Hiruk pikuk Pilkada DKI Jakarta yang fenomenal memenangkan Jokowi pada putaran pertama ternyata membuat berita tentang kelanjutan proses pemberantasan korupsi di Indonesia menjadi tenggelam. Entah karena manusia Indonesia memang daya ingatannya pendek ataukah mereka selalu menaruh pengharapan kepada lahirnya pemimpin baru yang mempunyai track record bersih seperti Jokowi-Ahok sehingga sedikit melupakan masalah-2 korupsi yang sedang di proses oleh KPK?
KPK memang sedang banyak sekali utangnya kepada rakyat Indonesia untuk menyeret para koruptor masuk ke penjara. Kasus Century sampai sekarang masih saja menggantung,kasus-2 korupsi yang terjadi susul menyusul di Direktorat Pajak masih saja terjadi,kasus Hambalang yang diduga akan menyeret Anas Urbaningrum dari Partai Demokrat belum juga tuntas,kasus korupsi pengadaan Al-Quran yang menyeret politisi Golkar masih jalan ditempat,dan masih banyak kasus yang ditunggu oleh rakyat untuk dituntaskan oleh Abraham Samad,dkk ini.
Media juga sepertinya sedang lesu darah untuk memberitakan kasus-2 korupsi yang ada,barangkali sudah terlalu capek karena begitu-begitu juga hasilnya. Para Kompasianer juga terlihat letih menulis tentang pemberantasan korupsi,isinya cuman berita sekitar politik . Hukum yang menjadi penopang keberadaan NKRI seperti kalah dengan hiruk pikuk politik yang ada,jadi tidak heran banyak kasus pelanggaran hukum akhirnya diselesaikan dengan cara-2 politis karena melibatkan Partai Politik dan petinggi-2 Parpol tersebut. Ketakutan para petinggi parpol atas kasus-2 pelanggaran hukum para kadernya yang bisa membuat citra partai mereka runtuh akhirnya membuat mereka berusaha terus menerus “bargaining” dengan kasus-2 hukum yang lain dari parpol lain,akhirnya semuanya menjadi mandeg tidak karuan. Ini bukan mengada-ada,situasi seperti ini sudah bukan rahasia umum di kalangan publik pengamat politik dan politikus sendiri.
Pemberantasan korupsi kalau sampai sepi dari pemberitaan akan membuat pelaku-2 korupsi terus saja tanpa takut bertindak nekad. Diberitakan saja tidak membuat mereka malu,apalagi kalau tidak diberitakan? Urat malu para koruptor dan keluarganya sepertinya sudah tidak ada lagi,ini terlihat mereka tetap tenang-2 saja dan menganggap kasusnya adalah sebuah resiko terjun kedunia politik,aneh bukan? Jadi,masyarakat dibuat persepsinya seolah mereka para koruptor tersebut adalah “korban” permainan politik dan bukan karena memang benar-2 ybs berbuat korupsi.
Itulah kenyataan bila berita tentang pemberantasan korupsi sepi dan tenggelam dengan hiruk pikuk yang lain. Orang-2 mengatakan itulah politik pengalihan isu,namun siapa yang mengalihkan isu sebenarnya? Kalau rakyat tetap konsisten terhadap keinginan pemberantasan korupsi,seharusnya tidak boleh berhenti berganti topik untuk terus menerus menyuarakan Anti Korupsi…! Atau,rakyat barangkali sudah mulai bosan?
Entahlah…..
Catatan mania telo freedom writers kompasianer