By : Melisa Widia Putri
Sore
ini, di salah satu ruangan berdinding putih, beralaskan tikar cokelat. Saya
duduk sambil memandang ke langit dari balik jendela. Tampak matahari yang
berangsur-angsur akan segera terbenam, membuat langit begitu indah karena sinarnya.
Saat
sedang asiyk menikmati keindahan langit sore itu, tiba-tiba datanglah seorang
gadis yang cantik, tinggi dan berkulit putih. Wajahnya kelihatan lesu seperti
orang yang tidak lagi punya semangat hidup. Sore itu langit seperti mendung
olehnya karena hatinya yang lagi galau.
Tanpa banyak cerita, dia langsung saja duduk di sebelah saya sambil
menyandarkan tubuhnya ke dinding. Dia kelihatan seperti orang yang sedang
menghadapi masalah yang begitu berat. Setelah
menghela nafasnya, ia terdiam memandang langit.
“Ingin
sekali rasanya pergi keluar menikmati indahnya langit, sunset dan suasana senja
ini bersama mu. Tapi!”
“Tapi
apa?”
“Ya
itu, siapa lagi kalau bukan pacarku yang posesif itu. Segala hal dalam kehidupanku
selalu diaturnya. Tidak boleh bertemu teman, sahabat, termasuk kamu sendiri.”
“Terus
mau bagaimana lagi? Itu adalah pilihanmu. Dan menurut saya, jika kamu memang
tidak suka hidupmu dikekang oleh pacarmu, ya sudah cari yang lain saja.”
“Tapi,
saya masih sayang dengan dia. Coba saja dia bisa mengerti aku sedikit saja,
pasti hubungan ini akan sedikit lebih hidup.”
“Masih
banyak cowok diluar sana yang bisa mengerti kita apa adanya.”
Saya
termenung mendengar cerita Puput. Hubungannya dengan pacarnya begitu buruk.
Menurut saya hubungan mereka tidak sehat, karena sikap pacarnya yang terlalu
posesif terhadap ceweknya. Pacarnya selalu mengatur segala hal dalam kehidupan
Puput. Ruang gerak Puput dalam kehidupannya menjadi terbatas dan tidak bebas
bersosialisasi. Bertemu dengan saya saja begitu susah, kecuali kalau saya
sendiri yang pergi menemui dia ke rumahnya secara langsung.
Semua
kegiatannya, selalu dilaporkan ke pacarnya. Dan jika ada kegiatan yang akan
dilakukan di luar rumah, ia akan meminta izin pacarnya terlebih dulu. Jika
pacarnya mengizinkan, barulah ia akan melakukan kegiatan tersebut.
Tiba-tiba
lamunan kami berdua dibuyarkan oleh dering Handphone.
Ternya ada telfon untuk Puput dari pacarnya. Wajah Puput semakin suram saat
mengangkat telfon dari pacarnya.
Dari
nada dan gaya pembicarannya dengan pacarnya, sepertinya mereka berdua
bertengkar lagi. Hati Puput semakin berkecamuk karena larangan-larangan dari
pacarnya. Lima belas menit akhirnya mereka selesai juga mereka menelfon.
“Dia
marah lagi.” Hanya kalimat itu saja yang terucap dari bibir Puput.
“Kenapa?
Dia melarang kamu main kesini lagi kan?”
“Ya,
begitulah. Setiap hari seperti ini capek juga. Kapan masalah seperti ini bisa
selesai?”
Aku
hanya terdiam. Karena tidak tahu mau bicara apa lagi. Dia sahabat saya, tentu
saja saya juga merasakan sakit yang dia rasakan. Tapi apa yang bisa saya
lakukan? Saya hanya bisa mengingatkan sahabat saya, jika dia tidak mau
mendengarkan pendapat saya, itu urusan dia. Karena saya juga tidak mau ikut
campur dalam masalah dia dengan pacarnya.
