Bersyukur akhirnya PVMBG mencabut peringatan siaga
tsunami. Petang tadi,, sesak rasanya dada ini melihat pemandangan
memilukan, pasien-pasien di Rumah Sakit dirawat di ruang terbuka. Kaum
wanita ketakutan dan kesemrawutan warga yang simpang siur di jalanan
mencari temoat menyelamatkan diri. Sejak gempa pertama jam 15.38 WIB
yang magnitude-nya 8,5 SR, PVMBG sudah mengeluarkan peringatan dini
tsunami. Apalagi kemudian disusul gempa-gempa berikutnya hampir tiap jam
setidaknya sampai sekitar jam 6 petang.
Sementara nonton tayangan berita gempa, di daerah
saya turun hujan makin lama makin deras dan anginnya kencang sekali.
Sejam kemudian, petir dan kilat menyambar sekeras-kerasnya, sampai saya
terlompat dari kasur. TV langsung saya matikan dan lampu darurat saya
pasang, khawatir ada pemadaman listrik. Dalam tempo 10 – 15 menit, ada
3x petir besar yang seolah menyambar di atas kepala.
Perasaan saya sejak semula tak enak, mungkin
terpengaruh emosi prihatin saat melihat tayangan gempa di Aceh. Apalagi
menurut running text di TV, peringatan tsunami itu berlaku di Aceh,
Sumut, Sumbar sampai Lampung. Wah, Lampung kan dekat dengan Cilegon,
hanya dipisahkan Selat Sunda. Mendadak saya ingat briefing yang pernah
saya dapat akhir tahun 2010 ketika Gunung Anak Krakatau menampakkan
tanda-tanda aktivitas kegempaan ribuan kali dalam sehari, yang
dikhawatirkan bisa memicu tsunami di Selat Sunda. Melalui tulisan ini
saya ingin berbagi, siapa tahu suatu saat ada gunanya buat pembaca yang
punya saudara, kerabat, sahabat di daerah-daerah yang berpotensi gempa
dan tsunami.
IDENTIFIKASI ZONA BAHAYA DAN BENDA BERPOTENSI BAHAYA
Ini langkah awal yang perlu disiapkan sebelum ada
gempa bahkan di saat-saat tenang, tak ada salahnya mencoba
mengidentifikasi rumah dan lingkungan anda.
1. Kenali dengan baik
lingkungan di sekitar rumah anda, dimana tempat yang lapang atau
setidaknya agak jauh dari bangunan tinggi atau tiang listrik.
2. Kenali dengan baik jalan terdekat dan mudah menuju zona aman tersebut.
3. Jauhkan benda menggantung atau benda menempel (misalnya pigura foto/lukisan, lampu hias, lampu kristal, dll.)
4. Periksa kabel listrik atau selang gas, perbaiki jika ada yang terkelupas.
5. Jangan
menyimpan benda berat di atas lemari. Umumnya orang sering meletakkan
koper-koper dan barang-barang berat lainnya di atas lemari. Mulai
sekarang, singkirkan benda berat itu sebab jika terjadi gempa,
benda-benda di atas lemari itu bakal runtuh pertama kali dan bukan tak
mungkin menimpa anda.
6. Jauhkan benda yang mudah terbakar dari api
7. Identifikasi area yang cepat runtuh dan jangan berada di sekitarnya
PERSIAPAN KESIAP-SIAGAAN
1. Tentukan zona aman
yang mudah dijangkau, dimana anda dan keluarga sepakati bersama. Ini
penting, sebab jika gempa terjadi siang/sore hari ketika anggota
keluarga sedang tidak berkumpul di rumah, maka penentuan lokasi aman
yang disepakati ini akan memudahkan keluarga untuk berkumpul di sana.
2. Pastikan anak-anak, pembantu, dan orang tua semua paham dengan kesepakatan ini.
3. Pintu
penyelamatan diri harus mudah di buka dengan cara menempatkan kunci
pada tempat yang tetap dan mudah di jangkau. Sepakati bersama keluarga,
jika misalnya terkjadi gempa malam hari saat sedang tidur, saat terjaga
semua harus menuju ke pintu keluar yang mana. Pilih pintu yang paling
mudah dibuka dan arahnya menuju ke ruang terbuka.
4. Pastikan
seluruh anggota keluarga tahu dimana kuncinya disimpan. Jangan panik
saat membuka pintu, sebab saat gempa Jogja tahun 2006, ada pasutri
pengantin baru yang justru terkuci di dalam kamar, karena berebut kunci
dan saat kunci dimasukkan ke lubang kunci, justru patah karena keduanya
panik.
5. Siapkan senter atau lampu darurat.
6. Siapkan
tas siaga. Usahakan ukurannya sedang, tak terlalu besar, bahannya tak
mudah basah. Usahakan semua benda berharga masuk ke dalam tas ini :
dompet, kartu-kartu identitas, ATM kartu kredit, buku tabungan,
passport, uang tunai, charger HP dan kitab suci (jika anda menganggap
ini penting).
7. Jika
masih mungkin, bawa pakaian seadanya atau sekedar makanan. Tentunya tas
ini sudah disiapkan di saat tenang, sebelum ada gempa.
8. Latih anak-anak untuk menyelamatkan diri dan mengingat nama orang tua serta alamat tempat tinggal.
9. Tentu saja yang terpenting banyak-banyak berdoa (plus dzikir dan istighfar bagi yang beragama Islam).
Semua tips di atas mungkin perlu bagi mereka
yang tinggal di daerah berpotensi gempa. Jika gempa terjadi tiba-tiba
dan anda tak punya waktu untuk menyelamatkan diri, cobalah merunduk di
bawah meja yang terbuat dari kayu yang kokoh. Untuk yang berada di
gedung bertingkat tinggi dan tidak mungkin turun menggunakan tangga
biasa – jangan gunakan lift, sangat berbahaya – berdirilah dekat
tiang-tiang utama. Sebab tiang penyangga utama biasanya konstruksinya
paling kokoh dan ditopang oleh baja dan beton.
Dulu saya sempat tinggal di Tokyo, seperti kita
tahu hampir semua daerah di Jepang rawan gempa. Jadi sejak awal kami
mengurus kartu identitas tinggal sementara di kantor Balaikot, kami
sudah mendapatkan 1 set buku pedoman penyelamatan diri saat gempa dan
titik-titik evakuasi terdekat. Saya berkali-kali mengalami gempa saat
malam hari atau siang saat masih di sekolah. Umumnya kami tak panik,
karena guru-guru kami sudah sangat menguasai keadaan.
Sekolah saya berada di pusat kota Shibuya yang sangat lively
dan ramai, penuh gedung pencakar langit. Saat itu kaki saya sedikit
pincang karena sesuatu hal, jadi kalau gempa saat saya di sekolah,
biasanya saya malah tak ikut turun, sebab sudah pasti kalah bersaing
berdesakan di tangga darurat. Biasanya saya hanya menerapkan tips yang
saya dapat sambil terus berdoa sampai kondisi membaik. Tidak panik,
itulah kunci utama. Atasi dengan doa dan usahakan anda yakin dengan apa
yang anda ucapkan. Semoga negeri kita tercinta dijauhkan dari segala
bencana dan malapetaka. Amin.
catatan ira oemar freedom writers kompasianer