belum pernah dikaji adalah kenapa orang-2 di era modern dengan tingkat intelektual yang cukup tinggi seperti seorang Farhat Abbas masih ada yang bersikap rasis…? Biasanya sikap rasisme hanya terjadi pada orang-2 yang kurang berpendidikan atau berpendidikan rendah,mereka hanya berpikir pendek dan tidak mengenal dunia atau berwawasan sempit dalam memandang “isi dunia” . Sikap rasisme hampir sama dengan sikap orang dalam mempelajari agama,dimana orang-2 yang ilmu keagamaannya rendah dan berwawasan ketuhanannya sangat sempit seringkali justru suka menimbulkan konflik-2 SARA.
Justru orang-2 seperti Farhat Abbas inilah yang sekarang patut dicurigai sebagai orang-2 rasis yang bermetaforsis. Mereka dengan caranya yang “terselubung” menjadi orang-2 oportunis dengan kehidupan palsu bergaul dengan orang-2 Cina karena kepentingan. Orang-2 ini mudah dijumpai di perusahaan-2 milik orang Cina di Indonesia,bertingkah-laku seperti “liberal” dalam memandang masalah kesukuan. Padahal bila perusahaan tersebut dipimpin oleh mereka,maka yang terjadi adalah mereka tidak memberikan tempat bagi orang-2 Cina untuk duduk dalam jabatan-2 strategis atau berlaku tidak obyektif dalam profesionalisme yang sebenarnya. Perusahaan-2 yang dimiliki oleh orang-2 Cina di Indonesia umumnya sudah mengerti tentang hal ini,maka keterlibatan mereka di perusahaan-2 tersebut biasanya juga “diganjal” oleh orang-2 Cina profesional yang lebih berpengaruh.
Sikap Farhat Abbas yang langsung minta maaf kepada Ahok juga diyakini sebagai sikap oportunis dirinya sebagai pengacara publik. Klien-2nya yang tentunya juga terdapat orang Cina tentu akan “tersinggung” bila sikap Farhat Abbas ternyata rasis. Farhat Abbas tentu juga tidak mau kehilangan “periuk nasi” dari mereka.
Sampai kapan pun,persoalan anti Cina di Indonesia oleh orang-2 pribumi tertentu di Indonesia tetap akan masih terjadi …Sebab persoalan ini adalah persoalan “api dalam sekam” yang sudah dari sononya…!
Orang Cina di Indonesia tentu akan menjawab “Emang kalau gue Cina,terus mau apa?”
catatan Mania Telo Freedom Writers Kompasianer