Menteri BUMN Dahlan Iskan tampak semakin
mempopulerkan figurnya melalui media massa. Memang, sepertinya ia
‘malu-malu’ untuk mengaku antusias meramaikan bursa calon presiden
(capres) pada 2014 mendatang. Tapi fakta di lapangan membuktikan, Dahlan
terus bergerilya untuk menaikkan elektabilitas (keterpilihan) pada
Pemilu 2014.
Foto di atas sengaja saya tampilkan, bahwa
Dahlan begitu serius menampilkan siapa dirinya ke publik. Belum lagi, ia
selalu rajin menulis di surat kabar Grup Jawa Pos untuk membahas
masalah kebangsaan atau pelayanan publik.
Grup Jawa Pos adalah lembaga pemberitaan
yang pernah menjadi tempat bekerja Dahlan, hingga ia diangkat menjadi
Direktur Utama PT PLN. Konon, media yang berpusat di Surabaya ini
memiliki jaringan yang sangat luas di seluruh daerah Tanah Air, sehingga
banyak masyarakat mengenal koran lokal yang menjadi anak perusahaan
Grup Jawa Pos. Jadi, tulisan-tulisan Dahlan Iskan menjadi ujung tombak
pencitraan dirinya setiap pekan, di samping pemberitaan kinerja
perusahaan-perusahaan BUMN.
Nah, apa hubungan Dahlan dengan Prabowo Subianto?
Prabowo adalah Ketua Dewan Pembinan Partai
Gerindra, yang pernah gagal di Pemilu Presiden 2004 dan kini mau
mencalonkan diri kembali di Pilpres 2014. Meski pada Pilpres 2009
menjadi calon wakil presiden, tapi ia ‘nekat’ mencalonkan diri menjadi
capres 2014. Ya, sebagian orang bilang Prabowo nekat, tapi bagi saya,
kemungkinan memenangkan pertarungan 2014 masih tetap ada.
Apalagi berdasarkan survei yang dilakukan
oleh Saiful Mujani Research&Consulting (SMRC), capres terpopuler dan
memiliki elektabilitas dipegang oleh Prabowo Subianto (19,1%). Aburizal
Bakrie dan Megawati Sukarnoputri berada di posisi kedua dan ketiga
dengan perolehan beda tipis. Posisi keempat dipegang oleh Jusuf Kalla.
Nah, uniknya ada capres yang popularitasnya naik tajam, yakni Dahlan
Iskan sebesar 5,6 persen.
Menurut saya, Dahlan adalah kompetitor
terdekat Prabowo. ‘Mesin politik’ Dahlan lebih produktif daripada Bakrie
dan Mega. Kemampuan Dahlan dalam menguasai medan pertempuran media
massa, merupakan lawan tanding terberat bagi Prabowo. Meski Prabowo
memiliki ‘uang’ untuk membayar iklan di media massa, tapi Dahlan cukup
dengan tulisan-tulisan ‘gratis’ yang bisa tayang tanpa ada hambatan dan
gugatan. Apalagi, tulisan-tulisan Dahlan cukup memenuhi standar
jurnalistik.
Saat ini hingga sebulan menjelang Pemilu
Legislatif, biasanya capres sangat berhati-hati untuk menjalankan mesin
politiknya. Selain rawan dianggap kampanye curi start, pencitraan itu
cukup menghabiskan dana dan tenaga, yang seharusnya bisa digunakan untuk
para relawan tim sukses. Inilah bedanya Dahlan dengan capres lain.
Semua capres harus mengeluarkan biaya ekstra untuk ‘pemanasan’ mesin
politik, sedangkan Dahlan cukup di depan komputer untuk menulis
rangkaian kata. Gratis pula. Khusus penerbitan buku, saya pikir biayanya
cukup murah sekitar Rp 50 hingga Rp 100 juta, tergantung jenis kertas
dan cara promosinya.
So, bagaimana cara Prabowo mengatasi Dahlan?
Dalam politik, tak ada musuh abadi, karena yang ada adalah kepentingan
abadi. Bisa saja, jika Prabowo berminat, Dahlan disiapkan untuk menjadi
pendampingnya di Pilpres 2014. Kira-kira, maukah mereka?
catatan Jackson Kumaat Freedom Writers Kompasianer