foto merdeka.com
Pendaftaran Partai Politik untuk maju ke Pemilu 2014 akan dimulai pekan ini. Tentu ini bukan main-2 walau politik adalah sebuah permainan pembentukan opini publik tentang siapa yang “paling” bisa dipercaya oleh rakyat untuk memegang tampuk kekuasaan atas suatu negeri. Pembentukan opini publik sudah dimulai sejak SBY naik panggung di periode kedua pemerintahannya,sebab pembentukan setgab atau koalisi yang dibentuk oleh SBY sebenarnya pisau bermata dua,yaitu di satu sisi bisa memperkuat posisi kekuasaannya,namun disisi lain bisa menghancurkan parpol yang berkoalisi dengan dirinya. Pada akhirnya ternyata setgab tidak sesuai dengan harapan SBY,karena ternyata diperjalanan pemerintahan SBY yang kedua ini,setgab ternyata bermain di dua kaki. Satu kaki di pemerintahan (pura-2 mendukung),di satu sisi bermain untuk kepentingan partai politiknya.
Selama hampir 3 tahun ini terus menerus rakyat diberikan satu permainan politik yang sifatnya “main-2? ,karena setgab lebih banyak mempertontonkan pertandingan “dorong-lempar-hindar-tiarap” . Kalau suara publik sedang kencang mengkritik SBY,maka parpol selain PD mencoba mendorong SBY agar terjatuh,tetapi bila posisi SBY masih cukup kuat,maka kasus dilempar ke DPR untuk dibuat permainan “pingpong” alias diplomasi menghindar dan memukul,setelah tidak cukup mampu karena banyak kasus yang melilit kader parpol tersebut,maka semuanya pada tiarap ….! Itulah politik “main-2an” era SBY di pemerintahan periode kedua bersama setgabnya.
Sekarang menjelang 2014,tinggal dua tahun lagi laga Pemilu dimulai….permainan politiknya bergeser untuk mulai tampil sebagai “pahlawan kesiangan”…sebab kalau tidak parpolnya akan semakin tenggelam seperti yang dialami oleh PAN. Maka dimunculkanlah tokoh-2 gaek yang dulu pernah berjasa di era tumbangnya Orba. Munculnya tokoh-2 gaek ini hanya sebagai “vote getter” saja supaya rakyat pemilih masih merasakan bahwa parpol itu ada dulu berkat jasa tokoh gaek tersebut. Namun sayangnya karena sekian tahun sudah dianggap tidak berprestasi di mata rakyat,maka parpol-2 yang menjadi pendukung setgab dan tidak mempunyai kekuasaan mencari simpati rakyat semakin terjerumus saja. PKB & PPP pun mulai jatuh pamornya,apalagi PKS yang dianggap plin-plan oleh rakyat.
Hasil survei bahkan memberikan tempat kepada partai yang mempunyai jaringan terkuat di bumi Nusantara ini,yaitu Partai Golkar sebagai rangking pertama sementara ini. PDIP haris cukup puas di rangking kedua karena konsistensinya dalam memposisikan sebagai oposan. Partai Demokrat akan terus nyungsep hingga 2014, karena figur SBY nantinya menjelang 2014 akan meredup. Konsensus Nasional yang sepertinya mendukung SBY mulai tidak lagi respek terhadap lingkaran yang ada di SBY. Ini seperti yang terjadi di era Soeharto lengser waktu itu,dimana yang diselematkan hanya Soeharto seorang,sedangkan lingkarannya tetap dibiarkan namun tidak terpakai lagi.
Rakyat mulai “sedikit” pintar walau masih banyak yang mudah digiring dalam memilih figur baru. Sayangnya figur baru tidak mudah muncul di permukaan tanpa sebuah pergolakan besar. Karena banyaknya yang tipe demikian,maka Partai Golkar dipandang masih cukup kuat,tetapi figur yang ada di Partai Golkar ternyata tidak semanis yang “kecap manis”. Justru yang “asli” si kecap manis mulai disingkirkan karena yang “aspal” mau maju sebagai Capres 2014. Nah,perebutan kekuasaan di internal Golkar akan mencapai puncaknya setelah semakin dekat di 2014.
Sang Jenderal Prabowo Soebianto mempunyai kans besar untuk menang di 2014 sebab sekarang mulai didukung oleh multi etnik yang ada di Indonesia. Walau masih ada yang meyakini dirinya terlibat dalam peristiwa Mei 1998,tidak membuat PS berkecil hati….! Sekarang tinggal permainan TNI/POLRI akan mendukung siapa di “Konsensus Nasional” nanti….Walau konsensus nasional tidak ada dalam garis nyata,tetapi permainan politik cantik para jenderal aktif di TNI/POLRI merupakan konsensus nasional itu sendiri. Negeri ini tidak boleh dilepaskan dari para Jenderal penjaga keamanan negeri ini,sebab terlalu banyak kepentingan politisi sipil bermain dan selalu menjadi kotor serta kisruh,demikian alasan-2 yang sering dipakai untuk sebuah “konsensus nasional”
Mari kita mengamati kearah mana “konsensus nasional” itu akan bertiup….tinggal 2 tahun lagi lho…
catatan mania telo freedom writers kompasianer