“Tidak tahu,Yang Mulia…!” ……”Lupa,Yang Mulia…!” ……..”Tidak Ingat,Yang Mulia….!” ……” Bukan saya,Yang Mulia….!”….”Tidak pernah,Yang Mulia…!”
Kalimat-kalimat pendek diatas sekarang menjadi tren bagi para saksi atau tersangka kasus korupsi yang diajukan ke meja hijau. Mereka menjawab dengan singkat sambil matanya menatap tegas ke Majelis Hakim yang memeriksa para saksi dan tersangka di persidangan kasus-2 korupsi.
Entah karena tatapan para saksi atau para tersangka tersebut yang membuat para Majelis Hakim “Yang Mulia” merasa “keder” untuk mengejar pertanyaan berikutnya atau ada hal lainnya,masyarakat yang melihat persidangan tersebut jadi tertawa terbahak-bahak melihat dagelan di Pengadilan Tipikor.
Para Hakim yang dipanggil “Yang Mulia” seperti hakim-2 blo’on yang menerima begitu saja keterangan saksi atau tersangka kasus korupsi . Masak ada wakil rakyat yang seorang Ketua Komisi di suatu Lembaga Terhormat negeri ini (DPR) bisa mengatakan sudah banyak yang lupa karena pernah kena penyakit stroke ,tetapi ybs masih saja menjadi Ketua sebuah Komisi di DPR? Yang salah itu pimpinan Fraksi yang menempatkan orang tersebut atau memang ada kesengajaan dari Partai Politik yang diwakilinya? Hakim yang memeriksa saksi tersebut juga seperti orang yang sudah “kongkalikong” saja,kelupaan saksi tidak dikejar dengan pertanyaan-2 tajam yang dapat mengungkap jawaban “lupa” saksi tersebut. Publik yang menyaksikan itu menjadi sangat gemas sekali,malah ada yang mendoakan supaya hakim dan saksi tersebut segera dicabut nyawanya saja sama Allah SWT.
Jawaban-2 singkat yang berbeda dengan BAP yang ada juga tidak dikejar oleh para hakim “yang mulia” ….sepertinya para hakim sudah “speechless” atau bahkan sudah “hopeless” dalam memeriksa saksi dan tersangka kasus korupsi negeri ini. Masyarakat sudah menduga bahwa pengadilan-2 tersebut hanyalah sandiwara saja untuk sebuah proses hukum yang sudah diatur sedemikian rupa,keputusannya pun sudah diduga oleh publik. Jadi,buat apa dipertontonkan terus menerus?
Masyarakat yang menyaksikan persidangan-2 kasus korupsi negeri ini sampai bosan dengan tanya-jawab yang ada di persidangan. Mereka hanya mempertontonkan drama pengadilan untuk memenuhi proses hukum yang sudah diatur oleh penguasa.
Sekali lagi,rakyat memang masih perlu bersabar…..Penguasa mengatakan jangan “su’udzon” dulu lah..!
catatan mania telo freedom writers kompasianer