Rambutnya yang
sudah putih tidak menghalangi laki-laki ini untuk terus berusaha, umur tidak
menghalanginya untuk mencari nafkah, dengan memakai kaos oblong yang sudah
lusuh dan celana pendek, di sebuah lapak dia menjajakan jualannya dilindungi
payung besar yang sedikit berlubang
berguna untuk melindungi barang dagangannya dari panas teriknya matahari dan
dari hujan badainya kota Padang. Ketika saya menghampiri lapaknya dia terkantuk-kantuk
bersandar di kursi plastiknya, berusaha terjaga untuk mengawasi pembeli datang
atau tidak.
Lapaknya diletakkan di tepi jalan raya, dekat bundaran DPR Padang
yang selalu disibukan dengan kendaraan lalu lalang melintasi kawasan tersebut.
Saya melihat barang daganganya masih banyak yang terpajang dengan rapi, “masih
banyak ya pak?” tanya saya. “Iya nak” jawab Pak Darkin. Darkin itulah namanya
ketika saya menanyakan namanya , Pak Darkin menjelaskan kalau barang
dagannganya sudah kalah dengan berita-berita yang ada di Televisi sekarang dan
berita-berita online yang bisa diakses setiap detiknya, jadi barang dagangannya
banyak tak laku. “kalau masalah bersaing dengan pedagang lainnya,itu tidak
apa-apa” tambahnya kepada saya .
Pak Darkin mengaku akhir-akhir ini dia sering
mengalami rugi karena sering hujan, “akhir-akhir ko apak acok rugi nak, soalnyo
hujan” terang pak Darkin kepada saya, tapi itu tidak menbuatnya menyerah dari
usahanya yang sudah digelutinya dari tahun 1974 sampai sekarang. Pak Darkin
juga menjelaskan kalau barang dagannganya harus dibayar tunai sebelum
menjualnya kembali, kalau barang dagannganya
tidak laku dijual pak Darkin menjualnya perkilo. “Kalau dulu manggaleh
koran untungnyo dapek ameh sa ameh”, canda Pak Darkin kepada saya ,” kini koran
indak laku lai do!” terangnya kepada saya.
Di umur senjanya Pak Darkin tak
pernah mengeluh untuk berusaha apapun akan dilakukannya untuk kelangsungan kehidupannya
dan keluarganya. Pak darkin menpunyai istri dan 3 orang anak, ketiga anaknya
sudah menikah, tetapi kehidupan anaknya tak lebih baik darinya sehingga Pak
Darkin tak bisa bergantung kepada anaknya. Pak Darkin mulai jualan dari pukul
setengah 8 pagi dan menutup lapaknya jam 6 sore yang dilakukannya dengan ikhlas.
Saya merasa tersentak dengan semangat Pak Darkin di usianya yang senja Pak Darkin
masih bersemangat untuk berusaha walaupun dengan rintangan- rintangan yang di
dapatkan usahanya tapi Pak Darkin selalu optimis usahanya akan lebih baik suatu
saat nanti.
Pak Darkin
adalah salah seorang penjual koran yang masih ada di kota Padang ini, yang
masih optimis terhadap usaha yang di jalanninya di tengah era globalisasi dan
era informasi yang mudah di dapat seperti sekarang, Pak Darkin juga masih
optimis terhadap usahanya di tengah minat baca yang masyarakat yang rendah. Pak
Darkin juga menceritakan penjualannya per hari, ”kalau surat kabar lokal cuma
laku rata-rata 50-60 per hari, surat kabar nasional 15-20 per hari”. Untuk
menyiasati kerugian Pak Darkin akan mengurangi Permintaan kepada Produsen surat kabar atau Agennya apabila
cuacannya akan hujan atau pada hari sebelumnya penjualan Pak Darkin menurun. Pak
Darkin percaya suatu saat minat baca masyrakat akan tinggi dan korannya habis
laku terjual sehingga dia tidak sering rugi lagi.