ilustrasi
Ada yang mengejek,”Indonesia tidak perlu pembunuh bayaran untuk membunuh seseorang,cukup orang yang mau dibunuh dikasih hadiah sepeda motor maka tinggal tunggu waktu saja yang bersangkutan akan tewas sendiri….”
Sepeda motor bukan lagi menjadi alat transportasi yang murah dan memudahkan orang bepergian kemana saja tanpa harus bersusah payah berdesakan di transportasi umum yang tidak layak dinaiki. Sepeda motor sudah menjadi alat pembunuh yang menyeramkan di jalanan. Kecelakaan yang menewaskan 908 orang selama 2 minggu mudik Lebaran sebagian besar (lebih dari 75%) mengendarai sepeda motor. Koran Kompas hari ini pun memberitakan 3 anak remaja dalam satu keluarga Sibarani tewas kecelakaan waktu berboncengan (3 orang) ketika mau berangkat ke Sekolah di Bekasi,sekaligus merenggut 3 nyawa….Mengerikan…! Tetapi masyarakat Indonesia tetap saja nekad dan terus saja tidak peduli dengan nyawanya,mau hari ini atau besok juga pasti akan mati.
Sepertinya sepeda motor memang akhirnya “memudahkan” orang bepergian,tetapi ke akherat sana.
Kalau perang saudara di Suriah saja mendapat perhatian dunia internasional karena sudah menewaskan hampir kurang lebih sama dengan jumlah korban tewas kecelakaan mudik 2 minggu di Indonesia; Di Indonesia hal tersebut seperti tidak ada masalah…. Kematian di jalan raya dianggap sebagai musibah yang harus diterima secara ikhlas,demikian kalimat-2 yang meluncur dari keluarga korban kecelakaan… Menyedihkan,nyawa manusia menjadi sangat tidak berharga.
Para pengendara sepeda motor di Indonesia harus menyadari,cepat atau lambat bila mereka tidak hati-2 dan tidak tertib dalam mengendarai kendaraannya,maka “tinggal tunggu waktu apesnya saja….” untuk merenggut nyawa mereka . Berkendara dengan memotong jalur kendaraan yang dilewati dengan cara zigzag,ngebut di jalur arteri yang padat kendaraan,atau ngebut di jalur yang tidak semustinya (jalur busway,dsb) sering dijumpai terjadi pada pengendara sepeda motor. Ketidak sabaran dalam berkendara ketara sekali pada mereka,seperti dikejar setan saja…! Mengendarai dengan membonceng lebih dari satu orang juga “dinikmati” tanpa memikirkan resikonya…! Benar-2 pemandangan yang menggiriskan hati.
Bagaimana sikap pemerintah (aparat polisi dan pemangku kebijakan) dalam hal ini? Kesan masyarakat dan teman-2 dari Luar Negeri menyesalkan kenapa tidak ada tindakan nyata “melarang” yang keras dan pemberian sanksi tegas setiap pelanggaran lalu lintas di Indonesia? Para LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) juga diam saja dalam mengamati situasi ini,entah kejadian ini bisa atau tidak digolongkan sebagai pelanggaran HAM karena termasuk membiarkan kejadian-2 kecelakaan yang menewaskan begitu banyak nyawa manusia,tidak ada tindakan pencegahan dan sanksi serta tindakan tegas setiap pelanggaran..? Membeli sepeda motor adalah Hak Asasi setiap Individu,tetapi kalau sudah merugikan ketertiban umum apakah bukan pelanggaran Hak Asasi orang lain?
Pernah ada beberapa teman malah “bersyukur” setiap kali mendengar ada korban tewas kecelakaan naik sepeda motor,kenapa? Sadiskah mereka? Ternyata tidak,mereka sudah kehilangan simpati terhadap pengendara sepeda motor…! Justru,kalau bisa semakin banyak yang tewas akan lebih baik,karena akan membuat pemerintah cepat turun tangan menyelesaikan masalah ini…! Benarkah demikian.
catatan mania telo freedom writers kompasianer
Ada yang mengejek,”Indonesia tidak perlu pembunuh bayaran untuk membunuh seseorang,cukup orang yang mau dibunuh dikasih hadiah sepeda motor maka tinggal tunggu waktu saja yang bersangkutan akan tewas sendiri….”
