Oleh: Fajrin Sidiq
Kursi plastik biru telah
tersusun rapi, jagung, pisang dan segala macam keperluan untuk membuat jagung
dan pisang bakar terletak di atas meja kecil berukuran sekitar satu meter
beralas kain corak kotak kotak putih hitam, di sana terlihat seorang perempuan
yang sedang duduk santai menyapa setiap orang yang lalu lalang di depannya agar
membeli jagung atau pun pisang bakar milik nya.
Saya menepikan motor
dan mendekat ke arah perempuan itu, dia tersenyum ramah dan berkata
"singgah lah diak" ( mampir dulu dek).
Kemudian saya duduk di
kursi plastik biru memudar dimakan usia yang telah tersusun rapi tadi.
"bali apo diak??
Jaguang baka atau pisang baka?? Pisang bakanyo pakai keju" (beli apa dek??
Jagung bakar atau pisang bakar?? Pisang bakarnya dikasih keju) tawar si ibu
yang biasa di panggil ros kepada saya.
Sejenak saya berfikir,
jagung bakar sudah biasa, kayaknya pisang bakar ditaburi keju lebih menggoyang
lidah, "pisang baka jolah buk" (pisang bakar saja buk).
Sementara ibu ros
membuat pisang bakar keju, saya melihat kiri kanan depan belakang, terlihat berbagai
macam pemandangan.
Di arah depan saya
sekitar 10 meter diatas trotoar ada jejeran pedagang jagung dan pisang bakar
sama halnya seperti ibu ros, ada yangg sedang melayani pembeli, ada yang sedang
bercengkrama sesama pedangang, dan ada juga yang duduk santai berharap ada
pembeli yang singgah ketempatnya.
Sebelah kiri saya
tentunya ada ibu ros yang sibuk membakar pisang beraroma lezat serasa pisang
sudah diujung lidah dengan bara batok kelapa yang memerah seperti matahari
tenggelam di tengah laut.
Sebelah kanan ada
sepasang muda mudi sejoli dimabuk asmara yang merasa dunia seakan milik mereka
berdua juga sedang membeli jagung atau pisang bakar, maklum sepanjang trotoar
kiri dan kanan jembatan siti nurbaya dipenuhi pedagang jagung bakar
Kemudian arah belakang
saya terlihat pemandangan yang indah, ada gunung padang yang hijau asri
menyejukkan mata lelah ini, ada sungai pemisah antara daratan kota padang
dengan gunung padang yang disebut Muara Batang Arau, disana terlihat
kapal-kapal nelayan mulai dari ukuran kecil hingga sedang merapat tak melaut,
tapi sayangnya sungai itu dikotori oleh sampah-sampah plastik yang mengapung mengganggu
setiap mata memandang.
"Iko pisang
bakanyo diak" (ini pisang bakarnya dek) buk ros menyapa saya,
"Yo lamak pisang
nyo mah" (enak pisang nya ya) kata saya dalam hati, "Jam baraa ibuk
mulai manggaleh??" (Jam berapa ibu mulai jualan) tanya saya, "jam
tigoan lah" (jam 3-an) "sampai jam baraa tu buk?? (Sampai jam berapa
buk??) "Ndak manantu, la langang urang wak pulang lo lai" (tidak menentu,
sudah sepi kita pulang)
Saya kembali
mengarahkan pandangan ke arah belakang, tepatnya ke arah tepi sungai, di sana
terlihat kedai-kedai beratap terpal warna kuning tua sperti jeruk impor dan ada
juga warna biru pekat,
Saya penasaran, "itu kadai a yg di tapi sungai buk??" (Kedai apa yg ada di tepi sungai itu buk??) "Ooo itu tampek karoke mah, kok nio manyanyi adiak kasitu lah" (ooo itu tempat karaoke, kalau ingin menyanyi pergi lah kesana) celetus ibu ros diselingi tawa kecil"
"Hahahah"
saya pun ikut tertawa, maklum saya tidak bisa bernyanyi
Tak terasa pisang bakar
keju di tangan sudah habis, tapi rasa kejunya masih tersisa di lidah
Hari semakin senja, semakin senja semakin ramai orang pula yang berlalu langang, ada yang sendiri, ada yang berpasangan boncengan diatas motor lengket seperti lem sepatu, entah sekedar lewat atau memang hunting jagung atau pisang bakar sambil menikmati indahnya jembatan siti nurbaya,
Hari semakin senja, semakin senja semakin ramai orang pula yang berlalu langang, ada yang sendiri, ada yang berpasangan boncengan diatas motor lengket seperti lem sepatu, entah sekedar lewat atau memang hunting jagung atau pisang bakar sambil menikmati indahnya jembatan siti nurbaya,
Di balik indahnya siti
nubaya masih terlihat kurang perhatian pemerintah, itu terlihat dari lampu
penerang yang rusak, masayarakat mestinya juga harus menjaga keindahan siti
nurbaya, menjaga dari coretan-coretan yang bertuliskan nama penulisnya.
Semoga siti nurbaya
tetap terjaga, siti nurbaya yang asri memanjakan setiap mata lelah, siti
nurbaya sebagai salah satu tujuan wisata.