Kemudian,
saya menghidupkan laptop dan langsung membuka facebook saya. Puput melihat ke
arah layar laptop. Tiba-tiba Handphonenya
bunyi lagi dan masih dari pacarnya.
Ketika
masih menelfon dengan pacarnya, tanpa sadar dia memuji foto cowok lain yang
tampak di beranda facebook saya.
“Siapa
itu? Putih sekali.”
“Itu
teman saya waktu SMA. Aslinya memang putih juga sih.”
Dengan
seketika nada pembicaraannya dengan pacarnya menjadi sedikit tegang. Karena
pacarnya cemburu mendengar Puput yang memuji cowok lain selain dia. Padahal
Puput hanya memuji biasa-biasa saja tanpa maksud lain.
Telfonnya
diputuskan begitu saja oleh pacarnya.
“Tu
kan, dia marah lagi.”
“Lagian
kamu juga sih, tau pacar pencemburu tingkat tinggi. Masih saja memuji cowok
lain di dekat dia.”
“Tadi
aku reflek bicara seperti itu, aku tidak ada maksud apa-apa kok.”
“Ya, gimana. Kalau aku ngerti kok sama kamu.
Tapi apa pacarmu sama juga seperti saya pemahamannya? Ga kan?”
“Iya
sih.”
Diam.
Hanya itu yang bisa saya lakukan. Karena saya juga merasa kesulitan untuk
membantu Puput dalam menghadapi masalahnya dengan pacarnya itu.
Tepat
pukul 18:00 Puput segera pulang ke rumah karena sebentar lagi azan magribh akan
berkumandang pertanda shalat magribh sudah masuk dan umat Islam diwajibkan untuk
segera menunaikan shalat.
Puput
pulang dengan hati yang berkecamuk. Pro dan kontra dalam hatinya membuat dia
benar-benar bingung dengan keputusan yang akan di ambilnya. Menghadapi pacarnya
yang terlalu posesif memang tidak gampang bagi Puput. Sebagai pasangannya, Puput
harus ekstra sabar dalam menghadapi setiap tingkah yang dikakukan pacarnya.
Posesif
berarti sama saja dengan menyempitkan ruang gerak pasangannya. Semua kendali
kehidupannya ada di tangan pacarnya. Jika pacarnya bilang A, maka yang dilaksanakan
juga harus A. jika kata-katanya tidak diindahkan, maka akan terjadilah
keretakan dalam hubungannya.
Banyak
faktor yang membuat seorang cowok terlalu posesif terhadap pacarnya. Hal yang paling mendasar yang mengakibatkan
seorang cowok begitu posesif terhadap pacarnya adalah tingkat kecemburuannya
yang terlalu tinggi. Jadi, dia akan selalu berusaha untuk mengekang pacarnya.
Kapan perlu, pacarnya hanya diam saja di rumah. Dan jika pergi ke luar rumah,
itupun harus dengan dia.
Cowok
seperti ini, jangan pernah dikasih hati. Karena, jika dalam hal kecil saja
dalam hidup kita sudah dalam kendalinya, maka ia ingin memegang kendali hal
yang lebih besar dalam kehidupan kita.
Sikap
yang posesif dari salah satu pihak dalam suatu hubungan, pihak lainnya merasa tidak
nyaman dalam menjalin hubungan. Untuk apa menjalin hubungan jika kita tidak
merasakan kenyamanan. Cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Jika cinta
yang menjadi alasan untuk tetap mempertahankan hubungan yang posesif, pendapat
tersebut bisa diterima karena hati yang mengikat pasangan tersebut. Tetapi jika
masih ada jalan lain untuk keluar dari permasalahan tersebut, mengapa tidak.
Kita bisa mencari ataupun memilih cinta yang lain meskipun kita masih mencintai
pasangan kita. Karena kita punya satu alasan yang kuat untuk memutuskan
hubungan yang tidak sehat itu.