foto singgalang.co.id
Oleh
: Wahdini Dwiranda
Ketika
anda membaca judul di atas, mungkin imajinasi anda akan langsung mengarah
kepada rumah sakit, penyakit dalam, dan pemeriksaan medis. Atau bahkan mungkin
saja anda berkhayal bahwa judul itu tentang sepasang kekasih, apakah itu doker
dan suster yang jatuh cinta dikamar ronsen. Tapi ini bukan selurus itu! Kamar
ronsen disini bukanlah prosedural pengecekan kesehatan yang akan dilalui
seorang pasien. Dan kamar ronsen yang
satu ini hanya ada di daerah yang dikenal dengan adat basandi sara’, sara’ basandi kitabullah. Tidak lain dan tidak
bukan adalah Sumatera Barat, tempatnya urang
awak atau urang Minangkabau berketurunan
Kamar
rontgen ini adalah tempat favorit para pasangan muda-mudi yang tengah dimabuk
oleh ombak asmara. Entah bagaimana istilah kamar rontgen itu ada, saya pun
tidak begitu mengerti. Malahan awal mengetahui hal ini saya tertawa terpingkal-pingkal
mengapa ada kamar rontgen di tepi pantai. Tempat ini tidak kalah pamornya oleh
eifell tower yang ada di Paris. Dimana tempat itu dikenal sebagai tempat
ter-romantis di dunia. Dan pasangan muda-mudi Kota Padang-pun juga punya tempat
romantic bak eifell tersebut. Yakni kamar rontgen yang terletak di Bunguih.
Bunguih sebenarnya bukanlah tempat yang
pertama kali saya lewati. Namun baru kali ini tujuan saya ke Bunguih untuk
melakoni peran pacar-pacaran dengan seorang senior guna mendapatkan reportase
mengenai kamar rontgen. Setelah menempuh perjalanan sekitar 60 menit kami pun
sampai di Bunguih, di kawasan yang lebih dikenal dengan Bukik Lampu. Sepanjang jalan
di kawasan ini banyak sekali tempat-tempat yang bisa disinggahi pasangan,
karena memang tidak ada keluarga yang menjadikan bukit lampu sebagai daerah
rekreasi keluarga. Parkiran di
café-café padat merayap, motor-motor berjejer rapi. Tapi saya tidak melihat
ramainya orang seramai motor. Dugaan sementara mungkin mereka tengah asik
menikmati chandlight dinner dengan
suasana romantic menatap laut yang kerlap-kerlip dengan lampu-lampu kapal
ibarat bintang-bintang.
Akhirnya
kami putuskan untuk masuk kesalah satu café yang terletak dipinggir jalan.
Dominasi warna merah begitu terasa di Café yang dipenuhi dengan lampu
kerlap-kerlip. Suara dentuman dahsyat music-musik DJ. Disco, bahkan dangdut
koplo menambah semarak nuansa malam minggu. Seketika pandangan saya tertuju
pada pasangan-pasangan yang terus masuk ke dalam café. Ke sisi kanan café.
Mungkin melihat saya antusias melihat pasangan yang menikmati fasilitas kamar
rontgen, pelayan café tersebut menawarkan fasilitas itu pada kami. Setelah
menolak tawaran dari pelayan café kami pun segera duduk disalah satu meja yang
dekat dengan pintu masuk utama café tersebut.
Apakah
itu bilik-bilik mesum yang dinamai kamar rontgen untuk berbuat mesum?? Saya
tanyakan kepada senior yang menemani saya perihal bilik tersebut.
“Bang,
itu bilik-bilik tempat mesum itu ya?”
“Ussssttt,,,jangan
ngomong lantang begitu, itu masalahnya sensitive kalau kedengeran sama yang
lain”, jawabnya setengah berbisik.
Memang
untuk permasalahan penyimpangan yang satu ini terbilang cukup alot. Berbagai
upaya telah dilaksanakan agar prostitusi bisa dihilangkan di Bukit Lampu ini.
Mulai dari peringatan, razia, hingga pembakaran tempat yang diduga untuk
bermesum-mesum ria yang berujung pada bentrok dengan pasukan loreng. Jika pariuak
nasi menjadi pokok permasalahannya, ini akan tidak ada habisnya. Apa pun
akan dilakukan asal dapua tatap barasok.
Saya
terus memperhatikan muda-mudi yang keluar masuk silih berganti ke dalam kamar
rontgen ini. Berbagai ekspresi bisa saya lihat disaat pasangan itu keluar. Beberapa
pasangan yang paling saya ingat yaitu, pasangan pertama masuk dengan langkah
cepat. Wanita memakai dress se-lutut dengan rambut terurai panjang. Rapih
memang. Namun ketika mereka keluar dari kamar rontgen ini, kok rambut wanita
tadi jd lebih acak-acakan ya?? Apa mereka tadi main jambak-jambakan? Ora mudeng aku,,yang pasti cowoknya
melangkah pasti dengan wajah yang sumringah. Mungkin rontgen mereka berjalan
dengan aman.
Pasangan kedua yang saya lihat yaitu seorang wanita
berparas lugu, terlihat dari kacamata dan stelan kemeja motif kembang. Ia
dituntun seorang cowok gemuk dengan perawakan mengerikan. Rahang yang menonjol,
badan besar, ditambah eksen kulit yang hitam legam. Baru selang beberapa menit pasangan
tersebut keluar, wajah mereka tak seceria pasangan yang saya lihat tadi. Saya
pikir mungkin aktivitas rontgen mereka tidak terlalu berjalan dengan baik.
Apakah cowoknya yang gagal berperan dengan apik sebagai dokter, atau pasien nya
yang enggan dirontgen sang dokter.
Wallahualam.
Setelah satu jam duduk mengamati pasangan-pasangan yang indehoy didalam kamar rontgen saya pun
memutuskan untuk pulang. Pulang dengan tanda tanya besar. Apa yang sedang
terjadi dengan pemuda-pemudi rekan seperjuangan dalam mengemban tongkat estafet
perjuangan bangsa? Pemuda yang seharusnya melestarikan nilai-nilai adat kini
justru memposisikan diri mereka dalam kehidupan yang hedonis dan tergerus
westernisasi. Oh…kamar rontgen with love. Kau berhasil mengalahkan eifell with
love.