(PERLU DIWASPADAI TERUTAMA BAGI PEMILIK OLSHOP)
Anda punya akun facebook yang aktif digunakan
hampir setiap hari? Akun facebook anda sudah berusia lebih dari 2 tahun?
Anda punya banyak pertemanan di facebook? Anda sering mengunggah produk
dagangan anda ke facebook dan menjadikan facebook sebagai sarana
berjualan secara onlen? Kalau setidaknya 3 dari 4 jawaban atas
pertanyaan itu jawabnya “YA”, maka anda perlu waspada,karena kemungkinan
besar akun facebook anda sedang jadi incaran hacker.
Adalah teman saya – sebut saja namanya Santi –
pemilik sebuah rumah sulam yang memproduksi beragam asesories dan produk
fashion berbahan sulam dan bordir, beberapa bulan lalu dibajak akunnya.
Beruntung dia memiliki 2 akun yang berbeda : 1 akun pribadi dengan
namanya sendiri, 1 akun yang baru dibuat sekitar setahun terakhir,
dengan nama rumah sulamnya. Akun baru ini dioperasikan oleh pegawainya,
khusus untuk memasarkan produk rumah sulamnya. Untuk pertemanan, Santi
meng-add semua temannya di akun FB pribadinya. Memang dulu sebelum rumah
sulamnya sebesar sekarang dan masih industri rumahan sambil lalu, Santi
memasarkan produknya lewat akun FB pribadi. Karena banyak peminat dan
produknya makin beragam, barulah Santi membuat akun khusus untuk
memasarkan produknya. Tak heran kalau jumlah pertemanan akun baru ini
cukup banyak meski baru berumur setahunan.
Beberapa bulan lalu Santi mengirim inbox melalui
akun FB pribadinya, kepada teman-teman FB yang juga memiliki pertemanan
denganakun FB rumah sulamnya. Ia meminta dukungan untuk memblokir akun
FB atas nama toko elektronik tertentu di Batam yang tak lain adalah yang
kini mengoperasikan eks akun FB atas nama rumah sulamnya. Jadi pemilik
baru cukup mengubah tampilan cover dan profil picture timeline
FB-nya, lalu memanfaatkan jaringan pertemanan yang sudah ada ia tinggal
men-tag semua produk elektronik jualannya. Pantas saja sejak beberapa
waktu sebelumnya tiba-tiba saja saya sering mendapat tag barang-barang
elektronik dari sebuah toko yang saya tak pernah merasa memiliki
pertemanan dengannya.
Kejadian serupa terulang pada teman FB saya yang
lainnya. Senin pagi, saat membuka beranda FB, mata saya tertuju pada
update status salah seorang teman. Ia menulis kemarin iseng-iseng
bersama keluarganya mendatangi suatu tempat yang menjual berbagai gadget
type baru yang dikiranya buatan China ternyata original buatan negara
produsennya, barang masih bersegel tetapi harganya luar biasa murah. Ia
menyebut penjualnya adalah “petinggi” di Bea Cukai. Tak lupa ia
menambahkan kalau ada yang berminat, ia bersedia memberikan nomor HP-nya
agar peminat bisa menghubungi langsung.
Saya merasa aneh dengan status itu, sebab Mbak Esty – sebut saja begitu – yang saya kenal adalah seorang yang sangat kalem dan low profile, sangat tidak gadget minded
dan kalaupun ia memborong beberapa gadget sekaligus (seperti disebut
dalam status itu) tak mungkin memamerkan di FB. Apalagi barang itu
“meragukan” kehalalannya. Mbak Esty yang saya kenalsangat wara’ alias berhati-hati untuk barang syubhat semacam itu.
Saya pun tergerak untuk mengingatkannya, apakah tak
mungkin itu barang-barang bajakan atau selundupan atau barang sitaan /
barang bukti yang kemudian diperjualbelikan. Berkali-kali saya coba
posting komentar, tapi tak bisa. Akhirnya saya abaikan saja sambil masih
penasaran dengan ulah Mbak Esty yang aneh.
Tak lama kemudian, Mbak Esty menginbox saya. Karena
saat itu sedang onlen, saya pun meladeni chatingnya. Tanpa pendahuluan
salam seperti biasanya, Mbak Esty langsung menanyakan apakah saya sudah
meng-upgrade FB saya. Katanya semalam ada pengumuman melalui sebuah TV swasta, kalau FB tak di-upgrade
akan ditutup oleh pihak Facebook. “Kan sayang sudah punya teman banyak
trus ditutup FBnya. Disini upgradenya” tulisnya sambil menyertakan link. Saya jawab kalau saya belum pernah mendengar pengumuman FB itu. Tapi saya akan pelajari dulu link yang dia berikan. Mbak Esty tak menjawab lagi.
Ketika link saya click, ternyata masuk ke aplikasi
facebook. Anehnya, posisinya justru seperti ketika kita belum masuk ke
akun FB, jadi diminta mengisi alamat email dan password. Saya pun
mengisikan alamat email dan password FB. Begitu saya click tombol “sign in”,
langsung menuju ke sebuah laman error. Saya copy notifikasi error dari
laman tersebut, lalu saya paste ke kolom inbox chating dengan Mbak Esty.
