sikap pesimis dikalangan masyarakat khususnya kota pariaman akhir2 ini saya perhatikan semangkin memprihatinkan, semua memang beralasan selain PAD kita yang kecil program2 yang sebenarnya kalau dijalankan dengan perencanaan yang matang dan tanpa ada unsur lain dan hanya semata2 demi kemajuan masyarakat kota ini, niscaya program2 itu akan berdampak positif,namun fakta berkata lain, bukan masyarakatnya yang tidak mau menuruti kemauan pemko, tapi pihak pemko lah yang tidak mempertimbangkan aspek emosional masyarakat. hal ini dibuktikan masih tidak dihuninya toko2 dalam program relokasi pedagang ke terminal jati. disini masyarakat tidak salah..campur tangan KKN sudah tercium sebelum bangunan ini selesai, sehingga masyarakat lebih memilih berdagang ditempat2 mereka yang lama , "daripada makan hati" demikian kata salah seorang calon pedagang yang tidak dan enggan pindah kesana.
hal kedua yang jadi sorotan masyarakat adalah pecah kongsinya
pasangan kepala daerah. ini bukan rahasia umum lagi, beberapa anggota dewan sudah mengeluarkan statemen dan menyayangkan tentang hal ini. dan juga beberapa pejabat yang saya kenal sangat mengakui hal ini. tentu sangat ber efek kepada roda pemerintahan. sepasang kaki saja harus digenjot kuat biar bisa lari kencang.bagaimana pariaman bisa maju sementara kaki kiri dan kaki kanan tak sejalan. dan beberapa statemen dari orang dekat kedua pimpinan kota pariaman ini mustahil mereka dirujukkan. karena kedua2nya sama2 keras hati dan punya prinsip yang sama2 keras.. disinilah masyarakat rugi besar dibuatnya. orang yang mereka harapkan untuk memimpin dan memajukan daerah ini kedepan sudah jalan sendiri2.. dilematis.. apa daya nasi sudah jadi bubur demikian kata beberapa orang lingkungan pemerintahan menyesali karena hal seperti ini terulang kembali. sumber kami ini juga mengatakan bahwa hal itu juga pernah terjadi diera kepemimpinan sebelumnya. dan hampir semua kalangan dipariaman sudah tau sama tau.
hal2 seperti saat ini hendaknya tidak boleh lagi terjadi diera kepemimpinan yang akan datang. sudah 2x kota pariaman mengalami pecah kongsi ditingkat pimpinannya. semua wajib kita renungkan bersama sejauh mana komitmen pasangan calon pemimpin saling menyatukan tekat demi kemajuan kota ini kedepannya. semua tentunya ada ditangan kita bersama sesuai amanat konstitusi bahwa yang berhak memimpin suatu wilayah adalah orang yang mendapat dukungan suara terbanyak dari para pemilik suara sah dikota pariaman ini. disini masyarakat dituntut lebih agresih melihat track record para balon nantinya, pasang perpasang, kita bisa melihat latar belakang mereka dengan mudah , karena jika menjelang pilkada semua akan saling "menelanjangi", dan kita hanya memisahkan mana yang fakta dan mana pula yang cuma isu dan isapan jempol belaka.
jika pemimpinnya kompak dan satu haluan ditambah pula dengan program2 tepat sasaran yang pro rakyat dan jauh dari "bendera laknat KKN" niscaya perubahan 2 tahap pertahap akan kelihatan. dan pemimpin kedepan mestilah punya gebrakan yang frontal demi memajukan kita bersama.. jangan lagi kita terbuai dengan janji2 .. emosional harus kita singkirkan.. sebagai pemilih yang punya hak suara kita harus bermain logika dan tidak terjebak paham2 primodial dan pragmatis. yang kita pilih bukan orang yang bermental KKN , yang kita pilih bukan orang yang cela moral.. namun yang kita pilih adalah orang yang betul2 "memanusiakan" rakyatnya.. pikiran dan seluruh langkah2 yang dia ambil harus menguntungkan rakyatnya.. bukan partainya,,apalagi sanak familinya.. pariaman lima tahun kedepan baik buruknya ada ditangan kita bersama.. hati2,, dan jangan sampai kita sendiri yang menjerumuskan diri kita sendiri,lebih baik berpahit2 mulai sekarang sebelum menyesal dikemudian hari ketika kita sadari "kapalo kito masuak luluak" ..
catatan oyong liza piliang