Belum dilantik sebagai Wagub DKI Jakarta,Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama sudah di demo oleh FPI….! Tuntutan massa FPI di Jakarta adalah agar pelantikan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok ditunda dan agar DPRD merevisi perda tentang tugas dan jabatan ex officio wakil gubernur yang akan memimpin lembaga-lembaga Islam (Ketua FPI DKI Jakarta, Habib Salim Alathas). Alasannya sederhana,karena Ahok bukan seorang Muslim. Yang lucu,mereka juga menyuarakan agar Ahok jadi Muslim….!
Entah karena kurang gaul atau kurang mengerti birokrasi pemerintahan atau memang ada yang menunggangi aksi demo (karena politik “can do every thing”),namun tindakan FPI kalau dibiarkan akan menjurus ke SARA,sebab pada masa kampanye Pilkada lalu sudah dihembuskan politik SARA dan rakyat DKI Jakarta akhirnya menjatuhkan pilihan untuk tidak memilih pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur yang dianggap rasis.
FPI bisa dianggap kurang gaul,karena di berbagai daerah sekarang sudah banyak pemimpin di daerah Indonesia yang bukan Muslim dan mereka bisa hidup berdampingan dan memimpin umat Muslim jauh lebih baik dari yang Muslim itu sendiri. Bahkan Menteri Pertahanan RI yang sekarang juga bukan seorang Muslim. Kenapa Muslim dan Non Muslim masih dipersoalkan dan diangkat ke permukaan…? Kalau itu merupakan “dagangan” maka itu sudah basi alias tidak laku dijual lagi….!
FPI barangkali juga perlu belajar ilmu pemerintahan,sebab dalam masalah birokrasi urusan “memimpin” tidak sama dengan “mengurusi” . Bahkan dalam birokrasi di perusahaan-2 swasta,seorang pemimpin perusahaan yang bukan Muslim membuka acara-2 keagamaan Islam,seperti buka puasa bersama,halal-bihalal,dan bahkan beberapa perusahaan swasta yang non Muslim menaungi rumah-2 yatim piatu yang dikelola oleh Yayasan yang bernuansa Islam sebagai bentuk kegiatan CSR (Corporate Social Responsibility). Tetapi,tentu semua urusan itu ada yang mengurusi,yaitu seorang yang mengerti tentang masalah keislaman. Jadi,di birokrasi pemerintahan pun akan terjadi yang sama,yaitu akan banyak ahli di sekeliling pemimpin mereka yang pintar mengurusi bidangnya masing-2. Tetapi kalau itu sudah tahu,maksudnya FPI apa ya…? Minta kedudukan atau posisi itu diberikan ke orang FPI…?
Kalau aksi demo FPI ada yang menunggangi,karena politik “can do every thing” ….maka jawabannya adalah mereka harus siap berhadapan dengan masyarakat Jakarta yang plural dan “high tech”….! Kicauan twitter dan FB bisa menghantam mereka sehingga FPI bisa semakin dijadikan “public enemy no.1″ di Jakarta,bahkan di seluruh Indonesia. Menjadi musuh bersama tentu sangat tidak enak,seperti teroris yang dikejar-kejar densus 88 …! Lebih baik,sikap simpatik dan berdialog secara “silent” akan lebih elegan ……
Itu kalau FPI masih mau ngerti….! Mudah-2an banyak ngertinya daripada kagak ngertinya…!
catatan mania telo freedom writers kompasianer