Sepeda motor bukan lagi menjadi alat transportasi yang murah dan memudahkan orang bepergian kemana saja tanpa harus bersusah payah berdesakan di transportasi umum yang tidak layak dinaiki. Sepeda motor sudah menjadi alat pembunuh yang menyeramkan di jalanan. Kecelakaan yang menewaskan 908 orang selama 2 minggu mudik Lebaran sebagian besar (lebih dari 75%) mengendarai sepeda motor. Koran Kompas hari ini pun memberitakan 3 anak remaja dalam satu keluarga Sibarani tewas kecelakaan waktu berboncengan (3 orang) ketika mau berangkat ke Sekolah di Bekasi,sekaligus merenggut 3 nyawa….Mengerikan…! Tetapi masyarakat Indonesia tetap saja nekad dan terus saja tidak peduli dengan nyawanya,mau hari ini atau besok juga pasti akan mati.
Sepertinya sepeda motor memang akhirnya “memudahkan” orang bepergian,tetapi ke akherat sana.
Kalau perang saudara di Suriah saja mendapat perhatian dunia internasional karena sudah menewaskan hampir kurang lebih sama dengan jumlah korban tewas kecelakaan mudik 2 minggu di Indonesia; Di Indonesia hal tersebut seperti tidak ada masalah…. Kematian di jalan raya dianggap sebagai musibah yang harus diterima secara ikhlas,demikian kalimat-2 yang meluncur dari keluarga korban kecelakaan… Menyedihkan,nyawa manusia menjadi sangat tidak berharga.
Para pengendara sepeda motor di Indonesia harus menyadari,cepat atau lambat bila mereka tidak hati-2 dan tidak tertib dalam mengendarai kendaraannya,maka “tinggal tunggu waktu apesnya saja….” untuk merenggut nyawa mereka . Berkendara dengan memotong jalur kendaraan yang dilewati dengan cara zigzag,ngebut di jalur arteri yang padat kendaraan,atau ngebut di jalur yang tidak semustinya (jalur busway,dsb) sering dijumpai terjadi pada pengendara sepeda motor. Ketidak sabaran dalam berkendara ketara sekali pada mereka,seperti dikejar setan saja…! Mengendarai dengan membonceng lebih dari satu orang juga “dinikmati” tanpa memikirkan resikonya…! Benar-2 pemandangan yang menggiriskan hati.
Bagaimana sikap pemerintah (aparat polisi dan pemangku kebijakan) dalam hal ini? Kesan masyarakat dan teman-2 dari Luar Negeri menyesalkan kenapa tidak ada tindakan nyata “melarang” yang keras dan pemberian sanksi tegas setiap pelanggaran lalu lintas di Indonesia? Para LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) juga diam saja dalam mengamati situasi ini,entah kejadian ini bisa atau tidak digolongkan sebagai pelanggaran HAM karena termasuk membiarkan kejadian-2 kecelakaan yang menewaskan begitu banyak nyawa manusia,tidak ada tindakan pencegahan dan sanksi serta tindakan tegas setiap pelanggaran..? Membeli sepeda motor adalah Hak Asasi setiap Individu,tetapi kalau sudah merugikan ketertiban umum apakah bukan pelanggaran Hak Asasi orang lain?
Pernah ada beberapa teman malah “bersyukur” setiap kali mendengar ada korban tewas kecelakaan naik sepeda motor,kenapa? Sadiskah mereka? Ternyata tidak,mereka sudah kehilangan simpati terhadap pengendara sepeda motor…! Justru,kalau bisa semakin banyak yang tewas akan lebih baik,karena akan membuat pemerintah cepat turun tangan menyelesaikan masalah ini…! Benarkah demikian.
catatan mania telo freedom writers kompasianer