Ada sebuah cerita lagi buat para pembaca. Beberapa tahun yang lalu saya mendapatkan sebuah cerita yang inspiratif, demikian kisahnya:
Konon terdapatlah sebuah kerajaan di Jazirah Arab sana. Sang raja kala itu sedang sakit mata. Namun sakit ini begitu parah. Ia telah mengidap penyakit tersebut selama berbulan-bulan. Seluruh tabib di seantero kerajaan dipanggil dan dijanjikan hadiah apabila dapat menyembuhkan sang raja. Namun semua pulang ke rumah dengan tangan hampa.
Sampai suatu saat seorang tabib dari kerajaan yang jauh didatangkan. Setelah pemeriksaan yang teliti maka sang tabib berkata, “ Sakit Baginda sebenarnya tidak parah. Obatnya pun sama sekali sederhana dan murah. “
“Apa obat yang harus aku makan, Tabib?”
“Mata Baginda selama ini lelah, stress dan mengalami iritasi. Saya menyarankan Baginda mengambil waktu istirahat, kendurkan semua urat syaraf dan tataplah hamparan rerumputan yang hijau, dan lebatnya hutan dipegunungan. Jika itu Baginda lakukan dengan teratur, maka niscaya Baginda akan sembuh.”
“Oh jadi selama ini aku hanya kurang melihat yang hijau-hijau?
“Demikianlah analisa saya, Baginda.”
Singkat cerita pulanglah si tabib itu ke tempat asalnya.
Tak perlu menunggu waktu yang lama, maka sang raja memanggil semua penasihat dan menterinya. Ia memaklumatkan agar semua rakyat wajib menanam pohon di setiap lahan kosong yang ada. Ia memerintahkan semua menterinya untuk melaksanakan dan mengawasi proyek-proyek penghijauan yang akan segera dilaksanakan. Uang dari kas kerajaan akan digelontorkan secepat mungkin demi pembiayaan mega proyek tersebut.
Namun seorang mentri berkata. “Baginda, tidakkah anda sadar? Kerajaan kita dikelilingi oleh padang gurun. Menanam pohon yang banyak tanpa air yang memadai adalah hal mustahil. Untuk air minum saja kita harus menghemat, sekarang kita harus membaginya dengan keperluan menyiram semua pepohonan dan rumput. Hal itu tidak mungkin, Baginda.”
Sang raja tersentak sadar. Namun ia tidak berputus asa.
“Begini saja, aku perintahkan Menteri Perdagangan untuk mengimpor cat dari kerajaan tetangga. Aku ingin semua tempat dan barang dicat warna hijau. Segera laksanakan!”
Para menteri dan penasehat saling berpandangan. Mereka berdiam seribu bahasa, tak tahu harus berkata apa dengan rencana gila itu. Namun di saat itu tampilah seorang penasehat yang sudah lanjut usianya. Setelah meminta ijin berbicara, berkatalah ia:
“Paduka , adalah tidak mungkin untuk mengingkari kodrat alam. Tidak semua barang berwarna hijau. Sekalipun kita mencampuri alam dan memaksanya, hal itu pun bagaikan berenang melawan arus. Unta-unta tidak mungkin berwarna hijau. Buah kurma yang matang tidak mungkin berwarna hijau. Batang pohon tidak selalu berwarna hijau. Bulir gandum yang matang tidak mungkin berwarna hijau. Air yang menyembul dari lubang oase tidak mungkin berwarna hijau. Begitu pula pasir di padang gurun tidak mungkin dicelup warna hijau. Adalah kodrat alam ini agar semua benda berwarna-warni. Adalah kodrat alam ini agar tidak semua benda berwarna, misalkan angin, suara dan rasa. Dengan mencat semua barang dan mahluk menjadi hijau maka hilanglah semua keindahan dunia dan hambarlah segala rasa dalam hidup ini.”
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya sang raja putus asa.
“Bagaimana kalau Baginda memakai kacamata hijau saja? Sehingga apapun yang Baginda lihat akan nampak asri dan kehijau-hijauan.”
Dan sang rajapun mengikuti nasehat bijaksana ini, kemudian tak berapa lama, sembuhlah kedua matanya.
catatan AA jin SM the indonesian freedom writers