Saya tanyakan kenapa yang muncul seperti itu. Tapi Mbak Esty tak pernah
lagi menjawab.
Esok paginya sebelum Subuh, ada inbox FB dari
pemilik akun yang tidak saya kenal. Orang itu memperkenalkan diri bahwa
ia diminta Mbak Esty untuk menghubungi saya dan memberitahukan bahwa
akun FBnya di-hack. Ingatan saya langsung kembali ke kejadian Senin
pagi. Seketika saya sadar bahwa link itu sebenarnya sebuah pancingan
agar saya memasukkan alamat email dan password FB saya, dan…, terekamlah
2 data itu untuk dipakai meng-hack FB saya.
Sadar hal itu, segera setelah Subuh saya membuka FB
dan lega mendapati akun saya masih normal. Langsung saya ganti password
yang sama sekali baru. Setelah ganti password, saya coba buka akun Mbak
Esty yang sudah di-hack. Ternyata penuh dengan posting foto-foto aneka
gadget dan kamera digital lengkap dengan spesifikasi dan harganya.
Rasanya janggal kalau cuma seorang pembeli mengunggah foto sebanyak itu
jenis dan merk-nya. Pastilah maksudnya berjualan, apalagi tercantum
harga barangnya.
Mbak Esty memang seorang pengusaha muda, pemilik wedding organizer
khusus Muslim yang terlengkap dan paling besar di Surabaya. Jadi tak
heran kalau teman FBnya banyak. Foto-foto yang sering diunggahnya tentu
saja foto model riasan pengantin hasil karyanya, desain busana pengantin
muslimah dan aneka dekorasi dan pernak pernik perlengkapan pengantin
yang ditawarkan oleh WO miliknya. Jadi cukup beralasan kalau hacker
mengincar akun FBnya. Banyak teman dan sering dipakai mempromosikan
usaha pribadi, membuat akun itu menarik bagi pedagang onlen yang ingin
menempuh jalan pintas tanpa susah payah.
Ternyata, menurut Santi, kini akun FB dapat
diperjualbelikan. Banyaknya pedagang onlen yang memanfaatkan FB sebagai
media promosi dan jualan, membuat pedagang lain yang curang, tak mau
bersusah payah membuat jaringan pertemanan, maunya instant, tergiur
melirik akun FB yang sudah “jadi”. Apalagi jika alamat emailyang dipakai
untuk membuat akun FB sudah tidak pernah lagi dibuka dan tidak aktif
selama lebih dari 3 bulan, biasanya akun email tersebut dinon-aktifkan
oleh penyedia layanan email. Nah, FB yang emailnya sudah tak aktif ini
makin mudah untuk dibajak. Santi menyarankan untuk memasukkan juga nomor
HP sebagai verifikasi pengaman. Tapi jangan tampilkan alamat email dan
nomor HP yang kita pakai untuk membuat akun FB.
Terkadang kita menganggap tidak penting 2
pertanyaan verifikasi saat membuat password. Ternyata, para hacker sudah
punya daftar pertanyaan dan jawaban yang tak jauh-jauh dari seputar
diri pemilik akun sehingga mudah ditebak. Karena itu Santi menyarankan
agar membuat jawaban yang sama sekali “gak nyambung”. Katanya, temannya
sampai punya daftar modelpassword orang Indonesia. Bermodal otulah para
hacker membajak akun FB yang diincarnya.
Nah, bagi anda yang terbiasa menawarkan barang
dagangan lewat FB dan sudah puny abanyak teman di FB, gantilah password
anda sesering mungkin. Buatlah pasword kombinasi dari huruf, angka dan
simbol sehingga susah ditebak. Periksa kembali email yang dulu dipakai
membuka akun FB. Jangan sekali-kali percaya pada kiriman inbox yang
seolah berisi pemberitahuan agar melakukan update, verifikasi dan
sejenisnya. Sebab pengelola FB tak pernah memberikan pemberitahuan lewat
inbox diFB, tetapi melalui email yang dipakai untuk membuat akun FB
tersebut. Segera waspadai kalau tiba-tiba teman FB anda memposting
sesuatu yang tak biasa, lalu ia menghubungi anda. Bisa jadi yang
berkomunikasi dengan anda itu justru hacker-nya.
Akan lebih baik lagi kalau akun FB yang dipakai
untuk berjaulan terpisah dengan akun FB pribadi. Seperti yang terjadi
pada Santi, ia bisa memberitahukan teman-temannya bahkan bisa menggalang
dukungan untuk melaporkan dan memblokir akun bajakan itu. Apalagi kalau
teman di akun pribadi mutual dengan teman di akun yang khusus untuk
jualan, akan lebih mudah mengidentifikasi. Semoga bermanfaat dan bisa
melindungi dari upaya pembajakan.
catatan Ira Oemar Freedom Writers Kompasianer