Tak hendak saya menulis perihal proyek dibulan ramadhan ini sebenarnya, isu kongkalingkong yg santer dipariaman ini sejak kota ini berotonom. bertambah marak dan santer direzim kota tabut sekarang ini, didaerah yg sudah kronis tingkat akut KKN nya. hal ini bersebab oleh pihak-pihak yg merasa "berjasa" dan "kerabat" yang tak kalah "rakusnya" dalam menyapu bersih setiap proyek pemerintahan kota ini,baik langsung maupun terselubung dengan bermain dibelakang layar bak sutradara sinetron kacangan. hanya dalam prosentase kecil berciprat pada pemborong-pemborong lainnya.hal itu yg sering dibicarakan para palantaiser pariaman. yg tak bosan-bosan namun tak mampu berbuat apa-apa.
sekira sebulan yg lalu saya pernah memposting carut marut dan kegagalan pemko sekarang ikhwal kebijakan publik yg tidak memihak masyarakat.itu terkait pembangunan yg sedianya diperuntukan untuk kesejahteraan masyarakat dan para pedagang gagal total karena bau menyengat KKN sudah merebak bak bau durian campur cendol yg dijajakan dipasar atas bukittinggi bergerobak disamping bioskop karya, sisi kanan mesjid searah lurus kebun binatang .
ferry nugrah sh pimpinan koran mingguan belum seminggu yg lalu berujar bahwa setiap proyek yg dikerjakan golongan kroni-kroni hampir jarang diawasi oleh pihak yg berkewajiban dari institusi terkait,berbeda jika pekerjaan dilakukan oleh perusahaan yg bukan bagian dari golongan pertama tadi,, sifulan sangat rajin ikhwal datang meninjau dalam pengawasan proyek tersebut. bukankah itu sangat tidak profesional dan jelas sekali keberpihakannya ujar ferry ketika itu.
saya sangat menginginkan kota ini dikelola secara proposional dan profesional, tanpa ada tendensi campur tangan pihak ketiga yg memanfaatkan jabatannya untung kepentingan segelintir kelompok yg berdampak merugikan kepada masyarakat banyak terkait program-program yg seandainya diaplikasikan dengan baik akan mensejahterakan masyarakat.teringat saya akan agenda pemko dalam relokasi sentra pedagang keterminal jati yg gagal total akibat adanya "permainan" dalam "mengkondisikan" toko-toko yg letaknya strategis. sedangkan jatah buat pedagang murni yg hendak direlokasi tinggal kerak yg mengendap didasar minyak.
begitu pula perihal proyek normalisasi batang manggung yg menelan biaya 24 milyar rupiah. kasus yg sudah sampai dimeja kejagung ini diduga kuat dimarkup "berjemaah" oleh oknum-oknum pejabat pemberhala uang dan pemuja pola hidup matrealistis yg ingin kaya secara instan.
sebagai generasi muda yg kritis dan paham akan kesamaan hak / kesejahteraan yg dijamin UUD 45 kecewa dengan dengan rezim sekarang ini , janji tinggal janji dimana dulu mereka dikala kampanye siap membuka lapangan pekerjaan yg menyerap 5000 tenaga kerja hanya pepesan kosong alias gadang ota. tak salah kiranya mereka jadi bahan cemoohan masyarakat disetiap palanta - palanta lapau kopi dan komunitas intelektual, baik diforum-forum internet maupun dalam diskusi-diskusi terbuka.
catatan oyong liza piliang