Manusia adalah makhluk yang paling menarik untuk dikaji. Manusia juga sering digelitik pertanyaan tentang jatidirinya sendiri. Sepanjang sejarah kemanusiaan, manusia memang selalu bertanya tentang dirinya, karena manusia adalah makhluk yang bisa menjadi subyek dan obyek sekaligus. Al-Qur'an (Q/51: 21) pun mempertanyakan orang yang tidak mau merenung tentang dirinya, wafi anfusikum, afala tubshirun ?
Rekaman permenungan tentang manusia misalnya dapat disimak pada
pendapat para ahli filsafat, psikolog maupun politisi. Masalah
tentang manusia yang menjadi perdebatan para ahli dapat
dirumuskan menjadi tiga pertanyaan :
pendapat para ahli filsafat, psikolog maupun politisi. Masalah
tentang manusia yang menjadi perdebatan para ahli dapat
dirumuskan menjadi tiga pertanyaan :
1 Karakteristik apa yang membedakan manusia dari binatang?
2 Apakah tabiat manusia itu pada dasarnya baik atau jahat ?
3 Apakah manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak atau
kehendaknya ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya ?
2 Apakah tabiat manusia itu pada dasarnya baik atau jahat ?
3 Apakah manusia memiliki kebebasan untuk berkehendak atau
kehendaknya ditentukan oleh kekuatan di luar dirinya ?
Pertanyaan pertama dijawab oleh teori Psikoanalisa (freud),
Behavourisme (Watson,Skiner), Assosianis (Hume), Empirisis (Hobbes)
bahwa manusia itu sama saja dengan binatang, yakni makhluk yang
digerakkan oleh mekanisme asosiasi di antara sensasi-sensasi; yang
tunduk kepada naluri biologis, atau tunduk kepada lingkungan, atau
tunduk kepada hukum gerak, sehingga manusia dipandang bagaikan mesin
tanpa jiwa. Teori ini dikritik oleh teori Extensialis dan Humanis
dan juga New Freudian dengan mengembalikan jiwa (psyche) ke dalam
Psikologi, yakni bahwa manusia berbeda dengan binatang karena ia
memiliki kesadaran dan tanggung jawab serta unik. Manusia bukan
hanya digerakkan oleh kekuatan di luarnya, tetapi di dalam dirinya
juga ada kebutuhan untuk aktualisasi diri sampai menjadi makhluk
yang ideal.
Behavourisme (Watson,Skiner), Assosianis (Hume), Empirisis (Hobbes)
bahwa manusia itu sama saja dengan binatang, yakni makhluk yang
digerakkan oleh mekanisme asosiasi di antara sensasi-sensasi; yang
tunduk kepada naluri biologis, atau tunduk kepada lingkungan, atau
tunduk kepada hukum gerak, sehingga manusia dipandang bagaikan mesin
tanpa jiwa. Teori ini dikritik oleh teori Extensialis dan Humanis
dan juga New Freudian dengan mengembalikan jiwa (psyche) ke dalam
Psikologi, yakni bahwa manusia berbeda dengan binatang karena ia
memiliki kesadaran dan tanggung jawab serta unik. Manusia bukan
hanya digerakkan oleh kekuatan di luarnya, tetapi di dalam dirinya
juga ada kebutuhan untuk aktualisasi diri sampai menjadi makhluk
yang ideal.
Jawaban atas pertanyaan kedua juga berpola seperti jawaban
pertanyaan pertama, yakni kelompok pertama menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia itu jahat, sedang yang kedua menyatakaan sebaliknya.
pertanyaan pertama, yakni kelompok pertama menyatakan bahwa pada
dasarnya manusia itu jahat, sedang yang kedua menyatakaan sebaliknya.
Adapun jawaban dari pertanyaan ketiga dapat difahami dari faham
Determinisme dan Free Will atau yang dalam Ilmu Kalam muncul
dengan istilah Jabbariah dan Qadariyah. Yang pertama menekankan
kekuasaan mutlak Tuhan dimana manusia tunduk tak berdaya, dan yang
kedua menekankan keadilan Tuhan dimana manusia memiliki ruang untuk
menentukan apa yang diinginkan. Meski permenungan tentang manusia
telah berlanggsung sepanjang sejarah manusia, tetapi pembicaraan
tentang manusia hingga kini (dan masa mendatang) tetap menarik..
Daya tarik pembicaraan tentang manusia antara lain seperti yang
dikatakan oleh Dr. Alexis Careel dalam bukunya Man The Unknown,
adalah karena pengetahuan tentang makhluk hidup dan terutama
tentang manusia belum mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai
dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya. Pertanyaan tentang manusia,
kata Careel, pada hakikatnya hinga kini masih tetap tanpa jawaban.
Determinisme dan Free Will atau yang dalam Ilmu Kalam muncul
dengan istilah Jabbariah dan Qadariyah. Yang pertama menekankan
kekuasaan mutlak Tuhan dimana manusia tunduk tak berdaya, dan yang
kedua menekankan keadilan Tuhan dimana manusia memiliki ruang untuk
menentukan apa yang diinginkan. Meski permenungan tentang manusia
telah berlanggsung sepanjang sejarah manusia, tetapi pembicaraan
tentang manusia hingga kini (dan masa mendatang) tetap menarik..
Daya tarik pembicaraan tentang manusia antara lain seperti yang
dikatakan oleh Dr. Alexis Careel dalam bukunya Man The Unknown,
adalah karena pengetahuan tentang makhluk hidup dan terutama
tentang manusia belum mencapai kemajuan seperti yang telah dicapai
dalam bidang ilmu pengetahuan lainnya. Pertanyaan tentang manusia,
kata Careel, pada hakikatnya hinga kini masih tetap tanpa jawaban.
Keajaiban manusia semakin menarik jika pertanyaannya menukik ke
dalam hati manusia, terutama ketika manusia sedang berada di puncak-
puncak perasaan, ketika sedang dimabuk perasaan cinta, ketika sedang
berada dalam puncak kekecewaan, puncak kemarahan, puncak kebencian
dan ketika sedang berada di puncak kesadaran. Seringkah anda
merenungkan tentang diri anda ?
dalam hati manusia, terutama ketika manusia sedang berada di puncak-
puncak perasaan, ketika sedang dimabuk perasaan cinta, ketika sedang
berada dalam puncak kekecewaan, puncak kemarahan, puncak kebencian
dan ketika sedang berada di puncak kesadaran. Seringkah anda
merenungkan tentang diri anda ?
catatan agus syafii the indonesian freedom writers